Puisi

Salahkan Dia yang Penuh Pencitraan.

Francent Ariyanto 10 months ago 529.0

Bangunan megah itu disebut mahakarya

yang seolah tanpa kelemahan

dan sempurna adanya.

Paling tidak itulah yang terus digambarkan

oleh orang yang berusaha menaikkan citra

sebagai seorang yang berhasil menghasilkan karya besar

dan mempunyai standard internasional katanya.

Rupanya di balik kemegahan yang ada

tersimpan banyak kelemahan mendasar

yang tidak sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan.

Kelemahan itu sangat nampak terlihat

dan disampaikan berulang-ulang secara bergantian

oleh berbagai orang yang mempunyai kepentingan

untuk menggunakan sang bangunan megah.

Sayangnya, orang yang merasa menjadi bintang,

yang meyakini bangunan itu sebagai mahakarya,

tidak peduli dengan kritikan, bebal

dan merasa bahwa semuanya baik-baik saja.

Bangunan itu dianggap sudah sempurna

dan tak perlu perbaikan.

Berbagai kelemahan yang disampaikan

hanya dianggap sebagai upaya menjelekkan dirinya belaka.

Sekarang, bangunan megah itu hendak diperbaiki

agar siap digunakan dan jadi lebih baik

sehingga tidak mempermalukan satu negeri

saat menggelar perhelatan tingkat dunia akhir tahun ini.

Tetapi apa yang terjadi?

Perbaikan dianggap sebagai upaya politik

untuk menjegal orang yang sejak awal tak tahu diri

karena terus menggunakan bangunan itu sebagai upaya glorifikasi

untuk menaikkan citra diri demi sebuah kontestasi.

Orang inilah yang harus disalahkan

jika sekarang bangunan megah triliunan itu perlu perbaikan.

Salahkan dia yang terlalu berlebihan memuji dirinya

dan tidak peduli dengan para pendahulu dan penggagas.

Salahkan dia yang mencitrakan bangunan megah mahakarya

seolah tidak mempunyai kelemahan.

Salahkan dia yang tidak pernah peduli dengan kritikan

sehingga tidak pernah melakukan perbaikan.

Salahkan dia yang hanya membangun asal megah

dengan nilai triliunan

tetapi tidak sesuai dengan peruntukannya.

Salahkan dia karena penuh dengan kebohongan.

Jika sekarang citranya hancur dan dianggap pemimpin gagal,

itu karena kesalahannya sendiri yang penuh dengan pencitraan.