Sport

Kylian Mbappe dan Ego Pemain Masa Kini.

Jeffand 10 months ago 225.0

Kylian Mbappe tengah disorot akibat konflik internal dengan klubnya saat ini Paris Saint Germain (PSG). Masalahnya sederhana. Kylian Mbappe belum mau memperpanjang kontraknya yang akan habis 2024 nanti. Itu berarti di tahun 2024 ia akan berstatus bebas pergi kemanapun dia mau, yang berarti kerugian secara finansial bagi PSG.

Bagi PSG lebih baik menjual pemainnya saat ini, jadi walaupun Mbappe pergi mereka tetap akan mendapatkan uang dari hasil penjualan si pemain. Tapi konyolnya Mbappe sadar harga jualnya yang selangit membuat klub manapun akan berpikir ulang untuk membelinya, walaupun Real Madrid dirumorkan akan menjadi tujuan Mbappe, Madrid pun ogah membeli Mbappe saat ini. Mereka akan menunggu tahun depan saat si pemain berstatus free transfer.

Bagi PSG jelas, jika Mbappe mau bertahan dia harus memperpanjang kontrak, jika tidak dia harus dijual. Mbappe memilih untuk bertahan hingga 2024 namun menolak memperpanjang kontrak. Bahkan bagi Mbappe ia rela menjalani musim 2023 ke 2024 sebagai pemain cadangan pun tidak masalah. Yang penting magabut. Alias makan gaji buta.

Bagi PSG kelakuan Mbappe yang tidak mau menandatangani kontrak dianggap perbuatan yang egois dan merugikan klub apalagi Mbappe sudah digaji secara wah. Kondisi ini diperparah oleh kelakuan Mbappe terakhir yang membuat konferensi pers kontroversial yang menjelekan klubnya sendiri.

Tentu saja hal ini membuat pemilik PSG, Nasser Al Khelaifi murka, ia mengultimatum Mbappe untuk segera memperpanjang kontrak dalam waktu satu atau dua minggu ini, batasnya adalah akhir Juli. Jika tidak akan ditendang atau dijual paksa.

Bagi PSG, masalah Mbappe sebenarnya adalah senjata makan tuan. PSG dalam beberapa tahun terakhir membangun fondasi klubnya berdasarkan kemewahan uang.

PSG membeli banyak pemain mahal dan menggajinya secara tidak masuk akal, akibatnya para pemain menjadi kaya mendadak dan menjadi manja. Sudah bukan rahasia jika ruang ganti pemain dikuasai oleh beberapa pemain yang digaji selangit macam Mbappe dan Neymar. Bahkan pelatihpun tidak berkutik dihadapan para pemain mewah ini.

Para pemain ini ibarat anak kaya manja yang berontak terhadap orang tua yang memanjakannya. PSG sekarang kebingungan sendiri dalam menghadapi situasi ini.

Sebenarnya di era sepakbola modern ini, banyak klub mengahadapi situasi yang sama sewaktu berurusan dengan para pemain superstar yang digaji selangit.

Jika dulu para pemain datang ke tempat latihan atau stadion dengan memakai baju dan kaos training, sekarang mereka datang dengan pakaian setelan mahal dengan mengendarai mobil mewah dan membawa tas tangan bermerk dengan beragam perhiasan. Ruang ganti pun tidak akrab lagi lantaran para pemain sibuk dengan hp dan sosmed masing-masing.

Keglamouran kehidupan diluar lapangan juga terbawa, pesta-pesta di malam sebelum pertandingan sudah menjadi hal yang lumrah. Itu sebabnya banyak pemain bola sekarang menjadi sangat egosentris dan gaya hidup itu mulai ditiru oleh pemain lokal sekarang. Gaya selangit, prestasi nol besar.

Sebenarnya kunci sukses sebuah klub sepakbola dari dulu sampai sekarang masih sama. Yaitu kedisiplinan dan profesionalisme. Kita masih ingat takala pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson sangat ditakuti dan dipatuhi oleh para pemain. Rumornya dimasa lalu mega bintang David Beckham sampai luka di pelipisnya akibat dilempar sepatu oleh Sir Alex lantaran si pemain terlalu sibuk dengan kehidupan diluar sepakbola. Ujung-unjung David Beckham pun dijual.

Hal yang sama dilakukan oleh manajemen Manchester City saat ini, tidak ada satu pemainpun yang lebih besar dari klub. Jika berani macam-macam akan ditendang. Kasus ini menimpa bek City Joao Cancelo yang rumornya berselisih dengan Guardiola. Cancelo sengaja memasang earphone saat Guardiola memberikan instruksi.

Cancelo pun langsung dipinjamkan ke Bayern Muenchen dan saat ini akan dijual.

Situasi saat ini di era sepakbola modern dimana kehidupan para pemain menjadi semakin makmur kadang membuat para pemain menjadi lupa daratan bahwa mereka sebenarnya tidak lebih besar dari klub.

Coach Justin, pengamat sepakbola tanah air pernah berkata, Mbappe sedang menghancurkan dirinya sendiri, Mbappe adalah pemain yang berbakat dengan attitude buruk.

Semoga klub-klub di Indonesia dan para pemain lokal kita tidak mencontoh hal demikian.

Begitu kura-kura.