Kunjungan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko ke kediaman Prabowo Subianto membuka spekulasi dikalangan masyarakat.
Ada beberapa spekulasi yang muncul atas kejadian tersebut. diantaranya adalah apakah Budiman membawa misi dari Jokowi untuk mempersatukan Prabowo sebagai cawapres dari Ganjar Pranowo.
Dalam beberapa wawancara yang beredar, Budiman menyatakan bahwa kedatangannya ke Kertanegara adalah inisiatif pribadinya karena keterpanggilannya sebagai mantan aktifis untuk kepentingan yang lebih besar yaitu menghadapi tantangan dunia setelah pandemi berlalu.
Menurut penulis, kedatangan Budiman ini bukanlah membawa misi dari
Presiden Jokowi tetapi penulis lebih cenderung untuk berpikir bahwa Budiman membawa misi dari Ketua Umum PDIP, Ibu Megawati Soekarnoputri.
Budiman Sudjatmiko sebagai tokoh politik yang cukup dikenal publik tetapi bukan tokoh struktural partai, menjadi seorang tokoh yang ideal untuk bisa berbicara dengan Prabowo ditambah dengan latar belakang mereka, Budiman adalah aktifis di era orde baru yang pernah dipenjara sementara Prabowo adalah mantan tentara dan menantu pemimpin orde baru.
Penulis berpikir, andai Presiden Jokowi akan berbicara dengan Prabowo, maka Presiden bisa memanggil ke istana karena Prabowo masih menjadi anggota kabinetnya.
Pastinya pembicaraan di istana negara akan lebih tidak menimbulkan kebisingan dibanding tempat lain.
Pilpres tahun depan ini memang sangatlah strategis.
Pandemi yang bisa dilewati dengan baik oleh Indonesia serta tantangan lain yang sudah didepan mata membuat elit negara ini berusaha untuk menyatukan kaum nasionalis dalam satu barisan.
Presiden Jokowi yang memimpin ketika Indonesia berhasil melewati pandemi dengan sangat baik ketika berhasil merangkul Prabowo masuk dalam kabinetnya terlihat sangat ingin mendampingkan Prabowo sebagai pendamping Ganjar agar Indonesia bisa Kukuh dalam menghadapi tantangan kedepan. Andai saat pandemi, Prabowo berdiri sebagai oposisi dan berada diluar pemerintah maka mungkin cerita penanganan pandemi akan bisa berbeda.
Kasus kasus yang terkuak di Kemenhan seperti pembelian pesawat tempur bekas, Kapal serta TMI yang disuarakan dengan kencang oleh Connie Rahakundini, sepertinya didiamkan saja oleh pemerintah yang menurut penulis ini adalah juga bagian bargaining power agar Prabowo mau menjadi cawapres Ganjar Pranowo.
PDIP terlihat ingin menduetkan Ganjar sebagai Capres dengan Prabowo sebagai Cawapres, tetapi kalau kita melihat perjalanan pencapresan, menurut penulis Gerindra menginginkan duet Prabowo-Puan.
Menurut penulis, skenario menduetkan Ganjar dan Prabowo sangatlah kecil peluang keberhasilannya, apalagi kalau kita melihat orang orang di sekitar Ibu Mega, Presiden Jokowi dan Pak Prabowo yang berusaha mengamankan posisi, rejeki dan bisnisnya termasuk yang mengatas-namakan relawan.
Jadi menurut penulis pilpres tahun depan kita akan memilih antara Ganjar Pranowo dengan pasangannya dan Prabowo Subianto dengan pasangannya. Untuk yang satunya lagi, penulis nggak yakin akan bisa nyalon karena koalisinya masih sangat terancam untuk bubar.
Apabila benar terjadi calonnya hanya dua, penulis berharap para pemilih bisa menggunakan logika yang baik dan melihat rekam jejak masing masing tokoh sebagai acuannya.
Lihatlah bagaimana semrawutnya manajemen keuangan dalam kaitan pembelian barang dan jasa di Kemenhan yang dipimpin Prabowo Subianto, bandingkan dengan rekam jejak seorang Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Kontestasi lima tahunan ini harus kita sikapi sebagai sebuah perwujudan demokrasi yang dianut oleh negara kita, sehingga bisa kita sikapi tanpa rasa permusuhan ataupun kebencian.
Pada saatnya nanti ketika sudah ada yang memenangkan kontestasi, kita harus bersatu mendukung pemimpin yang terpilih sehingga Indonesia bisa maju sebagaimana yang kita bersama impikan.
Bagaimana menurut teman teman?
Salam Seword, Roedy S Widodo.
Sumber: