Kabarnya warga Jakarta muak ketemu dengan Anies, sehingga ajang formula E pun sepi lantaran Anies ikutan nonton. Kehadiran Anies ini, bukan karena dia suka balapan mobil listrik, tapi lagaknya sih, ingin diliput media dan mungkin saja Anies ingin namanya dikenang sebagai orang yang mempelopori ajang balapan bergengsi ini.
Formula E bukan program kampanye Anies. Tapi sepertinya sebuah program yang dipaksakan untuk menyaingi kinerja Jokowi yang juga membuka balapan motoGP di Mandalika. Jika Jokowi gelar acara balapan motor, dan sebagai antisesis Jokowi, Anies membuat balapan mobil.
Tapi sayangnya, karena Anies tipe orang yang tidak bisa kerja dan hanya bisa ngomong, maka Formula E sangat tidak melebar gaungnya, apalagi pengerjaannya dikebut karena hampir tidak jelas perjalanan proyek ini.
Jika saja proyek ini memang sudah jauh-jauh hari rencanakan dan ditangani atau dibawah naungan orang yang bisa kerja, maka pasti akan luar biasa hasilnya. Tapi ini, di bawah naungan orang yang hanya bisa ngomong doang.
Formula E ini bisa sukses jika seandainya dinaungi oleh Jokowi. Tapi sebelum melakukan itu, pasti akan ada kajian yang mendalam, bukan hanya asal bangun saja demi mengejar nama. Dan lagian program Formula E bukanlah bagian dari kampanye Anies, jadi sangat mengherankan, proyek ini digenjot cepat, sementara program utama seperti rumah DP 0 rupiah dan Oke Oce, kini tak jelas nasibnya, atau menguap begitu saja, janji hanya rekam janji.
Maka cukup beralasan jika saya pribadi tidak akan memilih Anies karena rekam jejaknya yang sudah jelas tidak bisa kerja, dan juga tidak bisa menepati janjinya di Jakarta hingga habis masa jabatannya, justru yang dihasilkan Anies adalah banyak proyek yang bermasalah, seperti sumur resapan yang hanya merusak jalan-jalan, padahal diharapkan bisa menanggulangi banjir, ternyata tidak juga.
Padahal harusnya Anies berpikir baik-baik bahwa lumbung suara itu ada di akar rumput, yang tak bisa membeli tiket nonton Formula E. Jika saja Anies menjalankan programnya dan warga Jakarta puas, maka kata-kata ejekan serta image negatif untuk Anies tidak akan terjadi. Tapi yah, nasi sudah jadi bubur, terlanjur sudah.
“Terlanjur sudah terlanjur sudah….semuanya omong kosong” begitulah syair sekilas.
Jangan-jangan memang inilah konsekuensi yang Anies harus terima karena telah memainkan politik SARA? Mungkin inilah imbasnya yang harus Anies terima, dan mungkin akan ada hal yang lebih menyakitkan lagi pasca menjelang pilpres 2024 atau pun sesudahnya? Yah entahlah.
Sulit mengubah apa yang telah dilakukan Anies dan waktu menuju pilpres sudah sangat dekat, rekam jejak buruk Anies sangat jelas terpampang, dan warga sudah banyak tahu bahwa keberadaan Anies di Jakarta ternyata tidak memberikan hal -hal yang positif, banyak warga yang kecewa, termasuk warga yang pernah dijanjikan tidak gusur ternyata digusur juga, dan juga warga yang berharap sudah mendapatkan rumah susun ternyata tidak juga mendapatkannya.
Proyek Formula E digenjot secepat mungkin, sepertinya adalah upaya Anies dan timnya untuk menciptakan imaje yang indah atau bertopengkan prestasi sekaligus proyek yang menguntungkan? Padahal proyek ini dikabarkan banyak masalahnya, namun mungkin karena sudah terlanjut dibangun dan masih dalam sebuah kontrak dengan pihak di luar negeri, maka formula E ini masih berjalan.
Formula E sepertinya hanya untuk warga di luar Jakarta yang agak tajir dan senang balapan dan adu kegengsian. Karena jelas sekali formula E ini sulit melibatkan UMKM atau warga yang ekonomi bawah, mungkin pihak penyelenggara akan membatasi jajajan ekonomi menengah bawah, jadi sepertinya mungkin tidak ada yang jualan bakso pakai gerobak kaki lima di sekitaran arena balapan. Iya kan?
Dengan formula E, nama Anies ingin bergema di luar Jakarta, dan bagi warga Jakarta yang tidak gaul atau gaulnya cuma sekitaran orang-orangnya Anies, mungkin mengira bahwa Anies sudah hebat bisa membuat arena balapan formula E, padahal sih, Anies jelas tidak bisa kerja, Formula E hanya menguntungkan segelintir orang, yang jelas bukan orang-orang yang pernah diberi janji-janji akan dapat rumah dengan DP nol rupiah, atau diajarin usaha dan diberi modal, no no no.
Dan perlu diingat, Formula E juga bukan cara jitu untuk membuat warga Jakarta bahagia dan juga termasuk program yang akan memajukan kota, sebagaimana slogan Anies yang dulu dilontarkannya yaitu “Maju kotanya bahagia warganya” Mungkin slogan yang tepat sesuai bukti kinerja Anies adalah “Kecewa warganya Mandek Kotanya”
Jadi Formula E tetap harus diperiksa laporan keuangannya. Kalau tidak, yah, berarti memang di belakang semua ini ada orang kuat kan?