Politik

Spanduk Khilafah dan Kobra, Ujung-Ujungnya Anies Yang Diuntungkan.

Xhardy a year ago 1.3k

Anies lanjutkan safari politiknya.

Setelah di Bandung, dia kemudian melanjutkan ke Pandeglang. Tapi ada satu hal heboh yang muncul, yaitu terkait spanduk. Bukan spanduk ucapan terima kasih seperti yang ada di Underpass kota Depok yang muncul dan lenyap tanpa pemberitahuan.

Spanduk dengan logo HTI dan bertuliskan ‘Dukung Anies Tegakkan Khilafah di Banten’ dipasang di Terminal Kadubanen, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.

Ada yang sedang bermain api sekaligus bermain play victim, seperti yang sudah biasa dilakukan oleh mantan prihatin.

HTI sudah resmi dibubarkan dan dilarang di Indonesia sejak 19 Juli 2017 lalu. Tapi ada yang masih suka menggunakan nama ormas ini untuk kepentingan politik.

Keberadaan spanduk bergambar bendera HTI dan dukung Anies tegakkan Khilafah di Banten sudah terpasang selama dua hari di Kabupaten Pandeglang. Warga sekitar pun tidak tahu, siapa yang memasang spanduk itu.

“Tapi itu sudah ada dua hari lalu. Dipasangnya pada hari Senin dini hari, sekira pukul 1.00 WIB,” katanya yang kebetulan begadang.

Siapa orang yang memasang, tidak ada yang tahu persis, tapi saat pemasangan spanduk menggunakan mobil Mitsubishi Strada berwarna silver.

Satu kata: memuakkan.

Dari dulu sampai sekarang jualannya khilafah melulu. Model begini sudah basi, di mana nanti akan ada yang teriak ini adalah ulah buzzerRp yang benci dengan Anies, yang ingin Anies jatuh, yang ingin Anies jelek namanya.

Mereka bilang sejak Anies memimpin, tidak ada khilafah berkembang. Inilah yang dijadikan mereka sebagai alasan lalu menganggap spanduk itu sebagai fitnah keji terhadap Anies. Siapa menuduh siapa, ini adalah spesialisasi kelompok sebelah.

Biasanya, kalau perkiraan tidak meleset, ini model play victim. Teriak sendiri, ribut sendiri lalu reda dan begitu seterusnya. Mirip lah dengan partai yang ngeluh kantornya dilempari telur busuk oleh orang tak dikenal padahal telurnya jatuh jauh dari kantor.

Ini juga tidak beda dengan seorang emak-emak dulu yang mendukung Prabowo lalu suatu hari mobilnya terbakar, yang ternyata karena masalah aki. Tapi sebelum itu, pendukung mengaitkan dengan dendam politik. Ada juga petinggi partai munafik jualan agama yang rumahnya dilempari molotov. Cerita-cerita seperti ini sudah bukan cerita baru. Kaset lama yang terus diputar ulanh dengan kemasan baru.

Ada lagi yang lebih heboh.

Kediaman pribadi mantan Gubernur Banten Wahidin Halim dilempari sekarung ular kobra oleh orang tak dikenal, bertepatan dengan rencana kedatangan Anies.

"Saya kan orangnya kalau diganggu nggak pernah kepikiran. Kalau ada orang yang jail, saya nggak pikirin, ada Allah. Dari dulu sikap saya begitu, nggak mau ribut-ribut. Tapi di depan Anies, saya doain biar mereka dapat hidayah," kata Wahidin.

Dari hasil rekaman CCTV, pelaku pelemparan karung kobra ada dua orang, sekitar pukul 03.31 pagi.

"Kejadian jam 03.41 WIB. Ceritanya saya semalam sampai pukul 03.00 WIB, awalnya ada dua orang boncengan, pas kita masih banyak pasang spanduk, dia lari. (Naik) motor NMAX tanpa pelat nomor, pakaian rapet, (pakai) masker, pakai helm. Dia datang lagi, lewat belakang, ngelempar pas pintu gerbang," kata Darma.

Sebenarnya kalau mau menganalisis ini, banyak yang bisa dipertanyakan. Kenapa harus dikarungin? Kenapa dilempar saat ada orang pasang spanduk, bukankah rawan ketahuan?

Dan informasi yang tidak jelas karena plat nomor motor tidak ada, pelaku juga pakai masker dan helm maka hampir dipastikan sulit dilacak pelakunya. Kasus ini akan terus menggantung dan misterius selamanya.

Dan kita pakai logika saja, siapa pun yang yang mengirim kobra ini, apa pun motivasinya, pasti rakyat akan mengaitkannya dengan kelompok anti Anies. Ini diperkuat dengan kata Wahidin Halim bahwa dia mau dikunjungi Anies. Apa pun itu, masyarakat pasti akan berpikir ini ulah orang yang benci Anies. Siapa yang benci Anies? Ujung-ujungnya yang kena getah adalah kelompok yang mendukung pemerintah.

Ini sebenarnya sudah rahasia umum. Tapi terus dilakukan. Akhirnya akan terjadi saling tuduh. Ada yang play victim. Yang menjadi korban berada dalam posisi kuat dan bisa meraih simpati publik.

Bagaimana menurut Anda?