Politik

Romantisme Yang Tak Berujung.

Kiki Daliyo a year ago 408.0

Kemesraan ini…

Janganlah cepat berlalu…

Kemesraan ini…

Inginku kenang selalu…

Sejumput lagu dari seorang maestro legendaris di Indonesia. Iwan Fals, sosok seniman musik yang dikenal akan lagu-lagu baladanya dalam menuturkan realitas keseharian serta kritik sosial yang terbungkus rapi dalam sebuah nada indah nan lagu merdu.

Meskipun Iwan Fals cukup dikenal akan lagu-lagu bernuansa politisnya, namun Sang Maestro juga tak lupa untuk menyuguhkan lagu ala-ala cinta kepada penggemarnya. Misalnya, lagu berjudul “Kemesraan” seperti lirik yang telah kutanggalkan di atas.

Lagu populer itu tentunya sudah acap terdengar dikedua telinga. Tembang tersebut benar-benar menyiratkan sebuah arti kepada pasangan agar selalu menjaga keharmonisan, tetap saling mencinta, menyayangi, peduli dan pengertian. Semua makna tersebut sebagai upaya terciptanya ketentraman, kenyamanan serta kerukunan dalam menjalani sebuah hubungan.

Pas sekali, saat telingaku menikmati sepenggal lagu “Kemesraan” ini, tak sengaja kedua manikku menyalang kala mendapati sebuah unggahan yang berhasil memikat dua bola mataku.

Potret romantisisasi Ganjar bersama Atikoh ketika saling melangkahkan kedua kakinya untuk menyusuri jalan. Meskipun visual keduanya diambil dari angle belakang, namun tetap saja, kemesraan sepasang suami-istri tersebut masih begitu kentara.

Dalam unggahan tersebut, tampak terlihat jika keduanya saling bergandengan tangan saat hendak menyebrangi jalanan. “Erat,” begitulah kondisi jari-jemari keduanya yang saling bertaut.

Teruntuk wanita, love language semacam itu sangatlah berarti. Meskipun dimata orang lain terkesan biasa, namun bagi wanita-wanita berhati lembut pun menganggap jika hal-hal kecil seperti itu sangatlah bermakna baginya.

Begitu pula dengan Atikoh, perhatian sekecil apapun dari Ganjar, sudah pasti akan membuat hatinya mabuk kepayang.

Physical touch yang Ganjar berikan untuk seorang Atikoh benar-benar membuatku terkagum-kagum kepada sosoknya.

Mataku pun kembali dibuat terpesona akan sosok Ganjar yang begitu memuliakan perempuan. Melihat fenomena seperti itu, diriku kembali teringat pada pesan ibukku dalam hal memilih pasangan hidup.

Ibukku berpesan, agar kedepannya memilih suami yang bertanggung jawab, dapat menjadi seorang kepala keluarga yang bisa diandalakan dan mampu menuntun keluarganya dalam hal kebajikan, serta menyayangi wanita yang telah melahirkannya.

Menurut ibuku, sosok lelaki yang amat menyayangi keluarga terlebih ibunya, bisa dipastikan bahwa dirinya adalah pria berhati lembut, penuh ketulusan, penyabar serta menyayangi wanita yang dicintainya. Karakteristik pria seperti ini tentunya tak akan tega ketika harus menyakiti wanita yang telah dipilih untuk mendampingi hidupnya.

Dan benar saja, diriku turut dibuat berkaca dari perlakuan ayahku kepada nenekku alias ibunya. Dimasa tua nenekku, ayahku sangat menjaga serta memperhatikan kondisi nenekku dengan amat teliti. Mulai dari asupan makan pun turut menjadi konsen ayahku. Betapa sayangnya anak lelaki (ayahku) ini kepada ibunya.

Itulah alasan mengapa ibukku sangatlah ingin puterinya ini kelak mendapat lelaki tepat, yang bisa melindungi serta mengayomi keluarganya.

Dari pesan orang tuaku, diriku pun telah memantapkan hati untuk memilih pasangan yang memiliki tabiat layaknya seorang Ganjar Pranowo, yang sangat perhatian kepada istri tercintanya.

