Sport

Sudah Dua.

DHEKO 2 years ago 290.0

Bisa dianggap, musim kompetisi 2021/2022 adalah musim terbaik bagi klub Inggris berjuluk The Reds ini, Liverpool. Terlepas dari berapa gelar yang akan berhasil diraihnya nanti, tidak bisa dipungkiri bahwa tidak banyak klub di dunia ini yang berhasil menempatkan dirinya menjadi kandidat serius juara di semua kompetisi yang tersedia untuknya. Luar biasa.

Sejauh ini sudah dua. Setelah Piala Liga atau Carabao Cup berhasil direngkuh pada akhir Februari 2022 lalu, yang terbaru adalah Piala FA. Wembley Stadium, Sabtu malam WIB 14 Mei 2022, menjadi saksi atas keberhasilan The Reds setelah menang lewat drama adu penalti melawan Chelsea.

Piala FA kedelapan setelah 16 tahun dan melengkapi pencapaian manajer mereka, Jurgen Klopp, sebagai manajer terbaik Liverpool yang telah berhasil menjuarai setiap kompetisi yang diikutinya.

Sementara di sisa musim ini, masih ada kemungkinan pada dua kompetisi di mana masih memberi peluang juara bagi Liverpool. Akhir Mei ini Real Madrid telah menunggu di Paris dalam laga bergengsi, final Liga Champions Eropa 2021/2022. Sedangkan di Liga Inggris, Liverpool tertinggal tiga poin dari pemuncak klasemen, Manchester City, saat sementara masing-masing masih menyisakan dua laga.

Dua kompetisi tersebut jelas adalah ajang yang lebih bergengsi dari dua piala yang telah berhasil diraih Liverpool di musim ini. Dengan, tentu saja, tantangan yang lebih berat.

Di Premier League, Liverpool harus terus memberikan tekanan pada Man City yang berpeluang lebih besar. Dalam posisi memimpin pacuan, Man City diharapkan oleh Liverpool harus terpeleset dalam dua laga tersisa. Tentu sebuah harapan yang sangat berat bagi The Reds.

Mengharapkan Man City yang begitu konsisten dan dominan di liga terpeleset adalah sebuah pengharapan yang kecil peluangnya. Tapi Liga Inggris tetaplah Liga Inggris, di mana setiap tim punya peluang untuk membuat kejutan melawan tim kuat manapun.

West Ham United dan Aston Villa menjadi tumpuan harapan untuk bisa membuat tim asuhan Pep Guardiola itu menemui halangan. Sementara pada Liverpool sendiri, Southampton dan Wolverhampton Wanderers harus berhasil dikalahkan, bila perlu dengan margin gol sebanyak mungkin. Hal tersebut perlu dilakukan Liverpool karena ada kemungkinan selisih akan gol menjadi faktor penentu juara. Saat ini sementara Man City memiliki selisih gol lebih baik dari Liverpool.

Liga Inggris harus diakui memberi peluang yang lebih kecil bagi Liverpool. The Citizen tetap lebih favorit.

Lain halnya dengan di Liga Champions. Peluang Liverpool cukup terbuka. Secara skuat, kedalaman yang dimiliki Liverpool masih lebih baik dibandingkan dengan Real Madrid. Liverpool lebih merata.

Di saat Real Madrid begitu tergantung pada Benzema-Modric-Kroos-Casemiro, pemain-pemain Liverpool lebih seimbang. Yang sangat perlu untuk diperhatikan oleh Liverpool adalah pengalaman, mental juara, dan keberuntungan yang lekat dengan El Real.

Dari sisi pengalaman, sang pelatih –Carlo Ancelotti, adalah faktor penting bagi Real Madrid di samping fakta bahwa El Real sendiri adalah rajanya Eropa dengan raihan titel Liga Champions terbanyak. Hal tersebut sudah pasti memberi energi besar pada mental juaranya. Sementara dari sisi keberuntungan, di dua laga Liga Champions sebelumnya, yakni saat menyingkirkan Chelsea dan kemudian Man City, adalah buktinya.

Tentu saja keberuntungan yang didapat Real Madrid tidak datang begitu saja. Semua dibarengi dengan usaha untuk menyongsong keberuntungan itu disertai kemudian dengan aksi presisi memanfaatkan keberuntungan yang didapat itu. Semuanya itu bisa dilakukan Real Madrid tentu saja hasil dari gabungan antara pengalaman serta mental juara Ancelotti sebagai pelatih dan El Real sebagai tim.

Di fase ini yang perlu dilakukan Liverpool tentu saja harus mampu mengimbangi mental juara El Real, seraya memperkecil peluang membuat kesalahan yang sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan Real Madrid untuk kemudian menghabisi The Reds. Liverpool perlu belajar dari kesalahan yang dibuat Chelsea dan Man City kala dipecundangi Real Madrid di dua fase sebelumnya. Serta yang terpenting belajar dari kesalahannya sendiri pada final di ajang yang sama musim 2017/2018 yang lalu, dimana saat itu karena kesalahannya sendiri, The Reds harus mengakui kekalahannya dari El Real dengan skor 1:3.

Akhirnya, dua gelar domestik sudah di tangan. Liverpool, menantang Man City di Premier League dan Real Madrid di final Liga Champions, tentu akan menghadapi situasi yang sama sekali berbeda.

Itulah mengapa bila kemudian tulisan ini diberi judul "Sudah Dua", bukan "Baru Dua".

YNWA