Politik

Peserta Aksi GNPR Hujan-Hujanan, Imam Besarnya Enak-Enakan di Rumah.

Xhardy 2 years ago 1.9k

Munculnya berita masif seperti sepak terjang Bjorka membocorkan data serta kasus yang menjerat Lukas Enembe, Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) pun sempat terlupakan.

Masih ingat dengan kelompok ini? Masih dong, karena beberapa minggu lalu, mereka demo melalui aksi bela rakyat. Mereka ini beda jubah tapi isinya sama. Kelompok-kelompok yang tak jauh-jauh dari kelompok sebelah yang doyan demo.

Ternyata kemarin mereka kembali turun ke jalan dan berkumpul di kawasan Patung Kuda. Mereka menggelar demo bertajuk "aksi Bela Rakyat Jilid 2" dengan membawa tiga tuntutan yaitu menuntut pemerintah menurunkan harga BBM, menuntut pemerintah menurunkan harga-harga, dan mendesak pemerintah menegakkan supremasi hukum.

Akankah besok-besok muncul aksi bela rakyat jilid 3, 4, 5 dan seterusnya sampai 1.000. Kita tunggu saja. Usai aksi bela ulama, sekarang mereka ganti tema menjadi aksi bela rakyat. Entah rakyat mana yang mereka bela, mungkin rakyat dari Petamburan atau kelompok 212.

Tapi saya salut dengan mereka. Hujan sempat turun mengguyur, tapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap bertahan hingga tuntutannya tersampaikan.

Sebelumnya salah satu orator dari atas mobil komando mengimbau agar massa tetap bertahan lantaran tuntutan mereka belum tersampaikan. Mereka ingin menyampaikan aspirasi mereka ke Istana Kepresidenan, tapi tidak bisa karena tidak ada orang di Istana Kepresidenan.

"Ambil handphone kalian, kabarkan orang rumah jika kalian masih disini. Agar mereka tidak mencari,” kata orator.

"Kita tidak akan pulang sebelum pimpinan kita, Imam Besar kita menyuruh kita untuk pulang. Siap untuk bertahan?,” kata orator.

“Siap,” jawab massa.

“Ingat, sejengkal pun kita tidak akan bergeser. Tapi jangan anarkis,” kata orator.

Sampai saat ini pun, saya masih sangat salut dengan kegigihan mereka. Bahkan mereka rela hujan-hujanan demi ikut demo yang sebenarnya tidak akan berefek apa-apa.

Tadi orator mengatakan tidak akan pulang sebelum aspirasi disampaikan dan tidak akan pulang sebelum imam besarnya menyuruh pulang.

Imam besar yang mana? Kalau melihat siapa kelompok yang tergabung dalam GNPR, kita sudah tahu imam besar yang mana.

Tapi mereka ini memang konyol dan mau-mau saja disuruh melakukan apa pun. Hujan-hujanan pun mereka rela. Bahkan mereka tak mu pulang sebelum disuruh imam besarnya.

Kalau si imam besar menyuruh bertahan sampai esok paginya, apakah mereka mau juga? Bodoh itu namanya. Imam besarnya cuma modal nyuruh, tapi dia sendiri tidak turun ke jalan dan enak-enakan berbaring sambil nonton TV. Anak buahnya jadi pion turun ke jalan, capek kaki dan pinggang.

Kalau sakit gimana? Kalau pingsan gimana? Kalau masuk angin kena angin malam gimana? Tidur di jalan seperti gelandangan. Yang nyuruh mah enak, cuma modal di mulut. Nanti salahkan Jokowi lagi.

Kalau saya jadi mereka, saya takkan mau disuruh seperti itu. Enak aja disuruh sengsara turun ke jalan, tapi dia enak-enakan di rumah. Pengorbanannya tidak sebanding.

Memangnya bisa makan nasi pakai lobster bakar? Memangnya dapat uang saku+transportasi sampai sejuta? Paling hanya dapat ucapan terima kasih karena sudah rela berkorban demi imam besar. Belum lagi kena angin dan malamnya masuk angin. Untung saja demo berlangsung tertib. Kalau anarkis, mereka kena semprot water cannon atau kena pentung, mereka juga yang rugi. Belum lagi kalau misalnya kena tangkap, sudah pasti dilepehin dan kemungkinan besar tak akan dibantu.

Miris ya mereka ini. Kalau mereka pintar dan bisa berpikir lebih cerdas, pasti mereka sadar karena dijadikan pion, kecuali mungkin ada imbalan yang mereka terima sehingga mau-mau saja melakukan itu.

Tapi aksi demo tanpa imam besar rasanya tidak berefek apa-apa. Demonya tidak meriah, tidak beda dengan demo-demo kecil yang tidak dipedulikan siapa pun.

Saran saya, bagus pulang ke rumah aja, santai bersama keluarga dan nonton TV ketimbang panas-panasan atau kehujanan. Kalau sakit, habis duit lagi buat ke dokter. Jangan jadi orang yang disuruh apa pun, mau-mau aja. Coba suruh si imam besar turun ke jalan, apakah dia mau? Belum tentu mau, kan?

Bagaimana menurut Anda?