Sport

Piala Presiden, Turnamen Pra Musim Penuh Gengsi.

Hardiyanto 2 years ago 98.0

Layaknya di kompetisi sepakbola Eropa, Indonesia juga memiliki pertandingan pra musim sebelum kompetisi resmi dimulai. Di Indonesia sendiri cukup banyak pertandingan pra musim yang dikemas menjadi sebuah turnamen. Ada Piala Gubernur Jatim, Piala Gubernur Kaltim, Inter Island Cup, Trofeo Bahyangkara dan yang paling prestisius adalah Piala Presiden. Turnamen pra musim tersebut pernah dan masih menghiasi kalender sepakbola tanah air. Keberadaan turnamen ini membuat sepakbola Indonesia lebih semarak dan gemerlap. Dan tentunya bisa menggairahkan sepakbola hingga ke pelosok daerah.

Namun berbeda dengan turnamen pra musim di Eropa, pra musim di Indonesia lebih seperti kompetisi resmi. Hal ini terutama jika dilihat dari apa yang ditampilkan oleh klub peserta selama kegiatan pra musim dilangsungkan. Piala Presiden contohnya. Setiap edisi selalu menghadirkan gengsi dan prestise tinggi bagi klub peserta. Klub bermain dengan serius layaknya tampil di kompetisi liga. Pertandingan berjalan keras dan ketat. Benturan antar pemain acap terjadi selama 90 menit. Tensi panas dan tinggi tersaji di setiap laga. Jauh dari kesan pra musim yang biasanya lebih santai. Ini tidak lepas dari prestise tinggi yang diusung Piala Presiden. Hadiah juara yang mencapai Rp. 2 milyar dan penyerahan trofi juara yang diberikan oleh Presiden atau Wakil Presiden RI menjadi alasan setiap tim berjuang keras untuk menang dan menjadi juara. Suporter pun tidak kalah memanaskan suasana. Suporter meminta klub kesayangannya harus menang, plus dengan permainan cantik. Kekalahan apalagi kegagalan tidak dapat ditoleransi. Cacian dan makian pasti diperoleh klub, dan tidak jarang pemecatan pemain atau pelatih dilakukan jika performa belum sesuai harapan. Padahal ini hanyalah pertandingan pra musim.

Keganjilan ini tidak luput dari pengamatan Thomas Doll. Pelatih kawakan asal Jerman ini kaget dengan turnamen pra musim yang ada di Indonesia. Dia sampai geleng-geleng melihat setiap tim bermain seperti itu adalah pertandingan terakhir mereka. Sebagai pelatih yang berpengalaman di Eropa, ini jelas berbeda dengan apa yang dialaminya di Jerman. Thomas Doll sampai harus menegaskan jika Piala Presiden hanya akan menjadi persiapan sebelum kompetisi resmi. Persija akan menurunkan pemain U21 agar mendapatkan lebih banyak pengalaman bermain. Sedangkan pemain senior hanya bermain untuk memanaskan mesin mereka saja. Tidak ada tuntutan Persija harus menang apalagi juara. Toh ini hanya pra musim. Thomas Doll tidak mau pemain utamanya cedera karena permainan keras tim lawan. Tidak heran jika hasil buruk diraih Persija. Bahkan RANS Nusantara FC yang notabene tim promosi berhasil menggunduli Persija dengan skor 5-1. Namun bagi Thomas Doll itu tidak menjadi masalah. Pengalaman bertanding yang didapatkan pemain muda Persija menjadi hal yang utama baginya. Soal skor itu nomor dua, atau bahkan terakhir.

Dalam hal ini saya setuju dengan Thomas Doll. Turnamen pra musim seharusnya menjadi ajang persiapan klub dan pemain. Di masa inilah pelatih mencoba ide dan konsep permainan baru menjelang kompetisi bergulir. Pra musim juga menjadi ajang untuk adaptasi bagi pemain baru di sebuah klub. Pra musim juga menjadi tolok ukur apakah kondisi fisik pemain sudah siap untuk bermain di kompetisi yang ketat. Setelah libur cukup lama, tentu mesin pemain perlu dipanaskan dulu sebelum terjun di liga yang sesungguhnya. Ini jelas berbeda dengan yang terjadi di Piala Presiden. Tuntutan harus menang dari manajemen dan suporter, jadwal yang padat dan ketat serta permainan keras yang ditunjukkan para peserta justru bisa menjadi bumerang. Dan contoh nyatanya sudah tersaji. Ciro Alves dipastikan absen cukup lama karena cedera dislokasi bahu. Terbaru, pemain belakang Arema Syaeful Anwar dikonfirmasi absen setahun penuh karena cedera ACL lutut. Ini masih belum termasuk cedera lain yang terhitung ringan dan sedang yang dialami banyak pemain lainnya. Sekali lagi ini hanya turnamen pra musim.

Melihat kenyataan yang terjadi, tentu menjadi sebuah pertanyaan apakah Piala Presiden layak untuk diteruskan. Terlebih untuk edisi kali ini sudah memakan korban dua orang suporter Persib. Apakah semua yang terjadi ini cukup layak untuk sebuah pertandingan pra musim. Jika boleh memberikan saran, sebaiknya Piala Presiden diubah saja menjadi salah satu kompetisi pendamping seperti Carabao Cup di Inggris. Format turnamen diubah menjadi sistem gugur. Ini akan menjadi win-win solution. Piala Presiden bisa terus berjalan dan mempertahankan gengsinya. Klub bisa bermain serius karena apa yang dipertaruhkan sepadan. Efek negatifnya ini akan membuat jadwal kompetisi makin padat bagi klub. Namun hal ini pasti bisa dicarikan solusinya. Toh ini semua demi kemajuan sepakbola Indonesia.