Sport

Jatuh Bangun Karir Philippe Coutinho, Ironi Sang Magician.

Hardiyanto 2 years ago 610.0

Januari kali ini akan menjadi awal dari babak baru karir sepakbola Philippe Countinho. Barcelona resmi meminjamkan sang pemain ke Aston Villa dengan durasi kontrak 6 bulan. Disana Coutinho akan bereuni dengan Steven Gerrard, mantan rekan setimnya kala membela Liverpool. Bedanya kali ini Gerrard akan menjadi bos dari Coutinho. Bagi Coutinho sendiri, ini bisa jadi awal dari kelahiran kembali karirnya. Empat tahun terakhir bisa jadi masa paling buruk dalm perjalanan karir Coutinho. Situasi yang mungkin tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Philippe Countinho sendiri sejatinya bukanlah pesepakbola kaleng-kaleng. Setidaknya, julukan Magician yang melekat padanya semasa membela Liverpool bisa menjelaskan kualitas permainan yang dimilikinya. Coutinho mengawali karirnya bersama raksasa Brasil Vasco da Gama. Bersama skuad muda Vasco da Gama dia mengasah bakat istimewa yang dimilikinya. Talentanya sungguh istimewa. Terbukti klub-klub raksasa Eropa berebut tanda tangannya. Inter Milan menjadi yang beruntung. Countinho resmi berlabuh pada Inter Milan pada usia yang masih 16 tahun dengan mahar sebesar 3,8 juta Euro. Namun demi perkembangan sang pemain sendiri, Inter meminjamkan kembali Coutinho ke Vasco da Gama. Ini dilakukan karena Coutinho dirasa terlalu muda untuk langsung pindah ke Italia. Bersama Vasco da Gama kemudian Countinho mendapatkan kesempatan bermain yang cukup.

Musim 2010/11 Coutinho dipanggil oleh Inter Milan. Masa sekolahnya di Vasco da Gama dianggap cukup. Sang pemain dirasa siap untuk menunjukkan bakatnya di tanah Eropa. Musim itu berjalan tidak buruk. Coutinho tampil dalam 20 pertandingan, mengemas sebiji gol dan dua assist. Namun musim berikutnya Countinho dipinjamkan ke Espanyol. Kurangnya kesempatan tampil menjadi alasan, walaupun di paruh awal musim mencatatkan 8 penampilan dengan sebiji gol dan sebiji assist. Di Spanyol bakat Countinho justru terasah dengan baik. Separuh musim membela Espanyol, 16 laga dijalani dengan 5 gol dan 1 assist. Terkesan dengan penampilannya, Inter memanggilnya pulang di akhir musim. Namun bakat Coutinho kadung menyebar di Eropa. Tawaran pun mulai berdatangan.

Bursa transfer musim dingin tahun 2013, Countinho resmi meninggalkan San Siro dan bergabung dengan Liverpool. Mahar sebesar 13 juta Euro dikeluarkan oleh The Reds untuk pemain yang baru menginjak usia 21 tersebut. Petualangan baru Countinho dimulai. Bersama The Reds, bakat istimewa Coutinho seperti menemukan jalurnya. Permainannya meledak. Anak muda Brasil ini langsung menjadi andalan Liverpool. Walaupun tidak pernah menyumbangkan gelar untuk The Reds, namun Coutinho sukses menyihir Inggris dan juga Eropa. Total selama bermain bersama The Reds, Countinho mencatatkan 201 penampilan di seluruh kompetisi. 54 gol dan 45 assist menggambarkan betapa pentingnya Coutinho bagi permainan Liverpool. Sampai-sampai Jurgen Klopp yang kala itu baru ditunjuk menjadi manajer Liverpool bersedia membangun tim di sekeliling sang Magician.

Namun penampilan ciamik Coutinho bukannya tanpa resiko. Banyak klub yang terkesan dengannya, salah satunya raksasa asal Catalan Barcelona. Tak disangka gayung pun bersambut, sang pemain menunjukkan ketertarikan kepada Barcelona. Segala upaya dan bujuk rayu dilakukan oleh Klopp agar Coutinho mau bertahan. Klopp menjanjikan bahwa Liverpool akan segera meraih trofi demi trofi. Namun Coutinho kadung silau dengan gemerlap kebintangan Barcelona. Dalam diri sang pemain sudah tertanam pemikiran bahwa bersama Lionel Messi, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta dia akan mampu mewujudkan mimpi-mimpinya. The Reds pun akhirnya menyerah. Pemain andalan mereka dilepas dengan nilai transfer 135 juta Euro.

Pindah ke Barcelona nyatanya bukan keputusan yang tepat bagi Coutinho. Setelah kepergiannya, Liverpool justru menggila. Gelar Liga Champion musim 2018/19 berhasil diraih The Reds. Ironisnya Barcelona menjadi salah satu tim yang disingkirkan oleh Liverpool secara dramatis. Musim berikutnya The Reds sukses memutus puasa gelar Liga Inggris yang sudah terjadi 3 dekade. Jurgen Klopp memenuhi janjinya, trofi akan segera berdatangan ke stadion Anfield. Hal sebaliknya justru terjadi pada Coutinho. Walaupun sukses menyumbang 5 trofi untuk Los Blaugrana, penampilan Coutinho justru tidak terlalu mengesankan. Penyebab utamanya adalah tidak cocoknya gaya bermain Coutinho dengan Barcelona. Jika di Liverpool dia dimainkan sebagai gelandang serang di sentral permainan, di El Barca dia dimainkan sebagai penyerang sayap. Padahal kecepatan bukanlah atribut utama dari sang pemain. Bakat Coutinho justru tersia-sia.

Musim 2019/20, Coutinho dipinjamkan ke Bayer Munchen. Disana dia dimainkan pada posisi favoritnya. Hasilnya cukup lumayan. 11 gol dan 12 assits dibuat dari 39 laga. Countinho menjadi bagian dari tim yang meraih treble musim itu. Lagi dan lagi, ironi terjadi dalam karirnya. Coutinho terlibat dalam sebuah laga yang akan terus dikenang pecinta bola di seluruh dunia. Bayern Munchen saat itu menghempaskan Barcelona dengan skor 8-2. Coutinho sendiri tampil dan mencetak 2 gol serta sebiji assist untuk Die Bavarian. Di akhir musim, Bayern Munchen sebenarnya ingin mempermanenkan statusnya, Sayang mahar yang diminta Barcelona terlalu tinggi sehingga raksasa Jerman itu mundur teratur.

Coutinho akhirnya kembali ke Barcelona dengan perasaan tak karuan. Sudah kadung nyaman di Jerman, namun harus kembali ke Spanyol. Di Spanyol sendiri Coutinho seperti dimusuhi suporter Barcelona karena perannya dalam kekalahan paling memalukan Barcelona tersebut. Masa depan sang pemain terlihat suram. Kali ini masalah kebugaran sang pemain menjadi andil. Cedera mulai sering melanda. Musim 2020/21 hanya tampil di 14 laga. Dia melewatkan sebagian besar musim karena cedera lutut parah. Permainannya terus menurun. Coutinho bahkan dianggap sebagai beban bagi El Barca. Nilai transfernya yang mahal serta gajinya yang selangit tidak sebanding dengan kontribusinya di atas lapangan. Lima trofi yang didapat selama dia bermain di Spanyol pun sejatinya tanpa peran penting Coutinho di dalamnya.

Januari ini Coutinho hengkang dari Camp Nou, walau hanya untuk sementara waktu. Namun setidaknya ini bisa menjadi awalan baru bagi karirnya di lapangan hijau. Steven Gerrard jelas mengenalnya dengan baik. Stevie G pasti tau potensi yang dimiliki oleh sang pemain. Aston Villa pun sangat membutuhkan pemain dengan karakter play maker seperti Coutinho. Sejauh ini Emiliano Buendia belum dianggap mampu menanggung beban seberat itu. Bagi Coutinho sendiri ini seperti kesempatan kedua. Hal ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh sang pemain. Piala Dunia Qatar akan digelar tahun 2022 ini. Siapa tahu penampilan apik bersama The Villans bisa membuatnya menyegel satu tempat di timnas Brasil. Jika gagal kali ini, mungkin karir Coutinho memang sudah selayaknya berakhir. Ironi untuk pemain yang bahkan belum genap berusia 30 tahun.