Umum

Urakan! Aliansi BEM Ogah Bertemu Presiden di Istana .

Bamswongsokarto 5 years ago 1.8k

Hoe Bro, yang akan berdialog dengan kalian itu Presiden, bukan temanmu kongkow di warung kopi atau doi yang biasa ditemui di sudut kampus, atau dimanapun kalian mau. Jika kalian minta diperhatikan, ya hargailah orang yang akan memberi perhatian pada kalian.

Penolakan terhadap ajakan Presien Joko Widodo untuk bertemu dengan aktivis dan perwakilan mahasiswa aliansi BEM di Istana Kepresidenan, jelas menunjukkan bahwa mahasiswa tidak menggunakan kredibilitasnya sebagai golongan “maha” terdidik yang lebih mengutamakan dialog dan diskusi. Jika aliansi mahasiswa dan aktivis lebih memilih bertemu di tempat terbuka, bisa diartikan bahwa secara etika, mahasiswa dan aktivis tidak memahami sebenarnya Presiden sangat menghargai dan menempatkan mahasiswa sebagai bagian penting komponen bangsa ini. Masyarakat awam pun bisa paham, mengapa Presiden Joko Widodo mengundang mereka ke Istana Kepresidenan. Sayang, mahasiswa malah lebih memilih cara liar dalam menanggapi ajakan pertemuan Presiden Joko Widodo. Mereka memilih tempat terbuka dengan alasan agar bisa disaksikan masyarakat. Mereka membutakan diri, bahwa Joko Widodo adalah Presiden yang lebih banyak hidupnya di tengah masyarakat. Berapa banyak waktu mahasiswa untuk masyarakat, jika dibandingkan dengan waktunya Joko Widodo melayani rakyat? Waktu mahasiswa untuk rakyat paling hanya 4 SKS dalam kurun 4 tahun masa perkuliahan.

Presien Joko Widodo jelas tidak akan melakukan negosiasi terhadap tuntutan mahasiswa, karena Presiden Joko Widodo telah dengan tegas mengambil sikap dan keputusan dalam memenuhi tuntutan mahasiswa. Mahasiswa dan aktivis terlalu lebay jika hanya beralasan “agar bisa disaksikan masyarakat”. Penolakan ini semakin jelas menunjukan bahwa pergerakan mereka “dikerahkan” dengan tujuan show of force, mereka tidak memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan muncul, dampak dari besarnya kerumunan manusia. Yang pada akhirnya dapat mengganggu ketertiban masyarakat. Sifat wangkal, keras kepala, tidak menghargai etika, dan lebih mengutamakan euforia daripada dialog di tempat yang semestinya, menandai tumpulnya daya nalar kaum “maha terdidik” ini. Kaum “maha terdidik” yang katanya lebih menggunakan dan mengutamakan logika karena tingkatan akademisnya berada pada tingkatan paling tinggi, tetapi pada kenyataannya malah lebih memilih dialog jalanan yang tidak pada tempat seharusnya.

Dilaksanakan secara terbuka dan dapat disaksikan langsung oleh publik melalui kanal televisi nasional, kata Koordinator Pusat Aliansi BEM seluruh Indonesia Muhammad Nurdiyansyah.

Apakah kalau di dalam Istana Kepresidenan lantas tidak dapat disaksikan langsung oleh publik? Kalau hanya alasan itu yang menjadi dasar penolakan Aliansi BEM terhadap ajakan Presiden Joko Widodo untuk bertemu mahasiswa di Istana, maka sangat tidak rasional dan tidak relevan dengan tujuan awal pergerakan aksi mahasiswa.

Bisa jadi penolakan ini karena ada pengarahan dan pengerahan, karena temuan-temuan di lapangan menunjukkan adanya peran serta berbagai unsur di luar mahasiswa yang memprovokasi dan mendukung adanya tindak kekerasan. Akan lain permasalahannya, jika ada mahasiswa yang terdoktrin pemahaman radikal oleh ormas-ormas radikal yang punya tujuan merongrong Pancasila dan berencana mengganti NKRI menjadi negara khilafah. Maka pertemuan jalanan dalam euforia unjuk kekuatan memang menjadi kesukaan mereka.

Bisa jadi pula, ini by design oleh kekuatan yang mampu menyamun dalam pergerakan mahasiswa agar terus terjadi kekisruhan. Terbukti dan tidak bisa disangkal, sejumlah ambulans PMI DKI yang menyuplai bensin dan batu ke titik-titik demo mahasiswa. Sumber Mengapa Aliansi BEM bersikeras menolak pertemuan di Istana Kepresidenan hanya dengan alasan yang tidak rasional? Jika hanya alasan pertemuan BEM seluruh Indonesia dengan Jokowi empat tahun lalu di Istana, membuat gerakan mahasiswa menjadi terpecah belah, ini artinya mahasiswa sendiri yang tidak mampu berkoordinasi dengan teman-temannya. Juga tidak mau belajar memperbaiki diri, mengapa sampai gerakan mahasiswa terpecah-pecah.

Jangan sampai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menjadi Bahan Ejekan Masyarakat karena tingkah lakunya yang tidak mencerminkan golongan intelektual “maha terdidik”. Rakyat mendukung mahasiswa, tetapi sebaliknya mahasiswa jangan lantas semaunya sendiri, dengan menolak pertemuan di tempat yang semestinya dan lebih memilih bertemu di jalanan. Mengapa demikian? Karena kalian bukanlah mahasiswa jalanan, tetapi mahasiswa yang mengerti etika tata krama. Kalianlah yang akan mengendalikan bangsa dan negara ini di masa yang akan datang. Ketahuilah, kami sebagai orang tua dan rakyat jelata, menginginkan kalian para mahasiswa menjadi manusia-manusia unggul bagi Indonesia, yang tidak urakan.

Salam Satu Indonesia Maju

Bamswongsokarto

Sumber Sumber Sumber Sumber