Politik

Verba Volant Scripta Manent.

T.A Nugroho a year ago 259.0

Verba Volant Scripta Manent merupakan bahasa latin yang jika secara gampang dibahasakan bisa diartikan sebagai segala apa yang terucap akan hilang, yang tertulis akan abadi.

Manusia boleh berucap, bebas berucap apapun terserah dia mau berucap apa. Tapi ucapan hanya akan menjadi angin lalu tanpa sebuah tindakan nyata yang mengiringinya. Berbeda hal nya jika ucapan tersebut terdokumentasikan, baik melalui tulisan ataupun melalui media lain yang bisa cerna oleh indera manusia.

Itulah mengapa manusia sejatinya bisa dilihat dari kata-kata yang diucapkannya. Apakah kata-katanya mengandung kebenaran ataukah hanya sebuah bualan yang penuh kebohongan semata.

Dalam percaturan politik di Indonesia, banyak oknum manusia-manusia politik yang ketika musim pemilu akan dimulai, mereka entah dengan arahan atau tidak serta merta mengumbar janji-janji politik manis kepada para calon konstituennya masing-masing. Tapi perlu diingat kembali bahwa ucapan hanya akan menjadi angin lalu jika tidak diiringi oleh tindakan nyata setelahnya

Dan pada kenyataannya, apa yang telah mereka janjikan pada musim pemilu tak pernah mereka tepati ketika mereka telah terpilih, walaupun ada juga beberapa orang manusia politik yang benar-benar menepati janjinya, tapi itu ibarat satu dari seribu.

Tapi toh seperti apapun, sistem politik di Indonesia sudah seperti ini adanya, dibilang sempurna masih jauh dari sempurna, tapi jika harus kembali ke masa seperti orde baru, itu merupakan hal yang haram terjadi, jangan sampai. Demokrasi harus tetap berjalan, walaupun belum sempurna. Partai politik sebagai sebuah otoritas kekuatan besar di era demokrasi harus mau dan mampu menjadi lebih baik untuk kedepannya, karena demokrasi tetap harus membutuhkan partai politik.

Pertanyaanya kemudian adalah lalu partai politik seperti apa yang bisa diharapkan di era demokrasi yang belum matang atau belum sempurna seperti sekarang ini?

Jawabannya gampang, pertama lihat saja track record partai politik tersebut, apakah janji-janji nya selama ini terpenuhi atau setidaknya berusaha memenuhi atau tidak. Kedua, lihat elite-elite partai tersebut apakah apa mereka sudah teruji oleh zaman ataukah mereka hanya elite partai karbitan alias kutu loncat yang kesana-kemari hanya mencari celah kekuasaan. Ketiga, lihatlah konsistensi ketua umumnya apakah Sang Ketua Umum partai politik tersebut konsisten terhadap ucapan, prinsip dan tujuannya dalam berpartai ataukah tidak.

2024 bisa menjadi pintu gerbang menuju Indonesia emas 2045 jika kita tepat memilih pemimpin, tetapi 2024 juga bisa menjadi sebuah awal kegelapan jika kita salah memilih pemimpin. Pengalaman pilpres 2014 dan pilkada jakarta 2017 sedikit banyak meninggalkan bekas mendalam di tengah-tengah masyarakat hasil dari politik identitas.

Tentu kita tak mau bangsa dan negara kita terpecah belah hanya karena sebuah politik kotor bernama politik identitas. Bangsa dan negara ini jauh lebih besar dari aktor-aktor yang telah memainkan politik identitas pada waktu itu. Maka, sebagai masyarakat jelilah dalam memilih seorang pemimpin, dan untuk partai politik ataupun gabungan partai politik berhati-hatilah dalam mengusung pasangan calon pada 2024.

Jangan mau di adu domba dengan politik identitas, karena sekali lagi bangsa dan negara ini jauh lebih besar dari sebuah kekuasaan 5 tahunan. Bangsa dan negara ini didirikan di atas tumpah darah para pahlawan, jangan khianati itu dengan melakukan politik-politik kotor tanpa etika.