Umum

Pleciden Anies Bawesdan? Benar apa Betul?.

Ruskandi Anggawiria a year ago 1.7k

Maksud hati menyimak capres yang sedang menyampaikan visi, publik justru dibuat tak nyaman. Lalu masalahnya apa? Karena barangkali lidah sang capres terlalu sering beretorika, sehingga semakin terasa banyak narasi yang tidak terkendali. Demikian rangkuman dari sekian narasi yang terungkap dalam banyak pidato silaturahmi, tentunya dengan aroma kampanye ala Anies Baswedan.

Beberapa kali Anies menyatakan demikian “Masalahnya seorang yang bermasalah masuk politik, malah dipermasalahkan” Bukankah rangkaian kalimat demikian adalah ketidak wajaran? Namun terlanjur dilontarkan tanpa terkendali dan terekam di media-media sosial. Tak ayal netizen pun mengeroyoknya sebagai bahan baku selorohan.

Dalam kondisi demikian, Anies tampaknya terlalu demonstratif menyuguhkan kekonyolan, yang justru bukan dimaksudkan untuk lucu-lucuan. Beda masalahnya jika yang melakukannya seorang komedian, mereka meskipun dalam suasana tidak menghibur, tetap saja dianggap lucu, karena karakternya sudah terbentuk demikian.

Sayangnya jika seorang calon Presiden yang karena kurang kendali dalam menyusun narasi, maka yang terjadi adalah kelucuan tidak melalui desain, alias kecelakaan. Namanya kecelakaan, tentu akan tampak konyol manakala sudut pandang penontonnya tidak seperti yang diminta. Mereka tetap tidak serius meskipun objeknya sangat serius.

Kejanggalannya bahkan bertambah ketika keluar dari kendali itu dilakukan orang yang mengaku sahabat Anies. Seperti yang terekam dalam sambutan Wahidin Halim baru-baru ini, nama Anies Baswedan tanpa diduga dipelesetkan menjadi Anies Bawesdan. Apakah karena dia tak lancer membaca huruf ijaiyah kah? Maklum nama Anies Baswedan memang tak lazim di lidah Indonesia, antara ba dan wau dalam huruf ijaiyah terpaksa disisipkan jeda, jika ingin pelafalannya tidak keseleo. Jika caranya seperti Wahidin Halim lakukan, resikonya ya seperti itu, “Anies Bawesdan” terpaksa terlontar begitu saja.

Di salah satu pidato silaturahmi rasa kampanye, Anies bahkan melontarkan narasi berbeda konteks dengan maksud hati pendengar. Jika pendengar menghendaki capresnya menjalankan visi agar pembangunan dinikmati semua kalangan, namun apa daya, sang panutan justru menarasikan kalimat berbeda seratus delapan puluh derajat : “Kita tidak ingin pembangunan dinikmati semua kalangan…setuju?” Kok begitu? Apakah jika ternyata DKI bernasib seperti ucapannya ketika bicara sebagai capres itu, memang buah dari keseleo lidah?

Jangan-jangan…kita tentu tidak berharap demikian, Anies sengaja menyelipkan kalimat kontroversial. Amit-amit, jika kelak dia meleset dari harapan rakyat, maka bukti digital seperti itu yang akan ditampilkan. Akhirnya kita pun berasumsi bahwa boleh jadi pelesetan itu memang by design apakah benar atau betul?


b2F0KhjZeUs