Politik

Pilpres 2024 Sudah Selesai!.

Panjath H. 5 months ago 738.0

Pada masa jaya-jayanya Manchester United (MU) di Liga Premier, beberapa tahun yang lalu, MU yang kala itu dilatih Alex Ferguson, tidak sekadar nangkring gagah di urutan teratas klasemen.

Tapi jarak dengan rival terdekat (urutan kedua), Arsenal, sangat nyomplang, yakni belasan poin, atau 4-5 pertandingan. Sementara musim itu sudah melewati pertengahan.

Arsene Wenger, pelatih Arsenal ketika itu pun berujar dengan nada putus asa dan mungkin juga ingin menyindir bahwa “Liga Inggris musim ini sudah selesai!”

Artinya, di mata Wenger, MU sudah jadi juara sekalipun masih ada sisa waktu beberapa partai lagi.

Alex Ferguson membantah dengan mengatakan: “Belum, belum selesai”.

Tetapi semua orang tahu, respons Alex itu hanya basa-basi semata, sebab memang hanya keajaibanlah yang bisa membuat timnya tergelincir dari klasemen, dan batal menjadi juara.

Adalah mustahil MU terperosok, sebab kala itu mereka memiliki hampir segalanya untuk memenangkan kompetisi, misalnya skuat yang tangguh karena dihuni para bintang yang sedang top of performance. Misalnya, David Beckham ada di sana.

Gambaran tentang keperkasaan MU ketika itu, mungkin mirip dengan situasi Pilpres 2024 yang geliat dan aromanya sedang kita rasakan saat ini.

Jika tidak ada kejadian luar bisa untuk menggagalkan rencana kontroversial, seperti aksi-aksi demo memprotes keputusan MK yang menabrak UU demi Gibran Rakabuming, maka Pilpres 2024 akan dimenangi oleh Prabowo – Gibran. Bahkan dengan hasil telak.

Mengapa tidak? Seluruh sumber daya dan perangkat ada pada mereka. Presiden yang sedang berkuasa berada di pihak mereka, dan akan melakukan apa saja supaya anak kesayangannya menang.

Jangan terlena dengan slogan-slogan bahwa alat-alat negara, perangkat-perangkat negara akan netral dalam pilpres. Bahkan wasit atau pengawas pun tampaknya sudah digenggam.

Penulis hanya tertawa membaca tulisan di monitor halte transjakarta: ASN pilih netral! Atau kalimat-kalimat di kantor-kantor instansi pemerintah dan aparat keamanan: NETRAL. Itu omong kosong.

Pada saat mereka mengaku netral, spanduk baliho Ganjar – Mahfud dicopoti aparat dan satpol PP. Bakan oknum aparat pun diduga diam-diam memasang baliho Prabowo – Gibran, dan Kaesang, sehingga muncul di mana-mana.

Masih ingat pidato Jokowi di hadapan para pjs. kepala daerah beberapa waktu lalu? Dia mengancam mengganti kepala daerah yang terindikasi memihak atau tidak netral.

Tetapi waktu dia berkunjung ke Bali, baliho Ganjar – Mahfud dan PDI Perjuangan dicopoti aparat. Dan setelah itu di mana-mana musim pencopotan baliho Ganjar – Mahfud dan PDI Perjuangan oleh aparat setempat.

Belum lama ini tersiar berita bahwa puluhan ribu perangkat desa (kades) dimobilisasi untuk memenangkan pilihan Pak Lurah.

Belum lagi nanti ada penyaluran bansos yang menghabiskan uang rakyat belasan triliun rupiah. Dan kabarnya baru saja diteken upah kenaikan buruh yang cukup signifikan?

Semua ini ujung-ujungnya untuk mengarahkan atau menggiring rakyat supaya memilih dan memenangkan paslon yang di sana ada anak Pak Lurah.

Lalu pasangan “swasta” semacam Ganjar – Mahfud yang sejujurnya punya kapasitas dan kapabilitas lebih untuk menang, bisa apa? Maju-mundur kena.

Usai Ganjar atau Mahfud bicara anu, ini, dan itu, langsung dianggap blunder (kesalahan) yang membuat elektabilitas turun di survei. Sepertinya sudah dikondisikan sedemikian rupa.

Sementara Capres 02, yang ketika bertemu dengan kiai kampung, dan terkesan memendam amarah, mudah tersinggung dan dinilai tidak tepat menjawab pertanyaan alias ngaco, ngawur, malah tidak berpengaruh pada survei?

Nah, hal-hal semacam inilah yang sepertinya sudah dikondisikan sedemikian rupa oleh pihak penguasa, sebagai pemilik segala hal, dan bisa menggerakkan segala daya upaya bahkan negara untuk memenangkan paslon yang mereka naikkan walau dengan culas, melanggar etika dan norma, bahkan UU.

Dari situ pun kita hanya melihat bahwa pilpres mendatang ini hanyalah formalitas, dagelan, sebab pada dasarnya bisa dikatakan bahwa Pilpres 2024 sudah selesai.