Politik

Tek Henti Membaca Peluang Ganjar Jadi Capres PDI Perjuangan .

Adin 2 years ago 910.0

Ganjar menjadi sosok yang diperhatikan publik dengan nada miris. Karena sosok ini seolah dianaktirikan, dicuekan padahal elektabilitas dan popularitasnya sangat tinggi. Selain itu segudang pengalaman memimpin masyarakat sipil tak boleh dilupakan.

Kabar terbaru semakin meyakinkan jika Ganjar dipinggirkan. Gubernur Jawa Tengah kembali tak diundang PDIP dalam acara di Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (18/9). Acara itu membahas persiapan pemenangan Pemilu 2024.

Sebelumnya, Ganjar juga tidak diundang PDIP dalam acara yang dihelat pada Mei lalu, juga di wilayah administrasi kepemimpinannya.

Tentu saja publik bertanya-tanya, karena Ganjar merupakan kader PDIP dengan elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden di hampir seluruh hasil survei. Sosoknya tentu memiliki pengaruh besar bagi PDIP.

Alih-alih mengoptimalkan Ganjar yang sudah memiliki modal popularitas dan elektabilitas tinggi, sejumlah kader PDIP justru membentuk Dewan Kolonel untuk meningkatkan citra serta elektabilitas Puan Maharani.

Ganjar masih memiliki kans diusung PDIP sebagai capres. Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri sangat rasional dalam memilih sosok yang akan diusung. Terlebih, Ganjar merupakan kader PDIP yang paling menjanjikan jika dilihat dari elektabilitas.

Dinamika yang terjadi sekarang ini, yang menunjukkan Ganjar seolah diabaikan oleh PDIP, tidak menggambarkan keputusan partai yang sudah final. Pendaftaran capres-cawapres pun baru dibuka 2023.

Selama PDIP tidak memberhentikan Ganjar secara langsung dan dengan tegas melarangnya untuk tampil di muka publik, Ganjar masih berpeluang menjadi capres yang akan diusung PDIP.

Melihat sejarah pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu, PDIP tidak masalah ketika tidak mengusung capres dari keturunan Sukarno. Oleh karena itu, Ganjar tetap memiliki kans diusung sebagai capres oleh PDIP.

Pilihannya apakah PDIP akan mengangkat anak ideologisnya sebagai calon presiden yaitu Puan atau akan mengangkat kadernya yang punya elektabilitas tinggi yaitu Pak Ganjar. Kultur yang terbangun di PDIP yakni tidak selalu mengutamakan popularitas.

Melihat pada Pilpres 2014 ketika Jokowi diusung PDIP. Waktu itu Megawati lebih melihat kapabilitas ketimbang popularitas Jokowi yang kalah dibanding Prabowo Subianto. Namun, semuanya kembali lagi pada keputusan Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum PDIP.

Meski Ganjar dan Puan sama-sama potensial, dinamika politik yang berjalan masih dinamis. Beragam kemungkinan masih mungkin terjadi. Dewan Kolonel yang dibentuk sejumlah anggota DPR fraksi PDIP pun perlu bekerja keras jika ingin membuat elektabilitas Puan Maharani tinggi seperti Ganjar Pranowo.

Berpengaruhnya 'Dewan Kolonel' tergantung dari militansi dan intensitas dewan ini dalam mensosialisasikan Puan karena tentu mensosialisasikan juga tidak mudah. Perlu berjejaring dari tingkat pusat hingga tingkat daerah tertentu.

Penentuan Capres memang menarik disimak karena sering memberikan kejutan. Sebagaimana tahun 2019 ketika drama Jokowi memilih KH. Maruf Amien dan Prabowo memilih Sandiaga Uno.

Kita nantikan saja drama politik menjelang tahun 2024.