Sport

Ketika Arsenal Harus Kembali Ke Realita.

Hardiyanto a year ago 128.0

Setelah 18 pekan menguasai tahta klasemen Premier League, The Gunners harus menerima kenyataan pahit tergusur ke tangga kedua klasemen liga. Kemenangan tipis 2-1 The Citizens atas Fulham membuat Manchester City melaju ke puncak klasemen dengan selisih 1 poin saja. Namun City masih memiliki 1 laga sisa lebih banyak dibanding Arsenal. Jika satu laga itu disapu dengan kemenangan, maka City akan unggul 4 poin atas Arsenal dan jalan menuju gelar juara EPL berada di tangan mereka sendiri. Bagi Arsenal, kenyataan ini sangat pahit mengingat secara total Arsenal berada di puncak klasemen selama 28 pekan. Mereka sangat dominan dan bahkan sempat unggul jauh di puncak.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa hal tersebut bisa terjadi. Mengapa Arsenal yang sempat unggul jauh di klasemen bisa terlempar dari puncak klasemen. Jawaban sederhana adalah Manchester City memang berada di level yang berbeda dengan Arsenal, bahkan dengan seluruh peserta EPL yang lainnya. Di posisi manajer misalkan, tidak ada yang membantah jika Pep Guardiola adalah juru mudi klub paling top saat ini. Pengalaman dan kesuksesan Pep mengatakan semuanya. Semenjak Pep menjadi nahkoda, City mampu meraih 4 trofi EPL, 1 trofi FA Cup dan 4 trofi Piala Liga. Konsistensi City tidak hanya terlihat di kompetisi lokal namun juga di kancah Eropa. Meski belum mampu meraih trofi UCL, namun capaian City cukup konsisten. Bahkan dalam rangking koefisien UEFA, City menempati posisi pertama dengan 139.000 poin (per 20 April 2023).

Di sektor pemain pun setali tiga uang. City diisi pemain-pemain bintang kelas satu, De Bruyne, Haaland, Ruben Dias, Gundogan, Rodri dan masih banyak lagi. Pemain cadangan City hampir dipastikan akan menjadi pemain inti di klub EPL yang lainnya. Dengan perbandingan seperti itu, Arsenal bahkan terlihat cupu jika dibandingkan dengan Manchester City. Pep bahkan disebut mengubah EPL menjadi liga petani. Dengan kenyataan macam itu, wajar jika pada akhirnya City mampu menyalip Arsenal di tikungan akhir perlombaan. Meski Arsenal lebih lama menguasai puncak klasemen, hanya masalah waktu menunggu The Gunners tergusur. Dan City cukup cerdik dan sabar menunggu momen yang tepat.

Terlepas dari hasil apapun yang didapatkan Arsenal musim ini, harus diakui bahwa The Gunners musim ini tampil berbeda. Penggemar setia Arsenal mungkin sudah lupa kapan terakhir kali tim idola mereka tampil sebaik saat ini. Dalam 10 tahun terakhir, Arsenal hanya mampu meraih 4 gelar Piala FA. Selebihnya tim berkutat pada kesemenjanaan. The Gunners hanya menargetkan lolos UCL atau Europa League, bukan lagi mengejar gelar. Sulit meraih gelar di dalam negeri, di kompetisi Eropa lebih miris. Arsenal lebih akrab dengan liga malam Jumat dalam 7 tahun terakhir. Arsenal saat ini tidak segagah era Wenger memegang kendali klub. Jadi meskipun pada akhirnya musim ini hanya menjadi runner-up, Arsenal layak bersyukur dengan capaian mereka musim ini. Setidaknya mereka jauh lebih baik dibandingkan dengan Chelsea yang kalap di bursa transfer namun lebih dekat ke zona degradasi.

Harus diakui Arsenal menyimpan segudang potensi. The Gunners diisi pemain muda potensial macam Bukayo Saka, Fabio Vieira, Martin Oodegard, Zinchenko dan banyak lainnya. Namun mereka belum menunjukkan konsistensi dan kesiapan dalam menghadapi tekanan dalam perebutan gelar juara. Ini yang menjadi pembeda antara Arsenal dengan Manchester City. Mental City jauh lebih teruji, sedangkan Arsenal justru sedang membangun mentalitas pemenang dalam skuad mereka. Masalah mental ini terlihat saat Arsenal hanya meraih tiga hasil imbang secara beruntun sebelum mereka dibantai City 1-4. Arsenal membuang 6 poin secara cuma-cuma dan mereduksi keunggulan poin mereka atas City. Sementara di sisi lain, City melaju mulus dengan deretan kemenangan meyakinkan. City dengan sabar menunggu Arsenal membuat kesalahan sembari terus memberikan tekanan mental kepada anak asuh Mikel Arteta.