Sangking nge-fansnya diriku kepada pasangan ini, membuat adrenalinku semakin kuat dalam menelisik seberapa cinta dan kasih sayang yang telah digoreskan Ganjar pada istrinya.

Tak kusangka, rupanya diriku terlalu cepat kala menelisir kisah-kisah romantisme keduanya. Mataku sempat dibuat nanar ketika mendapati sebuah foto yang membuat jantungku berdegup begitu cepat, lantaran terpesona dengan sosok didalam gambar tersebut.

Lagi-lagi momen manis Ganjar bersama istri terjepret kamera canggih. Dengan jelasnya, didalam foto tersebut membeberkan aktivitas Ganjar yang tengah memijit lembut kaki sang istri yang kelelahan setelah melewati garis finish marathon.

Yap, istri Ganjar ini memanglah memiliki hobi unik, yang tentunya berbeda dengan istri pejabat lainnya. Atikoh, seorang ibu yang gemar ber-olahraga. Ragam akitivitas olahraga yang digelutinya antara lain lari-lari dan bersepeda.

Disaat kebanyakan istri seorang pejabat memiliki hobi flexing. Namun berbeda dengan Atikoh, wanita satu ini lebih suka dalam hal yang berhubungan dengan aktivitas pemeliharaan kesehatan tubuh. Bahkan, Atikoh sendiri tak tahu-menahu tas-tas branded yang sering ditenteng para artis-artis ternama.

Produk lokal, menjadi pilihan terbaik keluarga Ganjar. Ibarat kata, keberadaan produk lokal sudah seperti manekin berjalan bagi Ganjar dan Atikoh. Karena dari pemilihan produk lokal itu, bisa menjadi bagian promosi dari produk warganya.

Meskipun jauh dari kata mewah, namun keadaan demikian tak membuat Atikoh malu. Justru dirinya tampil percaya diri dengan printilah barang lokal yang harganya tak membuat kantong mringis.

Kesederhanaan seperti ini sudah mereka lakoni sedari awal menikah. Bahkan, bisa dikatakan jika keduanya merangkak bersama-sama dari bawah.

Disaat banyaknya berita bersliweran yang memuat perpisahan lantaran keadaan ekonomi maupun masalah prahara rumah tangga lainnya. Namun hal seperti itu tak berlaku bagi Atikoh. Suka dan dukanya bersama Ganjar, ia lalui bersama-sama.

Mengontrak rumah pun juga telah dirasaknnya. Akan tetapi, berkat kesabaran serta kelegowoan pasangan ini, membuat Tuhan menaikkan derajat keluarga kecil mereka. Seperti yang kita lihat saat ini, Ganjar diamanahi tugas untuk menjadi seorang Gubernur dan telah berlangsung selama dua periode.

Meski tak mudah menjadi seorang pemimpin. Namun dengan ketelatenan Ganjar dalam merawat tanggung-jawabnya, membuat ia kembali dinaikkan derajatnya oleh Tuhan. Kini, dirinya dinobatkan menjadi Capres yang akan siap sedia beradu kompetensi pada Pemilu mendatang.

Dan pastinya, Ganjar tak akan pernah merasa sendirian dalam melewati kompetisi itu. Sebab, dibelakangnya akan selalu ada sosok wanita serta ibu hebat yang akan senantiasa memberikan support untuk Ganjar.

Bagi seorang Atikoh, Ganjar adalah belahan jiwanya. Meski ia tahu bahwasannya suami tercintanya itu juga milik masyarakat, namun dirinya tak akan pernah merasa cemburu apalagi tersaingi. Sebab ia tahu, itulah konsekuensi yang harus diterimanya kala menjadi istri seorang politikus ulung.

Pada hari esok yang akan datang, Atikoh juga tak akan sendirian dalam memberikan dorongan untuk Ganjar. Namun akan ada jutaan masyarakat Indonesia yang akan ikut serta dalam mendukung serta memanjatkan doa terbaik untuk Ganjar, supaya kelak dirinya dapat menjadi pemimpin mereka, dengan meneruskan kiprah seorang Joko Widodo.

Mungkin diwaktu mendatang pula, akan semakin banyak cerita sweet dari perjalanan cinta Ganjar dan Atikoh yang saling bersatu padu dalam melindugi serta mengayomi warganya.