Anies sudah tenang. Atas kebaikan Surya Paloh, obsesinya untuk menjadi calon presiden semakin menunjukkan titik terang. Kombinasi antara Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sudah lebih dari cukup untuk menjadi pengusungnya di Pilpres 2024 mendatang.
Prabowo, selain lebih tenang dari dua episode pilpres sebelumnya, tetap saja menunjukkan semangatnya. Malah lebih. Sekarang kubunya banyak memunguti figur dan kelompok yang dulu adalah penentang kerasnya. Prabowo pantas di atas angin.
Terang saja, kedua sosok tersebut semakin terbuka menunjukkan diri sebagai bakal calon presiden. Di circle-nya masing-masing, keduanya sibuk rapat-pertemuan dan konsolidasi demi kemenangannya. Yang tak luput, tentu spoiler dari janji-janji kampanye bahkan sudah mereka sampaikan. Dari yang 'meneruskan', yang 'gratis-gratis', hingga yang 'mengubah-ubah'.
Lalu bagaimana dengan Ganjar Pranowo, bakal calon presiden dari kubu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)?
Masih adem-ayem. Setidaknya itulah yang terlihat. Belum ada gerakan dan gebrakan yang berarti. Masih lebih ke konsolidasi ke dalam.
Secara penempatan diri, sebenarnya posisi Ganjar sudah cukup kuat. Berasal dari latar belakang yang lebih banyak kesamaannya dengan Pak Jokowi, membuat Ganjar lebih mudah untuk menentukan langkah-langkah lanjutannya.
Namun sejauh ini, memang menjadi terasa aneh ketika kemudian Ganjar belum menunjukkanhype-nya. Kenapa?
Bisa jadi Ganjar sedang diposisikan sebagai underdog. Sebagai 'David', mengingat kekuatan bakal koalisinya saat ini yang paling kecil.
Ganjar agaknya sadar, berbagai latar belakang diidentikkan dengan Pak Jokowi, kemungkinan malah akan menjadi beban yang memberatkannya. Ganjar sedang berupaya me-reset dan me-restart agar langkahnya menjadi lebih ringan. Ibaratnya: mulai dari nol.
Itu dapat dimaklumi. Menyambut Pilpres 2024, posisi Ganjar jelas berbeda dengan Pak Jokowi menjelang pilpres 2014. Saat itu Pak Jokowi adalah rising star dan mencirikan diri sebagai pembeda. Pak Jokowi kuat secara imej, dapat digandeng tapi tidak bisa disetir, disepelekan tapi punya energi luar biasa yang siap untuk menghadirkan kejutan.
Namun Ganjar tentu cukup punya potensi sendiri. Modal elektabilitasnya dapat bersaing dengan dua bakal calon presiden lainnya, bahkan selalu unggul dari Anies. Potensi yang dapat digali lebih dari Ganjar adalah tingkat pengenalan publik yang masih cukup rendah. Menurut Indikator Publik Nasional atau IPN, Prabowo punya tingkat keterkenalan (popularitas) sebesar 91,7%, Anies Baswedan dengan skor 82,1% dan Ganjar Pranowo di skor 82,0%. Sementara untuk variabel likeabilitas atau ketersukaan, Prabowo berada di urutan pertama dengan skor 79,2%. Posisi kedua adalah Anies Baswedan yang mendapat 60,7%. Kemudian di urutan ketiga ada Ganjar Pranowo di skor 60,3%.
Dari angka yang menunjukkan angka keterkenalan dan ketersukaan Ganjar yang masih rendah, justru dapat dilihat adanya peluang untuk lebih menaikkan pamor mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut. Dengan lebih banyak hadir di masyarakat, keterkenalannya dapat dioptimalkan sehingga harapannya adalah elektabilitas Ganjar dapat meninggalkan kedua pesaingnya tersebut.