Politik

Tragedi 98, Fransisca Gadis Cantik Umur 11 Warga Keturunan yang Diperkosa Pakai Beling.

Manuel 10 months ago 1.1k

Mungkin saya terlalu egois untuk memikirkan apa yang saya alami di tahun 1998 saat status saya masih mahasiswa. Saya hanya sering menceritakan pengalaman-pengalaman saya begitu mencekam di Jakarta sekitar 25 tahun silam.

Dan sampai saat ini ketika saya memikirkan Jakarta yang saya pikirkan hanyalah kasus kerusuhan Mei 1998 yang berdampak kepada diri saya. Namun ternyata ada cerita-cerita lain yang begitu mencekam dan begitu horor untuk bahkan diceritakan oleh seorang yang sudah berpengalaman di dalam aktivis perempuan yakni ibu Ita Fatia Nadia.

Saya membaca dari sebuah kolom berita media mainstream di Indonesia mengenai cerita pilu yang dialami oleh seorang aktivis ketika menemani anak kecil keturunan Tionghoa bernama Fransiska pada tahun 1998 silam. Saat itu Fransisca baru berusia 11 tahun dan dia sudah harus berjuang sendirian meregang nyawa ketika vaginanya tercecer serpihan-serpihan botol beling yang hancur.

Dari pengakuan ibu Ita, terlihat sekali bahwa serpihan-serpihan itu adalah botol beling yang dimasukkan secara paksa ke kemaluan gadis kecil Fransiska dan dipecahkan dari dalam. Saat itu kondisi Fransiska masih hidup namun sudah sulit tertolong karena pendarahan hebat yang dialami di bagian kemaluannya.

Namun Fransiska terus menggenggam tangan Ibu kita yang kepalanya disandarkan ke lengan ibu Ita. Buat menangis pun rasanya dia sudah tidak ada tenaga dan dia hanya merintis kesakitan dan tidak mungkin bisa dirasakan oleh semua orang bahkan ibu kita Nadia yang ada di sampingnya.

Ketika sedang dalam proses penyelamatan nyawa genggaman tangan dari Fransiska pada akhirnya lemas dan hilang sehingga ia menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan ibu Ita.

Sambil menangis saya menulis artikel ini dan sambil merasa sedih saya ternyata belum seberapa mengalami perlakuan-perlakuan mengerikan dan keji rasis di tahun 1998 silam. Diperkosa pakai botol beling saja sudah tidak bisa dibayangkan. Ini lebih gila lagi yakni botol beling yang sudah masuk dipecahkan. Ibu Ita mengatakan bahwa butuh 5400 detik yang begitu lama untuk membersihkan kemaluan Fransiska dari serpihan beling sebagai janjinya kepada sang jenazah.

Ngerinya, saat ini ada sekelompok orang yang merasa diri pahlawan bangsa berani-beraninya mengangkat dan mendaulat salah satu tokoh sebagai calon pemimpin, sambil mengklaim bahwa banyak mantan korban penculikan dan interogasi aktivis ada di partainya sebagai bukti bahwa dia tidak bersalah. Kita nggak usah mikirin capres cawapres, pikirkanlah kemanusiaan secara normal.

Di negara ini dan di setiap negara tentu punya satu cara atau metode indoktrinasi alias cuci otak yang membuat orang-orang selama tersebut kembali ke orang yang dianggap bermasalah dengan masa lalu dan menjadi dalang dari hal tersebut. Ingatan kolektif kita sebagai bangsa ini harus merasuk kepada jiwa-jiwa generasi Z yang saat ini tidak secara langsung mengingat dan mengalami pilunya 1998.

Fransiska yang masih berusia 11 tahun pun akhirnya harus menghembuskan nafas terakhir sambil ibu Ita menangis berkata kepada jasad yang sudah kaku dengan kalimat "yang sabar ya nak kamu pasti ketemu ibu dan saudaramu di sana".

Begitu pilu kisah Fransiska dengan beling yang berceceran di kemaluannya. Dan orang-orang keturunan Tionghoa saat itu yang punya uang pada akhirnya harus lari dari Indonesia dan menetap di negara lain karena tidak sanggup mengingat trauma trauma yang mereka alami pada tahun 1998.

Kalau kemauan laki-laki dipotong, masih ada peluang sembuh karena lukanya dianggap luka luar. Akan tetapi kalau sudah bicara tentang kemaluan perempuan yang masuk ke dalam tentu itu tidak bisa dibayangkan internal bleeding yang dialami kebahagiaan perut dan usus.

Kisah Fransiska sudah menjadi salah satu kesedihan yang ketika diingat hanya bisa menyayat hati namun solusinya tidak ada sampai saat ini. Ngeri kalau orang-orang yang bermasalah dengan masa lalu bisa menjadi pemimpin di negara ini sambil mengklaim bahwa dirinya paling berjasa dan hati nuraninya bersih.

Pelanggaran hak asasi manusia di tahun 1998 dan 2016-2017 yang dilakukan oleh relawan radikal harus kita kecam bersama-sama dan jangan sampai orang-orang yang bagian di dalam hal tersebut bisa memimpin negara ini.

Saya nggak perlu sebut nama karena memang kita sama-sama harus tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang harus kita hindari. Masih ada cerita-cerita yang tidak kalah kelamnya dengan apa yang dirasakan oleh Fransiska.

Kesulitan-kesulitan yang mereka alami di dunia ini khususnya tahun 1998 harus dibayar tuntas oleh pemerintah dan elemen negara ini siapapun yang memiliki hati nurani.

Yang bilang isu ini sudah basi saya mengajak kalian untuk berpikir jika anak perempuan kalian yang diperlakukan seperti itu dan istri kalian juga dihabisi dengan cara yang sama. Mungkin kalian juga akan merasakannya tapi kalau kalian mengatakan bahwa dari agama kalian mengajarkan perempuan itu memang harus digituin dan saya diam aja nggak mau ngomong lebih jauh.