Umum

Munarman Tobat, Gak Ada Lagi Yang Bagi-bagi Duit Demo .

Papa Dimas 9 months ago 3.0

Munarman, eks jubir dan Sekjen FPI akhirnya tobat. Pada Selasa 8 Agustus lalu, ia mengucap ikrar janji setia kepada NKRI. Dengan menggunakan hasduk atau kacu Pramuka merah putih di kepalanya, ia mengucapkan ikrar kembali kepada Pancasila dan NKRI, diakhiri dengan mencium sang saka merah putih, di Lapas Salemba.

Seperti kita ketahui bersama, Munarman divonis bersalah terlibat dalam aksi terorisme dan divonis 4 tahun penjara. Atas vonis itu, ia kemudian melakukan banding dan hukumannya disunat oleh MA menjadi 3 tahun.

Dengan kejadian ini, banyak yang kemudian bertanya. Benarkah Munarman sudah tobat? Apa ada yang percaya Munarman akan kembali setia kepada NKRI? Dan benyak pertanyaan sejenis yang menaruh rasa curiga kepada Munarman. Dan itu hal yang wajar. Tapi perlu diketahui, ikrar atau sumpah setia kepada Pancasila dan NKRI itu tidak bisa didapatkan begitu saja oleh Munarman. Ia harus melalui beberapa tahapan program deradikalisasi yang dicanangkan oleh BNPT dan Densus 88 Polri.

Ketika seorang napiter sudah dianggap berkelakuan baik serta dianggap mampu dan mau kembali setia kepada negara, barulah dia akan ditawari untuk mengucap ikrar tersebut. Kalau BNPT dan Densus 88 Polri menganggap belum waktunya, maka sang napiter tidak akan memperoleh itu. Nah inilah yang berlaku juga kepada Munarman.

Lalu apa hikmah dari kejadian ini untuk Indonesia ke depannya? Paling tidak demo-demo dari gerombolan kadrun sampah peradaban itu akam berkurang. Bahkan nyaris tidak ada suaranya. Saya coba merenung dan menemukan sebuah titik terang. Kejadian beberapa hari yang lalu ketika Rizieq Shihab gagal kabur ke Arab Saudi berkedok ibadah umrah, adalah sebuah bukti.

Rizieq Shihab dilarang umrah karena statusnya sebagai tahanan yang bebas bersyarat. Apakah sebetulnya tidak boleh? Bagaimana regulasinya? Sebetulnya bisa saja seorang tahanan yang bebas bersyarat melakukan perjalanan ke luar negeri. Tapi harus memenuhi syarat yang sangat ketat. Salah satunya adalah rekomendasi dari Kejaksaan Negeri. Rekam jejak Rizieq yang pernah memecahkan rekor umrah terlama, membuat Kejari melarang itu.

Nah bayangkan jika ini terjadi 5 atau 8 tahun yang lalu. Seorang yang dianggap Imam Besar, seorang yang dianggap keturunan Rasulullah padahal nasabnya gak jelas, dilarang beribadah. Pasti akan terjadi demo besar-besaran dengan Munarman yang mengambil peran sebagai tukang bagi-bagi duit. Munarman adalah seorang yang sangat loyal pada Rizieq. Tapi lihat saja sekarang, demo itu tak ada. Munarman si penjara, pendukungnya yang diklaim ada jutaan juga tiarap semua. Sementara yang tetap membela Rizieq hanyalah seorang Azis Yanuar.

Sementara bohir yang buasa mendanai aksi mereka juga masih enggan menggunakan jasa mereka. Ada dua kemungkinan mengapa ini terjadi. Pertama karena dana bohir terbatas sehingga gak mampu lagi memanjakan mereka dengan logistik melimpah. Kedua ya karena mereka disuruh untuk tiarap sementara sampai asa saatnya mereka dibangunkan lagi untuk digunakan jasanya.

Saya meyakini, kelompok-kelompok ini lebih cenderung dekat dengan Prabowo daripada Anies. Karena di kubu Prabowo ada Fadli Zon yang sangat dekat dengan Rizieq Shihab dan Bahar Smith. Sementara di kelompok itu ada Amien Rais. Meskipun dia dan Partai Ummatnya mendeklarasikan mendukung Anies, tapi ketika nantinya Anies gagal nyapres atau kalaj di putaran pertama, maka Amien and the gank akan merapat ke kubu Prabowo. Dan saat itulah kelompok ini akan digunakan jasanya, untuk memainkan berbagai isu melalui serangan hoax dan fitnah untuk menyerang kubu lawan.

Setidaknya saat ini kita bisa sedikit bernafas lega dengan tidak adanya aksi-aksi unfaedah yang menggangu stabilitas keamanan dan politik kita jelang Pemilu. Sebab kestabilan keamanan dan politik sangat penting bagi bangsa kita, salah satunya untuk jaminan keamanan bagi investor. Untuk itulah kita tetap harus waspada dengan kebangkitan kelompok-kelompok intoleran dan radikal itu.

Setuju?

Salam Damai untuk Indonesia.