Umum

Selamat Datang Orde Cawe-Cawe.

cak soed a month ago 573.0

Perjalanan Indonesia sebagai bangsa terbilang cukup lama, bahkan tahun 2024 ini kita akan merayakan Hari Kemerdekaan yang ke 79. Kalau diibaratkan manusia sudah cukup tua dan renta. Tapi sebagai bangsa boleh dibilang bangsa Indonesia belum cukup tua juga, bahkan bangsa Indonesia masih terus berproses menemukan jati dirinya.

Dalam sejarah berdirinya bangsa kita, para pemimpin dan bahkan pendiri negara ini sangat menjunjung tinggi asas-asas demokrasi. Yang artinya bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, semua atas kehendak rakyat. Untuk itu tidak heran "founding fathers" kita mendesain negara ini dengan sistem demokrasi yang berasaskan "trias politica" dimana rakyat mempunyai perwakilan di DPR, menjadi penyeimbang bagi eksekutif dan judikatif, dalam hal ini Presiden sebagai pemegang mandat tidak menjadi kekuatan absolut.

Akan tetapi sejarah mencatat bahwa dalam kurun waktu 7 dekade ini sudah ada beberapa model demokrasi yang muncul atau dimunculkan oleh pemimpin yang memimpin bangsa ini, dalam hal ini Presiden atau eksekutif.

Kita tahu di masa orde lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, beliau mencetuskan istilah demokrasi terpimpin. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.

Dalam demokrasi terpimpin kekuasaan eksekutif dan legislatif dipisahkan dari kekuasaan kehakiman dan di mana partai politik hanya memiliki peran terbatas dalam proses politik.

Dalam sistem demokrasi terpimpin, Presiden memiliki kekuasaan eksekutif yang luas dan bisa mengambil keputusan sendiri tanpa harus melalui proses legislasi yang panjang.

Namun sebenarnya konsep ini hanya akan melahirkan diktator saja. Bahkan MPR melaui TAP MPR nya berani mengangkat Presiden Soekarno menjadi Presiden semumur hidup, dengan TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 mengenai penetapan Presiden Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup.

Dalam TAP tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) menetapkan bahwa Soekarno akan tetap menjabat sebagai Presiden RI seumur hidup tanpa pemilihan.

Tap ini juga mencabut tap sebelumnya yang mengatur pemilihan presiden secara periodik. Akan tetapi kita semua tahu ujungnya, ya memang benar bahwa tidak ada yang langgeng di bumi ini, termasuk kekuasaan, dan kita semua tahu bahwa Presiden Soekarno di "lengser"kan pada tahun 1965.

Entah bagaimana belajar dari sejarah ataupun tidak Soeharto yang pada saat itu menjadi pemimpin yang dan mempunyai posisi yang cukup strategis didalam militer. Akhirnya diangkat menjadi pemimpin tertinggi. Era kepemimpinan Soekarno berakhir dan dimulailah era kepemimpinan Soeharto. Pada Era Soekarno yang lebih dikenal sebagai era Orde lama dan demokrasi terpimpin, dalam era Soeharto, sebagai Presiden Indonesia dari tahun 1967 hingga 1998, menerapkan konsep "Demokrasi Pancasila" yang menggabungkan prinsip-prinsip demokrasi dengan nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial, persatuan, dan kesatuan Indonesia.

Akan tetapi kita semua mengalami dan generaai milenial belajar dari sejarah bahwa di era Soeharto juga dikritik karena dianggap otoriter dan melanggar hak asasi manusia. Meskipun demikian, konsep "Demokrasi Pancasila" yang diperkenalkan oleh Soeharto tetap menjadi bagian penting dari sejarah politik Indonesia. Dan ujungnya kita tahu bahwa dengan model ini Soeharto bisa berkuasa selama 32 tahun dan berakhir dengan cara yang menyakitkan yaitu "dilengserkan".

Pasca reformasi, kita telah dipimpin oleh beberapa eksekutif, dari Pro. Habibie, Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan terakhir Joko Widodo. Di era ini model demokrasi terlihat masih mengikuti gaya jaman orde baru, tidak banyak perubahan yang berlaku.

Akan tetapi di ujung era kepemimpinan Presiden Joko Widodo ini kita semua menyaksikan, adanya gaya demokrasi baru, yang bisa jadi akan berkembang menjadi model demokrasi selama beberapa periode kedepan, yaitu era "demokrasi cawe-cawe".

Cawe-cawe diambil dari bahasa Jawa artinya ikut campur, ungkapan ini dinyatakan oleh Presiden Joko Widodo sebelum Pemilu berlangsung, bahwa beliau akan cawe-cawe demi bangsa dan negara.

Banyak yang berpspekulasi bahwa beliau akan ikut campur tangan dalam proses demokrasi dan ternyata kita semua bisa melihat menduga dan menerka bahwa tidak tanpa cawe-cawe Jokowi, pasangan Prabowo-Gibran akan memenangkan Pemilu Presiden. Dan ini berawal dari majunya anak pertama beliau menjadi Cawapres, setelah memenangkan gugatan batas usia minimum sebagai Cawapres di MK. Sulit mengatakan bahwa ini bukan hasil cawe-cawe.

Prediksi penulis kegiatan cawe-cawe ini akan terus berlangsung tergantung situasi dan kondisinya. Semua akan kena cawe-cawe, sampai undang-undang pun kena cawe. Jadi mau komentar apa lagi ya, ya sudah kita semua menjadi saksi kelahiran demokrasi cawe-cawe dinegeri ini.

Yang bisa kita lakukan yaitu terus bersuara agar cawe-cawe ini tidak kebablasan, tidak melanggar konstitusi negeri ini. Tapi apakah bisa? Selamat tinggal order lama, orde baru, orde reformasi, selamat datang order cawe-cawe.

Selamat berlibur akhir pekan.

Berita