Sport

Tepatkah Juventus Melepas Dybala.

Hardiyanto 2 years ago 191.0

Laga melawan Lazio Senin malam waktu setempat menjadi pertandingan yang spesial bagi Juventus musim ini. Bukan hanya karena itu merupakan laga kandang terakhir Juventus musim ini. Namun laga itu juga menjadi penanda dari akhir karir dua pemain penting di tim, sang kapten Giorgio Chiellini dan penyerang Paulo Dybala. Namun perlakuan manajemen berbeda kepada kedua pemain tersebut. Untuk Chiellini manajemen menyiapkan seremoni khusus. Beberapa mantan pemain yang ikut berjuang bersama sang kapten dalam era 9 scudetto beruntun diundang dalam seremoni tersebut. Pendukung yang hadir di stadion juga memberikan penghormatan bagi sang kapten.

Hal ini tentu berbeda dengan yang dialami oleh Dybala. Tidak ada seremoni apapun bagi sang pemain. Padahal Dybala sudah 7 musim memperkuat Juventus. Catatan rekornya juga tidak main-main. 292 laga dilalui dengan 115 gol dan 48 assits membuat Dybala masuk dalam 5 besar pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah klub. Belum lagi 5 trofi scudetto, 5 trofi Coppa Italia, 3 trofi Super Coppa serta 2 kali finalis Liga Champions. Jelas bukan sumbangsih yang sedikit dan layak mendapat apresiasi. Hal ini bahkan dikeluhkan oleh sebagian suporter yang datang di stadion. Sepertinya hubungan manajemen dan Dybala yang merenggang belakangan ini menjadi penyebabnya. Namun melihat reaksi Dybala di akhir laga yang menteskan air mata kala melakukan perpisahan dengan suporter, muncul pertanyaan apakah Dybala layak untuk dilepas oleh manajemen. Hal ini mengingat kontribusi Dybala musim ini yang tidak terlalu buruk.

Harus diakui memang hubungan antara manajemen dengan Dybala sudah tidak seperti dulu lagi. Permasalahan Dybala dan manajemen sejatinya terjadi pasca kedatangan CR7 ke Juventus. Kedatangan CR7 ke Turin memang merubah segala hal tentang Dybala. Jika sebelumnya La Joya merupakan referensi utama permainan tim, kedatangan CR7 menggeser peran tersebut. Bahkan demi mengakomodir gaya permainan CR7, Juventus sampai harus merubah formasi permainan. Sebelumnya Juventus selalu bermain dengan 2 penyerang, semenjak kedatangan CR7 La Vecchia Signora bermain dengan 3 penyerang. Hal ini berdampak pada menurunnya permainan Dybala yang kesulitan beradaptasi dengan formasi trio penyerang. Dybala kurang mumpuni bermain sebagai penyerang sayap dan kurang kokoh sebagai penyerang tengah. Paulo Dybala yang murni seorang pemain nomor 10 tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan gaya main saat ini.

Permasalahan Dybala tidak berhenti sampai disitu. Faktor kebugaran juga menjadi masalah yang harus menjadi perhatian. Dybala beberapa kali mengalami cedera, terutama cedera otot. Hal ini menggerus jumlah laga serta menit bermain Dybala tiap musimnya. Kontribusi Dybala menurun setiap musimnya. Ketejaman di depan gawang yang membuat Juventus meminangnya dari Palermo tidak terlihat dua musim belakangan ini. Musim ini memang terdapat pengecualian. Dybala lebih banyak bermain dan mencetak beberapa gol. Hanya saja itu bisa terjadi setelah Federico Chiesa cedera, yang membuat Allegri kembali ke formasi dua penyerang sehingga Dybala kembali mendapat tempat.

Keretakan hubungan Dybala dan manajemen Juventus semakin memuncak kala kedua pihak bernegosiasi soal perpanjangan kontrak Dybala. Manajemen menawarkan esktensi kontrak namun dengan pemotongan gaji. Hal ini langsung ditolak agen Dybala yang sebelumnya sudah merasa kecewa karena pemain baru Juventus mendapat gaji lebih besar dari Dybala. Kala itu pihak Dybala merasa diatas angin karena cukup banyak tawaran dari klub lain di Eropa. Namun berlarut-larutnya proses negosiasi ternyata membuat Juventus justru berada di atas angin. Faktanya bahwa sejauh ini tidak ada klub yang secara konkret memberikan penawaran kontrak kepada Dybala. Semua hanya sebatas rumor.

Penawaran kontrak dari manajemen yang selalu ditolak Dybala kemudian membuat manajemen berubah haluan. Manajemen memutuskan membangun ulang tim tanpa menyertakan Dybala didalamnya. Hal ini yang kemudian mendorong Juventus memboyong Dusan Vlahovic dari Fiorentina dimana Vlahovic akan menjadi titik utama pembangunan skuad Juventus. Jika saja pada bulan Januari lalu Dybala menyepakati perpanjangan kontrak, mungkin Juventus tidak akan mengeluarkan dana besar pada bursa transfer musim dingin.

Lalu, apakah keputusan manajemen untuk melepas Dybala sudah tepat. Bagi saya keputusan manajemen sudah tepat. Kombinasi antara penurunan performa, cedera, kurang nyetel dengan gaya main tim serta besarnya gaji yang harus dibayarkan oleh Juventus memperkuat pendapat saya. Terlebih saat ini Juventus sudah membangun proyek baru dimana Vlahovic, Chiesa dan De Ligt menjadi sentral utama permainan tim. Tidak ada tempat lagi bagi Dybala. Untuk Dybala sendiri permasalahannya bukan pada besaran gaji, namun lebih kepada mencari tim yang cocok dengan gaya main Dybala. Tidak banyak tim di Eropa yang mengandalkan 2 penyerang. Hanya Inter Milan dan Atletico Madrid yang masih kukuh bermain dengan formasi 2 penyerang. Selebihnya mengandalkan trio penyerang. Untuk Juventus sebaiknya tetap fokus pada langkah yang sudah dilakukan. Mungkin musim ini masih belum berhasil, namun jika bersabar musim depan Juventus bisa saja kembali ke jalur juara.