Politik

Respon Menteri Bahlil Ketika Dikerjain Penceramah.

Adin a month ago 449.0

Pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah berkelakar saat memberikan ceramah dalam acara buka puasa bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan sejumlah menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (28/3).

Dalam ceramahnya, Miftah mengaku curiga bahwa Bahlil Lahadalia terpilih sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM bukan karena prestasi. Tapi karena kelucuannya.

Miftah mengatakan para pemimpin negara umumnya memiliki selera humor yang baik atau punya kedekatan atau ketertarikan dengan pelawak. Ia mencontohkan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang gemar melontarkan guyonan.

Selain itu, Miftah juga menyinggung Presiden RI ke-2 Soeharto yang pernah mengundang pelawak dari Yogyakarta. Kini, Presiden Jokowi menurutnya tak perlu mengundang pelawak lantaran mereka memiliki Bahlil.

Pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman, yang dikenal sebagai Gus Miftah, tampaknya menggunakan humor dalam ceramahnya saat acara buka puasa bersama Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri.

Dalam humor tersebut, ia menyiratkan bahwa Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mungkin terpilih bukan karena prestasinya, melainkan karena sifat lucu atau humorisnya.

Gus Miftah kemudian mengaitkan preferensi para pemimpin negara terhadap humor dengan contoh-contoh dari masa lalu, seperti Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang dikenal dengan kegemarannya dalam melemparkan lelucon. Dia juga menyebutkan kisah tentang Presiden Soeharto yang pernah mengundang pelawak dari Yogyakarta untuk hiburan.

Dengan humor tersebut, Gus Miftah tampaknya ingin menyampaikan bahwa kehadiran Bahlil Lahadalia sebagai seorang yang humoris mungkin menggantikan kebutuhan untuk mengundang pelawak di acara-acara resmi, termasuk acara bersama presiden.

Sementara ceramah tersebut disampaikan dengan nada humor, hal ini juga bisa dilihat sebagai cara untuk menyoroti dinamika dan preferensi yang berbeda dalam lingkungan politik dan kepemimpinan.

Sebagai seorang pendakwah dan tokoh publik, Miftah Maulana Habiburrahman, atau Gus Miftah, kemungkinan menggunakan humor tersebut dengan pertimbangan yang cermat.

Meskipun melontarkan komentar yang kritis atau mengkritik lelucon tentang seseorang, terutama di hadapan publik, bisa menjadi risiko, namun sebagai seorang pendakwah, Gus Miftah mungkin telah memilih kata-kata dan konteks yang tepat.

Tentu saja, reaksi Bahlil Lahadalia terhadap lelucon tersebut tidak bisa diprediksi secara pasti. Reaksi Bahlil mungkin bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk bagaimana dia menerima jenis humor semacam itu, konteks di mana lelucon itu dibuat, serta hubungan pribadi dan profesional antara Bahlil dan Gus Miftah.

Sebagai seorang pejabat pemerintah dan tokoh publik, Bahlil Lahadalia mungkin memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga citra publik dan menanggapi kritik atau lelucon dengan bijaksana.

Dia bisa memilih untuk merespons secara santai atau bahkan bergabung dalam suasana humor, atau mungkin juga memilih untuk tidak memberikan perhatian berlebihan pada komentar tersebut.

Penting untuk diingat bahwa dalam konteks hiburan atau pidato di hadapan publik, ada ruang untuk humor, dan seseorang seperti Bahlil Lahadalia mungkin telah terbiasa dengan kritik atau komentar yang datang dari berbagai arah. Namun demikian, reaksi pribadi dari Bahlil atas lelucon tersebut tetap sulit diprediksi.

Sumber :

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240329092041-32-1080357/canda-gus-miftah-bahlil-jadi-menteri-bukan-karena-prestasi-tapi-lucu