Umum

Intelektual Prismatis Mahasiswa Pendemo, Bukti Nyata Rakyat Indonesia Lebih Cerdas .

Bamswongsokarto 2 years ago 827.0

Pembaca tahu? Mengapa dengan muncul dan berkembangnya wacana Jokowi 3 periode dan penundaan pemilu, tidak membuat masyarakat menunjukkan gejolak penolakan? Karena masyarakat mempercayai bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang taat dan patuh pada konstitusi negara. Jokowi tidak akan mengkhianati kepercayaan masyarakat yang memilihnya dalam pemilu yang telah terselenggara dengan demokratis. Masyarakat bisa mengerti dan memahami adalah hal yang mustahil jika Jokowi berani mengutak-utik konstitusi, karena justru pada akhirnya Jokowi akan berhadap-hadapan langsung dengan rakyat pemilihya.

Itulah, sebuah kepercayaan berat yang harus dipikul Jokowi, di lima tahun jabatannya yang kedua. Oleh karenanya, wacana Jokowi 3 periode dan penundaan pemilu, tidak begitu diributkan bahkan sama sekali tidak terlintas dalam pikiran rakyat yang mendukungnya. Inilah inteleksnya rakyat yang makin lama makin cerdas memahami makna sebuah konstitusi.

Kalau masyarakat kecil saja bisa membaca situasi, mengerti dan percaya pada presidennya, masa sih para mahasiswa berubah berintelektual prismatis? Intelektual yang samar, sulit dipahami kemana arah tujuannya. Ibarat sebuah puisi prismatis, kita sebagai pembacanya harus menafsirkan makna diksi yang dipilih sang penyair.

Keributan, kegaduhan, mencak-mencak, sekaligus naiknya tensi sampai ke ubun-ubun hanya dirasakan oleh kelompok-kelompok yang memang selama ini membenci Jokowi. Orang-orangnya ya itu-itu saja, orang-orang yang sakit hati, juga orang-orang maupun kelompok yang memang sejak awal berusaha memaksakan ideologi selain Pancasila dengan berbagai cara. Mereka masih saja bergerak mengendap-endap karena ormas mereka dinyatakan terlarang berada di bumi Indonesia.

Saat ini demo para mahasiswa tidak lagi bisa disebut sebagai demo yang mewakili kehendak rakyat, karena rakyat sendiri tidak menghendaki adanya demo yang tidak jelas arah dan tujuannya. Mengapa penulis mengatakan demo tidak jelas? Karena sudah dinyatakan oleh Jokowi bahwa tidak akan ada penundaan pemilu, pemilu tetap dilaksanakan 14 Februari 2024. Kalau saja para mahasiswa belum mengerti bahkan tidak mengerti bagaimana ketegasan Presiden dalam hal pelaksanaan pemilu, lalu apa dan bagian mana dari tanggapan presiden yang tidak bisa diterima? Kalau tuntutan utama mereka sudah terjawab dengan tegas dan jelas bahwa Jokowi sebagai presiden tidak akan melanggar konstitusi hanya demi kepentingan kekuasaan. Artinya, Jokowi sebagai presiden memang mengerti dan taat konstitusi.

Intelektualitas, cara pandang, cara menyikapi, dan cara mengekspresikan sebuah tuntutan para mahasiswa kali ini, benar-benar hanya menjadi sebuah olok-olok dan cibiran masyarakat. Mengapa demikian? Karena demo yang mereka lakukan ibarat hip hip hura-hura lepas sesaat dari kegiatan perkuliahan. Tidakkah para mahasiswa pendemo ini tanggap dan paham, bahwa aksi mereka riskan ditunggangi kepentingan-kepentingan politik yang hanya bertujuan mengacaukan stabilitas keamanan. Tidakkah para mahasiswa pendemo paham, bahwa pergerakan yang meraka lakukan itu membuat orang-orang dan kelompok-kelompok ‘anti kemajuan Indonesia” bertepuk tangan gembira. Terlebih lagi jika kemudian bersamaan dengan pergerakan demo mahasiswa muncul pula tuntutan Jokowi mundur. Dapat dipastikan demo ini benar-benar ditunggangi kepentingan politik gerombolan sakit hati sekaligus pembenci Jokowi.

Membaca berbagai berita yang telah berkali-kali diteruskan pada whatsapp grup penulis, nampak sekali mana yang tersirat menunjukkan ketidaksukaan pada pemerintah, tentunya dengan menambahkan narasi-narasi provokatif. Ini bukti nyata kebencian telah berhasil merasuk dalam darah. Mungkin saja jika mereka ditanya mengapa kamu membenci pemerintah? Penulis yakin tidak akan menemukan jawaban mereka yang masuk akal berdasarkan nalar yang benar. Rata-rata jawabannya paling karena menurut mereka Jokowi gagal dalam membangun Indonesia, tanpa mau membuka mata terhadap realitas kemajuan Indonesia saat ini. Tapi biar saja, toh mereka tetap menjadi pembenci, dan kebencian itu akan dibawanya sampai saatnya menemui tujuh bidadari.

Sudah saatnya cara evaluasi mahasiswa terhadap kinerja pemerintah bukan dengan cara demo seolah menunjukkan diri bahwa mahasiswa mermpunyai kekuatan menekan. Harus berbedalaah, masa mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang memiliki kampus beneran, mau disamakan dengan mereka yang hanya memiliki sebutan “alumni monas” yang memang membuka lapak dagangan demo. Saatnya para mahasiswa yang dikenal sebagai kaum intelektualitas ini menggunakan intelektualnya dengan benar, bermartabat, dan beretika dalam rangka menyampaikan tuntutan. Masa harus diajari.

Salam dan Rahayu

Bamswongsokarto

Sumber Sumber