Politik

Politik Identitas, Menjijikan!.

T.A Nugroho a year ago 417.0

Apa pekerjaanmu, apa pendidikanmu, seberapa banyak hartamu, seberapa tinggi pengetahuan agamamu dan seberapa terkenal kamu merupakan beberapa hal yang bisa dilekatkan terkait identitas seseorang.

Identitas berbeda dengan personalitas, identitas lebih menitik-beratkan terkait hal-hal yang berhubungan langsung dengan materi duniawi yang dimiliki seseorang lewat sebuah proses untuk mendapatkannya, entah proses itu panjang ataupun pendek, entah proses itu otodidak ataupun melalui perantara guru atau pembelajaran terkontrol.

Sebenarnya sah dan lazim seseorang memiliki identitas, karena sewajarnya memang harus begitu sebagai seorang manusia. Akan tetapi dalam beberapa hal kadang makna identitas tersebut dibelokan pemahamannya menjadi semacam dogma sakral oleh para aktor-aktor intelektual yang ahli dalam hal bual membual. Contohnya adalah dalam menjamurnya narasi politik identitas.

Politik yang notabene merupakan sarana meraih kekuasaan, yang bahkan kadang bisa melakukan segala macam cara, telah dengan sengaja memperlakukan “politik identitas” sebagai jalan menuju dan meraih kekuasaan. Dan lebih buruknya lagi, politik identitas dimaknai dalam artian kepercayaan terhadap Tuhan, apa agamamu.

Lalu apa guna konstitusi jika iman seseorang masih saja dibawa-bawa dalam dunia bernegara, bukankah kita sudah sepakat bahwa Pancasila sudah final? Ataukah anda-anda yang secara terang-terangan mengusung politik identitas sebagai sarana meraih kekuasaan belum bisa menerima Pancasila? Atau bagaimana?

Negara-negara di Arab Spring pecah dalam peperangan antar saudara karena elit-elit politiknya menggunakan politik identitas secara masif, kotor dan memuakkan. Mantan pemimpin Libya, Muammar Khadafi, ditemukan meninggal di tengah perang saudara disana. Mantan presiden Iraq, Saddam Hussein, dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung pada 5 November 2006 oleh hakim Rauf Rasheed Rahman. Kedua pemimpin negara tersebut bukanlah malaikat, mereka manusia biasa, mereka punya nafsu dan ambisi, mereka punya dosa, tapi juga tak bisa dipungkiri mereka punya jasa bagi bangsa dan negaranya masing-masing, tetapi akibat politik identitas yang menyulut perpecahan dan perang saudara, akhirnya mereka harus meninggalkan dunia ini dengan cara yang tidak sewajarnya. Itulah kejamnya politik identitas!

Kita harus waspada dan sangat berhati-hati terhadap aktor-aktor politik pengusung politik identitas, berbahaya. Hanya demi kekuasaan, bangsa dan negara kita bisa saja ditempatkan di pinggir jurang. Orang-orang semacam itu sudah tentu minus prestasi, minim kompetensi, dan integritasnya dipertanyakan, maka sebab itulah politik identitas menjadi satu-satunya jalan bagi mereka untuk berjualan secara politik. Andaikata mereka meraih kekuasaan pun pada akhirnya mereka tak bisa apa-apa, isi kepala mereka tak lebih hanyalah masalah perut mereka sendiri. Asal mereka kenyang, asal mereka aman, asal mereka nyaman, persetan dengan yang lainnya. Ya itulah isi kepala para pengusung politik identitas.

Hati-hati politik identitas, menjijikan!