Politik

Senada dengan Sivitas Akademika UGM, Menteri PUPR (Pak Bas) Ikut Angkat Suara di Tunisia.

Ge Witjaksono 3 months ago 127.0

Mungkin sama sekali di luar bayangan kita semua bahwa pemerintahan Jokowi yang berlangsung selama 2 periode akan melalui episode hitam di penghujungnya. Diawali dengan pelanggaran etik berat di MK, politisasi bansos, pengekangan hak berdemokrasi rakyat, berbagai drama ketidaknetralan dalam Pilpres, pernyataan bahwa presiden boleh kampanye dan lain sebagainya.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa berbagai penyimpangan Jokowi itu terjadi karena ambisi kekuasaannya. Ya, Pak Lurah sangat berambisi untuk melanggengkan kekuasaannya melalui anaknya, si Samsul. Demi anaknya ikut berkompetisi dalam Pilpres 2024, perilaku Jokowi telah membuat muak dan prihatin banyak pihak.

Banyak influencer yang dulunya pendukung Jokowi, kini mengkritik perilaku politiknya yang sudah mengabaikan etika. Begitu pula netizen dan para pengamat. Berbagai kritik ini mulai gencar sejak drama 'Mahkamah Keluarga' bergulir di MK.

Namun semua kritikan itu hanya dianggap angin lalu saja bagi Pak Lurah. Ia tetap melakukan berbagai aksi tidak terpujinya itu. Seolah ia sedang memamerkan kekuasaannya yang menggenggam semua kekuatan alat negara, yang tak mungkin bisa tersentuh oleh rakyat.

Rupanya perilaku Jokowi juga membuat korps almamaternya sendiri, UGM menjadi jengah. Sehingga pada tanggal 31 Januari 2024, para sivitas akademika UGM mengeluarkan petisi Bulaksumur.

Petisi Bulaksumur tersebut menyesalkan tindakan-tindakan menyimpang yang justru terjadi pada masa pemerintahan Jokowi yang juga merupakan bagian dari keluarga besar Universitas Gadjah Mada (UGM).

Menurut sivitas akademika UGM, Jokowi saat ini dinilai telah menyimpang dari prinsip-prinsip moral demokrasi, kerakyatan, dan keadilan sosial. Dalam petisi tersebut, ada sejumlah kasus yang menjadi catatan, antara lain pelanggaran etik di Mahkamah Konstitusi (MK), keterlibatan aparat penegak hukum dalam proses demokrasi, hingga pernyataan Jokowi tentang keterlibatan pejabat publik dalam kampanye politik yang dinilai kontradiktif.

Bak gayung bersambut, Petisi Bulaksumur diikuti oleh munculnya berbagai petisi dari banyak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Semuanya senada mengkritik kemunduran demokrasi dan pelanggaran etika yang terjadi belakangan ini.

Situasi dan kondisi politik yang amburadul ini kabarnya juga membuat soliditas kabinet agak terganggu. Rumor yang beredar menyebutkan bahwa Menkeu Sri Mulyani dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono alias Pak Bas juga akan mundur. Kendati caranya basi seperti biasanya, hal ini dibantah oleh pihak istana.

Seperti halnya Sri Mulyani, Pak Bas juga merupakan menteri andalan Jokowi. Kader PDIP itulah yang menukangi pembangunan infrastruktur di Indonesia selama 2 periode kepemimpinan Jokowi. Ia banyak membangun jalan tol, jembatan, bendungan, perumahan dan berbagai infrastruktur yang lain.

Baru-baru ini, di sela kunjungan kerjanya ke Tunisia dalam menghadiri The 5th Mediterranean Water Forum, Pak Bas berkesempatan menemui Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Tunis, Tunisia.

Pada kesempatan itu, Pak Bas berpesan agar anak muda bersikap profesional yaitu mengerjakan sesuatu dengan hati, setia, tanpa pamrih, dan ikhlas. Ia juga mengatakan sebagai anak muda yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri harus mengerti dalam menjalani proses yang ada. Walau sesulit apapun harus dijalani dengan sabar dan tabah.

"Memberi contoh itu mudah, tapi menjadi contoh itu tidak mudah," pesan Pak Bas dalam silaturahmi bersama Duta Besar RI untuk Tunisia KH Zuhairi Misrawi di Wisma Duta yang dihadiri sekitar 100 orang pelajar Indonesia di Tunis yang sebagian besar merupakan mahasiswa S1 dan S2 di Universitas Zaitouna. Pak Bas juga menyebutkan pentingnya memiliki akhlakul karimah untuk bisa memenangkan kompetisi.

Mungkin pesan Pak Bas terdengar normatif dan biasa-biasa saja. Namun bila kita renungkan lebih dalam terkait dengan kondisi perpolitikan kita di tanah air, bagi saya ada yang nyambung. Apalagi kalau bukan masalah etika yang telah diabaikan oleh Pak Lurah dan kubu yang didukungnya dalam kompetisi Pilpres 2024.

Keren! Ternyata Pak Bas menyuarakan hal yang senada dengan sivitas akademika UGM. Toh ia juga merupakan alumnus (Fakultas Teknik) UGM. Jadi wajar jika Pak Bas merasa prihatin dengan adanya alumnus UGM yang telah keluar dari jatidiri UGM.

Salam cinta NKRI