Sport

Perbaikan Kompetisi dan Pembinaan, Kunci Perbaikan Prestasi Sepakbola Nasional.

Hardiyanto 2 years ago 238.0

Penampilan apik punggawa Garuda Jaya memberikan dampak positif. Banjir dukungan diterima, seperti yang tercermin dari postingan di media sosial. Kekalahan dari Thailand tidak memunculkan caci maki. Yang ada justru keyakinan bahwa masa depan cerah sedang menanti. Muncul permintaan agar coach STY mendapatkan kontrak jangka panjang. Hal ini tidak lepas progress positif yang ditunjukkan selama gelaran AFF Suzuki Cup 2020. Proyek pemanggilan pemain keturunan semakin mempertebal kepercayaan diri dari seluruh pendukung Garuda Jaya. Tidak ketinggalan, muncul dorongan agar lebih banyak pemain lokal yang aboard ke kompetisi sepakbola luar negeri.

Namun apakah itu semua cukup untuk memperbaiki prestasi sepakbola nasional. Jawabannya adalah tidak. Kontrak jangka panjang bagi coach STY dan banyak pemain lokal yang aboard merupakan salah satu strategi, begitu pula pemanggilan pemain keturunan. Namun tidak boleh kita lupakan yaitu membuat fondasi yang kuat bagi sepakbola nasional. Pembinaan dan kompetisi merupakan kunci. Berkaca dari Thailand, hanya ada tiga pemain aboard. Sisanya bermain di liga lokal Thailand. Namun tim Thailand begitu kuat, sulit untuk ditandingi oleh tim-tim lain di Asia Tenggara. Begitu pula Vietnam, hanya ada satu orang pemain yang aboard. Selebihnya bermain untuk tim lokal di liga Vietnam. Persamaan keduanya yaitu pembinaan dan kompetisi.

Pertama mari kita bahas Thailand. Di era 90an sampai 2000an liga Thailand tidak terlalu menarik. Bahkan beberapa pemain Thailand bermain di liga Indonesia. Namun pada tahun 2000an perbaikan besar dilakukan oleh Thailand. Pembinaan pemain muda diperbaiki, ditandai dengan pembangunan akademi sepakbola di seluruh Thailand. Infrastruktur pendukung tidak lupa dibangun. Selain itu kompetisi lokal dibuat lebih profesional. Hasilnya bisa kita lihat saat ini. Pembinaan pemain muda di Thailand berjalan dengan sangat baik. Bahkan setiap klub di liga Thailand memiliki akademi sepakbola yang baik. Pemain berbakat bermunculan, memudahkan federasi dalam membentuk tim nasional yang kuat.

Hal yang sama terjadi pada kompetisi sepakbola di Thailand. Saat ini liga sepakbola Thailand berkembang menjadi salah satu liga terbaik di Asia. Liga Thailand dikelola dengan sangat profesional, begitu pula dengan klubnya. Parameternya sederhana. Jika kita membuka situs AFC, lihat dalam list AFC Club Competition Ranking. Disana kita akan disuguhi data bahwa Thailand berada pada ranking 9, sementara Indonesia berada di rangking 26. Liga sepakbola Thailand saat ini memang berada pada level yang berbeda jika dibandingkan dengan liga Indonesia. Iklim sepakbola yang lebih baik membuat pemain bisa berkembang dengan maksimal. Jadi meskipun hanya tiga orang pemain Thailand yang aboard, karena kompetisi mereka sudah bagus, para pemain yang dihasilkan dari kompetisi mereka jelas berkualitas.

Kedua, kita bahas tentang Vietnam. Dulu sepakbola Vietnam jelas kalah dibandingkan dengan Indonesia. Secara skill jelas kita lebih unggul. Nilai lebih pemain Vietnam hanyalah kedisiplinan, stamina yang prima dan kolektivitas dalam bermain. Namun coba lihat Vietnam saat ini. Skill individu kita jelas tertinggal. Kedispilinan dan stamina tetap dipertahankan, ditambah dengan visi bermain yang diatas rata-rata pemain Indonesia. Jurang kualitas antara Indonesia dan Vietnam tercermin dalam empat pertemuan terakhir. Tiga kekalahan dan satu hasil imbang adalah skor terbaik Indonesia. Bukan hanya soal skor akhir laga, proses dalam laga itu sendiri sangat jomplang. Jumlah passing, akurasi passing, jumlah shooting, jumlah gol dan penguasaan bola Indonesia kalah sangat telak. Jangan tertipu dengan skor imbang tanpa gol dalam pertemuan terakhir, karena secara statistik Vietnam sangat dominan.

Lalu apa yang membuat Vietnam sangat berkembang. Jawabannya adalah perbaikan dalam hal pembinaan dan kompetisi. Perubahan pertama yang dilakukan oleh Vietnam adalah penunjukan seorang direktur teknik yang berpengalaman. Dengan seorang direktur teknik yang punya visi luar biasa, pembinaan sepakbola Vietnam maju pesat. Akademi sepakbola yang berkualitas dibangun dan dilengkapi dengan infrastruktur mumpuni. Ini tercermin dari prestasi timnas Vietnam yang stabil sejak kelompok umur hinga senior. Timnas Vietnam saat ini merupakan buah dari pembinaan yang secara konsisten dilakukan sejak satu dekade terakhir. Perbaikan dilakukan pula di sektor kompetisi lokal. Era 90an sampai dengan 2000an kompetisi lokal Vietnam banyak dihiasi dengan mafia skor. Liga sepakbola Vietnam jauh dari kata profesional. Namun reformasi total dilakukan oleh federasi sepakbola Vietnam. Mafia sepakbola diberantas tuntas, hukuman berat diberikan kepada siapa saja yang terlibat termasuk pemain timnas sekalipun. Infrastruktur dibenahi secara perlahan. Hasilnya terlihat, meski liga Vietnam tidak seglamour Indonesia, namun prestasi tim-tim dari liga Vietnam membaik. List AFC Club Competition Ranking menempat Vietnam di peringkat 14. Dua belas anak tangga jauhnya dari peringkat Indonesia.

Thailand dan Vietnam memberikan perspektif berbeda bagi Indonesia. Walaupun tidak banyak pemain mereka yang berkompetisi di luar negeri, namun iklim sepakbola dalam negeri mereka berkembang pesat ke arah yang baik. Dampaknya pemain mereka bisa mengembangkan kemampuan walaupun hanya bermain di liga lokal. Ini yang belum terjadi di Indonesia. Iklim sepakbola di Indonesia belum pada tahap bisa membantu mengembangkan kualitas pemain sepakbola. Kompetisi kita masih amburadul, banyak klub yang menunggak gaji. Infrastruktur masih belum merata. Tidak banyak klub yang secara konsisten membina pemain muda lewat akademi. Kekerasan masih mewarnai pertandingan lokal, terutama di level bawah. Kualitas wasit yang perlu diperbaiki, dan masih banyak lagi masalah yang melanda sepakbola dalam negeri.

Sejatinya PSSI sudah melakukan langkah perubahan. Namun belum ada perbaikan menyeluruh, hanya bersifat parsial. Jika hal ini tidak dilakukan, fondasi sepakbola kita tidaklah kokoh. Prestasi tidak akan stabil, hanya bersifat sporadis seperti yang selama ini terjadi. Semoga saja hal ini segera disadari oleh pengurus PSSI.