Politik

Pandangan Nasdem dan Anies Tentang NII Harus Tegas.

Bamswongsokarto a year ago 626.0

Seperti telah diketahui bersama, Nasdem telah resmi menjatuhkan pilihan sekaligus mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres 2024. Sebuah pilihan yang menurut banyak pihak, bertolak belakang dengan visi Nasdem sebagai partai nasionalis yang berpandangan mengedepankan perubahan arah semakin baiknya Indonesia. Banyak pihak menilai terlalu dini dan terlalu asal-asalan dalam memilih capres.

Pasca deklarasi Anies, Nasdem juga dianggap sebagai partai yang tidak memiliki prinsip berpolitik, lebih cenderung sebagai partai bermuka dua. Di satu sisi masih menjadi bagian dari pemerintahan, di sisi lain dengan pencapresan Anies otomatis memposisikan sebagai oposisi pemerintah. Malah dengan lantang membuat pernyataan bahwa Anies Baswedan adalah antitesanya Joko Widodo. Nasdem ingin dianggap benar-benar partai yang membawa perubahan, tetapi. mengabaikan posisinya sebagai pendukung pemerintah, dimana tiga menterinya masih bercokol di kabinet. Di sinilah, betapa urakannya Nasdem dengan mengabaikan kesantunan berpolitik.

Dari memilih Anies Baswedan saja sudah menciptakan gejolak penolakan oleh anggotanya, masih ditambah mengantitesakannya dengan Joko Widodo. Hal ini semakin membuat masyarakat bahkan anggota Nasdem sendiri muak dan kecewa dengan sikap Nasdem, yang terkesan mengadu domba. Masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk mengevaluasi, mengkritisi, dan menilai hasil kerja Anies sesuai fakta. Pilihan kepada Anies Baswedan inilah yang menjadikan blunder berkepanjangan, sekaligus menjadi penyebab banyak anggota Nasdem merasa tidak “sreg” dan menilai Anies bukan pilihan yang tepat untuk dicapreskan Nasdem.

Banyak anggapan bahwa Anies itu cacat dalam berpolitik juga cacat dalam kerja, tidak berintegritas, bukan seorang perencana program yang baik, tidak memiliki kemampuan dalam pekerjaan, dan kapabilitasnya hanya dalam hal memilih dan menata kata yang mampu membius pendengarnya. Ini berdasarkan kiprah dan hasilnya selama menjabat gubernur DKI Jakarta. Sentimen-sentimen negatif yang muncul bukan karena tidak suka dengan sosok Anies, tetapi muncul karena memang demikian kenyataan yang terlihat selama menjabat gubernur. Tidak salah juga jika google menempatkan dalam mesin pencariannya dengan label “gubernur ter***oh”, yang mudah dilihat siapapun di dunia ini.

Rekam jejak Anies hanya mewariskan rasa kekecewaan dan ketidakpuasan banyak pihak, akan hasil pekerjaannya. Selama menjabat pun, bukan bertaburan capaian-capaian keberhasilan yang membawa kebahagiaan warga Jakarta, tetapi justru bertaburan kegagalan untuk membawa maju kotanya bahagia warganya.

Satu ciri khas Anies selama menjabat gubernur adalah dimana ada sesuatu yang menguntungkan dirinya dalam pencitraan, di situlah dia akan tampil terdepan. Sebaliknya, dimana ada sesuatu yang oleh masyarakat dianggap sebagai permasalahan yang harus segera diselesaikan, di situlah dia akan menunjuk wagubnya Riza Patria untuk menghadapi. Masih melekat sekali dalam ingatan, bagaimana Anies mengeruk sungai dengan tangannya. Juga pose pencitraan di tempat pembuangan sampah dengan style di gerobag sampah. Termasuk Rusmiati korban banjir Cipinang Melayu yang dipeluk saat banjir, kini merasa telah dikecewakan Anies.

Nasdem dalam hal ini Surya Paloh, sepertinya tidak peka terhadap keinginan arus bawah anggota dan simpatisannya. Meskipun kalau dengan jujur-jujuran mengakui juga bahwa Anies itu raport politiknya merah. Surya Paloh hanya bermain hitung keuntungan jika mengusung Anies sebagai capres. Sedikitpun tidak mempedulikan suara-suara keinginan akar rumput Nasdem.

Inilah yang menjadi konflik bathin para elite Nasdem, yang kemudian menjadikan beberapa anggota potensialnya lebih memilih hengkang keluar dari Nasdem.

