Dasar berdirinya hukum adalah untuk keadilan. Namun banyak orang licik dan melihat celah hukum yang bisa mereka manfaatkan. Maka karena itulah ada yang menilai bahwa hukum itu subjektif.
Orang yang tidak bersalah bisa berperkara hukum karena keinginan orang-orang tertentu. Apalagi orang tertentu itu punya kekuasaan atau punya jabatan yang tinggi. Jabatan tinggi atau kekuasaan memiliki power yang bisa mengatur sesuatu sesuai keinginan atau kepentingannya.
Siapa saja yang mereka bidik maka akan berperkara. Lalu perlawanan orang-orang yang diperkarakan ini pastilah sangat sulit. Tapi saya yakin bahwa keadilan itu sejalan dengan kemanusiaan, maka perjuangan yang tak kenal lelah untuk menegakkan keadilan akan selalu terus berkobar.
Pada dasarnya manusia itu tidak mau ditindas, tidak mau dizolimi atau tidak mau diperlakukan semena-mena, dan hanya orang bodoh yang sudah didoktrin yang tidak ingin menegakkan keadilan bersama-sama.
Orang-orang bodoh sudah pasti akan sering ditakuti dengan berbagai hal, misalnya kelaparan, kemiskinan atau kekurangan duit.
Nah di negeri ini mungkin praktek intimidasi sudah sering kita dengar, atau bahkan di antara para pembaca mungkin sudah pernah menyaksikan intimidasi? Apalagi dalam urusan politik, gaya seperti ini sudah sering kita saksikan.
Pada pilpres 2024 ini, ada banyak gejolak yang telah kita lewati, dan meskipun perhelatan sudah selesai namun sesungguhnya perjuangan untuk terus menegakkan keadilan itu tak akan pernah berhenti.
Seperti pada kasus yang menimpa Sekjen PDIP, Pak Hasto. Hasto saat itu diperiksa sebagai saksi dalam kasus suap Harun Masiku di Gedung KPK. Ada dugaan Hasto lagi dibidik?
Namun dalam proses itu, ada hal janggal, yaitu Kusnadi yang mendampingi Hasto ke gedung KPK malah didatangi oleh seorang yang memakai topi dan masker, mungkin untuk menutupi wajah agar tak ketahuan siapa dirinya, namun akhirnya ketahuan bahwa orang itu adalah Kompol Rossa.
Kompol Rossa ini mendekat ke Kusnadi dengan alasan dipanggil Hasto, lalu di lantai 2 ternyata Kusnadi tidak bertemu dengan Hasto. Jadi apakah Kompol Rossa ini berbohong pada Kusnadi? Alias Ngarang kalau Kusnadi dipanggil Hasto padahal tidak?
Dan kejanggalan yang sangat jelas setelah Kusnadi memenuhi panggilan itu di lantai 2, ternyata bukannya ketemu Hasto tetapi Kusnadi diperiksa serta barang bawaan disita paksa. Mmhhh... bukankah ini adalah pelanggaran? Kok bisa semena-mena begitu?
Dari insiden itu pembaca mungkin bisa menduga bahwa memang Hasto sekarang lagi dibidik dan diupayakan dicari kelemahannya bahkan sampai menggeledah secara tidak sah pendamping Hasto dan menyita barang bawaan. Apakah ada data atau sesuatu yang bisa mereka manfaatkan untuk semakin menekan Hasto?
Maka wajar sekali kalau Tim Kuasa Hukum Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto melaporkan penyidik KPK Kompol Rossa Purbo Bekti ke Dewan Pengawas KPK atas peristiwa itu. Dan sebagai warga negara tentu saja punya hak dan kedudukan di mata hukum, maka perlawanan atas dugaan ketidakadilan atau dugaan perbuatan semena-mena pun harus dilakukan. Bukankah begitu pemirsa?
Semoga makin jelas siapa di balik dari semua ini. Dan semoga keadilan benar-benar masih nyata di negeri ini, dan semoga tidak terjadi lagi orang-orang yang punya jabatan menggunakan powernya untuk kepentingan tertentu bukan untuk kepentingan menegakkan keadilan.
Dan sebagai Sekjen Partai yang besar tentu saja tidak aman dari berbagai serangan. Dan semoga Pak Hasto menemukan momentum yang tepat sehingga terkuak semuanya dan membongkar segala kejanggalan dan ketidakbecusan yang terjadi.