Umum

Fenomena Mereka yang Kaya Mendadak, tapi Hanya Sebelas Bulan Kok Mengaku Jadi Miskin?.

Widodo SP 2 years ago 0.0

Pemberitaan soal drastisnya perubahan nasib yang dialami sejumlah warga Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, dari yang semula mendadak kaya tetapi dalam waktu singkat mereka malah jatuh miskin menarik untuk direnungkan.

Kita pasti masih ingat adanya pemberitaan soal warga desa setempat yang seperti tersiram grojokan duit, kabarnya hingga miliaran rupiah, ketika tanah mereka dibeli dengan konsep ganti-untung oleh Pertamina pada Februari 2021 silam.

Saat itu mereka mungkin merasa di awang-awang karena mendadak berlimpah uang, sehingga lantas seperti lepas kendali segera membel mobil dan kebutuhan mewah lainnya.

Siapa sangka kebahagiaan itu hanya sesaat dan kini kabarnya berganti menjadi penyesalan, karena praktis tidak sampai setahun mereka disebut jatuh miskin. Uang miliaran itu pun seperti terbang mengangkasa, tak peduli akan kepedihan nasib mereka yang kini nelangsa ... karena kesalahan sendiri!

Menurut lansiran pemberitaan Kompas.com, sebagian warga itu mengaku kini tak bisa berbuat apa-apa karena sumber penghasilan berupa tanah garapan yang dahulu setidaknya bisa menghidupi meski sederhana, kini tidak ada lagi karena sudah berpindah status kepemilikan.


Tentu penyesalan seperti biasa datang di belakang, karena kalau di depan namanya pendaftaran atau pembayaran DP. Namun, akan menjadi naif pula jika menimpakan masalah ini kepada pihak Pertamina, karena kesalahan kelola ada di pihak warga yang sudah dibeli tanahnya dengan harga bagus.

Menuntut perusahaan melakukan pendampingan, ya tidak fair juga karena urusan mereka sudah selesai ketika transaksi disepakati dengan harga tertentu, lalu Pertamina bisa segera membangun atau memanfaatkan tanah hasil pembelian itu.

Pengalaman terkena culture shock ini sebenarnya juga bukanlah fenomena baru, karena di banyak tempat sudah ada orang-orang yang mentalnya seakan tidak kuat ketika mendadak kaya, lalu dalam waktu singkat uang hasil judi, menang undian, atau hasil pembagian warisan seperti lenyap tanpa bekas!

Mereka tidak menyadari bahwa "kekuatan dalam diri seseorang" termasuk mentalitas, karakter, hikmat untuk mengelola, juga kehati-hatian dalam mencermati siapa saja yang lantas mendekat setelah mereka "kaya mendadak", menjadi faktor penting yang sebaiknya jangan diabaikan.

Apalagi untuk beralih profesi bukanlah perkara mudah, bahkan sekalipun sudah dilakukan pelatihan atau pendampingan kepada para warga yang kaya mendadak itu. Iya kalau mereka mau dengerin, wong sejak awal kalau misalnya diingatkan agar jangan langsung membelanjakan uang itu buat memenuhi hasrat atau keinginan memiliki barang mewah saja belum tentu 2 dari 10 orang akan mendengarkan dengan kesediaan menuruti.

Belum lagi kalau kita bicara kemungkinan terburuknya, akan ada orang-orang yang berpura-pura baik dengan menawarkan bantuan, tetapi sebenarnya hanya ingin menyedot uangnya. Belum lagi kedatangan "teman-teman lama" dengan berpura-pura baik, atau repotnya lagi mencari utangan dengan berkata:

"Halah sama teman sendiri juga, pelit amat lu. Duit segitu banyak mau dibawa mati? Pinjam dikitlah, nanti gue balikin kalau sudah ada duit!"

Nggak asing kan dengan kata-kata seperti itu, yang biasanya disampaikan dengan nada memelas dan muka seperti makhluk paling susah sedunia dan akherat, tapi giliran ditagih utangnya perangainya berubah kayak setan baru lepas dari borgolnya. Kadang yang ditagih malah lebih galak daripada yang menagih. Aneh juga ya?


Jadi siapa yang bisa disalahkan kalau ada peristiwa seperti dialami warga Tuban tadi? Mostly ya kesalahan mereka sendiri yang tidak segera berpikir mengenai cara melanjutkan hidup dengan uang yang mereka miliki. Kan bisa sebagian uang dimasukkan deposito, sebagian lagi dipakai buat beli tanah, yang bisa digarap sendiri atau disewakan kepada orang lain, atau kalau mau dipakai usaha dengan berkonsultasi lebih dahulu ke orang yang tepat.

Memang kalau cuma nyalahin Pertamina, atau kalau kasusnya soal ganti untung proyek jalan tol trus nyalahin pemerintah, ya nggak bisa begitu dong. Kan namanya transaksi, apa yang lantas dilakukan dengan uang itu sepenuhnya hak dan tanggung jawab si penerima uang?

Harusnya pada zaman serba canggih ini mereka belajar dari kesalahan dan penyesalan yang pernah dialami juga oleh mereka yang mendadak kaya, tapi dalam waktu singkat mendadak miskin lagi. Hanya, saya juga perlu ingatkan satu fakta penting, biasanya kalau sedang merasa kaya, biasanya nasihat model apa pun akan mentok sih ... kecuali kalau sudah kepentok masalah, baru menyesal. Betul kan?

Begitulah kura-kura...


Sumber berita:

https://www.kompas.com/edu/read/2022/01/26/155946071/warga-kampung-miliarder-tuban-jatuh-miskin-ini-tanggapan-pakar-ugm?page=all#page3