Kontestasi menuju Pilpres 2024 Tinggal menghitung hari lagi. Pilpres dan Pileg akan digelar serentak pada tanggal 14 Februari 2024. Waktu yang begitu dekat untuk partai dan juga Koalisi Partai untuk bergegas mempersilakan pasangan calon presiden dan wakilnya. Deklarasi Paslon Capres dan Cawapresnya menjadi agenda besar yang sedang dinantikan oleh masyarakat Indonesia dan juga entitas politik nasional.
Dinamika politik Pencapresan sangat cepat berubah dan disebutkan tidak mengenal waktu, minim patuh pada kaidah dan pada akhirnya syarat akan ego kepentingan elite partai. Kerja sama politik dan juga komitmen politik justru banyak yang dilanggar, bukan dipertahankan atau semakin dipertegas. Akibatnya, sekarang dan yang akan datang dikabarkan akan terjadi banyak kejutan dan huru- hara politik dikarenakan tidak ada kerja sama langgeng bahkan justru saling menanggalkan dan menenggelamkan.
Tersiar kabar jika Anies Baswedan menyetujui berduet Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Keputusan yang sangat tragis ketika Demokrat mengaku dipaksa menyetujui kerja sama politik Anies dengan PKB tersebut.
Dikutip dari pengajuan elite Demokrat. "Kemarin, 30 Agustus 2023, kami mendapatkan informasi dari Sudirman Said, mewakili Capres Anies Baswedan, bahwa Anies telah menyetujui kerja sama politik Partai Nasdem dan PKB, untuk mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar," kata Sekjen Demokrat Teuku Riefky Harsya dalam keterangannya dilansir detikNews, Kamis (31/8/2023).
Dikatakan oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya jika Anies sebenarnya sudah memilih Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi bacawapresnya pada 14 Juni 2022.
Sebuah penghianat sedang terjadi, pada akhirnya Anies saat ini malah mematuhi keputusan Surya yang ingin menduetkannya dengan Muhaimin. Bahkan, Nasdem dan Anies disebut tak melibatkan Demokrat dan PKS.
Riefky menyebut persetujuan ini diambil sepihak oleh Surya Paloh. "Persetujuan ini dilakukan secara sepihak atas inisiatif Ketum NasDem, Surya Paloh," imbuhnya.
Dari catatan dapat bahwa Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan, keputusan resmi memasangkan bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menunggu dinamika politik beberapa hari ke depan.
Sikap pernyataan Surya Paloh nampaknya belum siap dan kuat menghadapi berbagai serangan dan hantaman dirinya terutama dari Partai Demokrat yang merasa paling dikhianati. Diberbagai daerah, banyak kader dan juga caleg yang telanjur memasang Baliho bergambar Anies , membabi buta menurunkan atau merobek baliho tersebut. Aksi turun baliho dijabarkan bagian dari instruksi dari DPP Demokrat.
Kemungkinan juga Surya Paloh diundang dan bertemu Presiden Jokowi di Istana (01/09/2023) yang terkesan mendadak tersebut sangatlah erat berhubungan isu duet Anies -Muhaimin. Surya Paloh dan Jokowi dipastikan terlibat sangat serius dalam pembicaraan pencapresan 2024.
Pada akhirnya, dua kejadian besar yakni protes keras dari Demokrat dan Pertemuan dengan Jokowi menjadikan mandul dan membatasi pergerakan politiknya.
Ketua Nasdem hanya berani membuat isu dan manuver tetapi tidak tegas dan punya punya prinsip kuat serta nyali dari keputusannya untuk menduetkan Anies Baswedan -Muhaimin Iskandar. Justru Paloh terkesan menghindar dan mengundur waktu untuk menyatakan jika Pasangan Capres dan Cawapres Anies-Muhaimin sudah resmi di setujui dan akan dideklarasikan segera.
Apa yang dilakukan oleh Surya Paloh sebagai pengecut juga. Ketua Nasdem tersebut dikabarkan sampai saat ini belum ada keputusan resmi keduanya bakal maju bersama sebagai bacapres dan bakal calon wakil presiden (bacawapres).
Surya Paloh Mengatakan ,“Jadi kita tunggu perkembangan 1-2 hari ini,” ucap Surya di Nasdem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Kiranya apa yang menjadi faktur gugupnya Surya Paloh untuk berani mengakui pasangan Anies-Muhaimin merupakan pasangan legal untuk maju di pilpres 2024 nanti? Apakah Surya Paloh tetap akan bernegosiasi dengan Jokowi untuk urusan pencapresan Anies Baswedan -Muhaimin?