Jangan anggap remeh Ni Luh Jelantik, Siswono Yudo Husodo, Enggartiasto Lukito, Sitti Rohmi dan anggota lain yang lebih memilih mundur dari Partai Nasdem. Mereka ini orang-orang dengan wawasan kebangsaan melebihi Surya Paloh.

Anies Baswedan memang tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Pasca deklarasi Nasdem, segera saja dia getayangan sana-sini mencari muka dengan kunjungan-kunjungan yang hanya pamer muka, tanpa memberikan apapun kepada masyarakat yang dikunjunginya. Tentu saja di setiap kunjungannya itu, para buzzer Anies bekerja keras mem-blow up agar junjungannya itu semakin dikenal masyarakat. Seharusnya, dalam setiap kunjungan ke satu tempat, Anies memberikan sesuatu kepada masyarakat yang bisa dipakai sebagai pengingat. Misalnya saja, memberikan dana untuk membangun jembatan, masjid, sekolah, atau apapun. Masyarakat itu butuh sesuatu yang riil, yang bisa bermanfaat bagi masyarakat. Bukan hanya diminta berbondong-bondong menyambut, hanya untuk melihat tampang Anies.

Satu hal yang perlu menjadikan kewaspadaan kita semua, adalah munculnya spanduk-spanduk dari kelompok Islam radikal. Mau diakui atau tidak diakui, pada kenyataannya kelompok Islam radikal banyak yang memberikan dukungan terhadap Anies Baswedan dalam pencalonannya sebagai presiden. Bukanlah suatu kebetulan jika Anies Baswedan didukung kelompok eks HTI dan eks FPI, karena Anies sendiri telah diantarkan menjadi gubernur. Tentunya kelompok-kelompok ini tetap mendukung dalam pencapresan Anies.

Yang terbaru adalah kelompok Islam radikal NII (Negara Islam Indonesia), yang spanduknya besarnya bertuliskan “NII Garut Dukung Anies Baswedan”. Pemasangan spanduk NII ini merupakan sinyal bahwa kelompok Islam radikal ini ada, dan menjadi ancaman bagi keutuhan NKRI. Dan mereka memiliki kekuatan.

NII adalah Negara Islam Indonesia. Kelompok ini getol selalu ingin mendirikan negara Islam, dengan menerapkan dan memaksakan berlakunya hukum syariah Islam di Indonesia. Jelas ini merupakan upaya NII untuk membubarkan NKRI, yang bagi kita tidak boleh dianggap sepele. Ini sangatlah berbahaya karena mengancam ideologi negara Indonesia. Logikanya, ada spanduk NII berarti ada orang NII yang memasangnya.

Menarik untuk dicermati adalah sikap nasdem yang seakan masa bodoh dengan adanya spanduk NII Garut Dukung Anies Baswedan. Sebuah tanggapan pragmatis hanya kencerungan berpikir cepat dan instan. Nasdem menganggap karena trend Anies sebagai bacapres tengah naik maka banyak serangan yang muncul. Ya, kalau itu hanya serangan politik. Bagaimana kalau NII Garut dengan gerakan bawah tanahnya itu benar-benar sedang menyusun strategi dengan jalan mendukung Anies? Beranikah Nasdem mempertanggung-jawabkannya?

Dari tanggapan elite Nasdem pun, tidak ada kesan penolakan terhadap NII yang mendukung Anies. Kalau yang keluar hanya tanggapan tidak mau ambil pusing, lalu bagaimana pandangan Nasdem terhadap NII itu sendiri? Ini yang perlu dipertegas dan diketahui masyarakat. Sebagai partai yang katanya nasionalis, seharusnya Nasdem tidak mau mengambil resiko fatal. Anies pun harusnya segera menujukkan sikap terhadap dukungan yang diberikan NII kepadanya.

Seandainya benar memang ada spanduk NII mendukung Anies, beri saja jawaban pasti, menerima atau menolak dukungan NII itu. Karena secara otomatis jika NII mendukung Anies Baswedan tentu juga mendukung Nasdem yang mengusungnya. Dan jika Nasdem maupun Anies tidak menyatakan sikap menolak atau menerima terhadap kelompok NII, maka semakin mempertegas bahwa Nasdem dan Anies Baswedan memang tidak layak untuk dipilih.

Jangan sampai Partai Nasdem dianggap sebagai Partai pemantik muncul kembalinya kelompok-kelompok Islam radikalis yang membahayakan NKRI.

Syalom, Salam dan Rahayu

Sumber Sumber Sumber Sumber

Tulisan saya yang lain, klik : https://seword.com/author/sumbogo