Problem kedua yang dialami Arsenal adalah ketiadaan eksekutor serangan wahid di lini depan. Jika City punya Haaland, MU punya Rashford, Spurs punya Kane dan Liverpool punya Mo Salah, The Gunners hanya memiliki seorang Gabriel Jesus. Harus diakui pamor Gabjes sebagai penyerang kelas wahid tidaklah mentereng. Di City, Gabjes bahkan hanya menjadi pemain pelapis karena Pep lebih menyukai seorang false nine. Di Arsenal, catatan Gabjes sebenarnya tidak buruk. 19 laga dilalui dengan torehan 9 gol dan lima assist. Tidak buruk namun jauh dari kata istimewa, utamanya untuk tim yang berjuang meraih gelar. Catatan gol Gabjes bahkan kalah dari gelandang serang ataupun penyerang sayap Arsenal. Oodegard, Saka dan Martinelli punya lebih banyak gol dibandingkan Gabjes. Mencari penyerang tengah handal seharusnya menjadi prioritas utama Arsenal musim depan.

Dua hal diatas mesti diperbaiki Arsenal jika mereka ingin menjadi penantang gelar di musim depan. Perbaikan mental bisa dilakukan sembari berjalan. Seiring dengan peningkatan capaian The Gunners di kompetisi yang mereka ikuti, mentalitas pemain akan terbangun dengan sendirinya. Pencarian akan penyerang tengah dan bek kanan wahid akan lebih sulit untuk dilakukan. Untuk posisi penyerang tengah, banyak nama bisa diincar namun memiliki kesulitan masing-masing. Ivan Toney menjadi penyerang lokal paling moncer saat ini, namun seperti kebiasaan yang berjalan sejauh ini harga pemain lokal melambung tinggi ketika tampil bagus. Arsenal mesti menyiapkan dana setidaknya £60 juta untuk memboyong Toney dari Brentford. Kalau mau irit, nama Marcus Thuram bisa jadi opsi karena kontraknya akan berakhir Juni ini. Masuknya seorang penyerang top bisa jadi persaingan positif untuk merangsang Gabjes tampil lebih baik.

Sektor bek kanan juga cukup rumit. Tidak banyak bek kanan top yang tersedia di bursa. Cancelo akan akan di bursa namun sejarah sang pemain di City dan Bayern semusim terakhir ini mesti diwaspadai Arteta. Nama Ivan Fresneda bisa menjadi opsi. Pemain muda Spanyol ini tampil oke sejauh ini. Namun persaingan mendapatkan tanda tangan Fresneda tidak akan mudah. Real Madrid dan Juventus sudah lama mengincar sang pemain. Dan bisa dipastikan masih banyak lagi klub top yang akan ikut perburuan Fresneda. Membeli bek kanan dari sesama tim EPL akan menguras kas Arsenal, dan mengingat sejarah transfer Maguire dan Fofana, harga mahal belum tentu sebanding dengan performa di atas lapangan. Nama lain yang bisa diincar berasal dari Jerman. Dua bek kanan Bayern Muenchen dikabarkan akan dilepas. Mazraoui dan Pavard kesulitan mendapatkan kepercayaan dari pelatih dan salah satu diantara mereka punya peluang untuk diboyong ke Emirates Stadium.

Bagi seluruh penggemar setia The Gunners, mau tidak mau harus menerima kenyataan saat ini dimana mereka sulit meraih gelar juara EPL. Kendali sekarang sudah berada di tangan City, dan berharap mereka terpeleset kalah di dua laga sulit untuk terwujud. Namun Arsenal layak bermimpi untuk musim depan. Momentum yang mereka miliki saat ini harus terus dijaga. Perbaikan perlu dilakukan untuk menutup beberapa kelemahan tim. Transfer harus dilakukan dengan bijak. Tidak perlu keluar banyak uang, yang penting efektif. Pemain yang masuk harus memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas tim. Tim-tim lain di EPL harus mulai mewaspadai Arsenal. Jika kemarin The Gunners sering dijadikan bahan bullyan, sekarang mereka bisa jadi membully para pesaingnya di liga.