Politik

Ngeri! Belum Juga Dapat Dukungan Partai, Pendukung Anies Sudah Mempolitisasi Masjid.

Fery Padli 2 years ago 2.0k

Tentu masih segar di ingatan kita kelakuan pendukung Anies pada Pilkada DKI 2017 lalu.

Bukannya prestasi Wan Anies selama menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Rektor Universitas Paramadina yang mereka tonjolkan tapi malah melakukan politisasi agama.

Seperti yang dilakukan oleh Novel Bamukmin dkk. Mereka selalu memframing Ahok telah melakukan penistaan agama dengan bermodalkan video editan pidato mantan Bupati Belitung Timur itu yang diunggah di akun Facebook Buni Yani.

Kemudian, Kadrun juga mengancam warga DKI yang memilih Ahok, jenazahnya tidak akan dishalatkan.

Siapa coba yang gak takut diancaman begitu? Hanya karena beda pilihan politik doang, lalu masuk neraka.

Termasuk HTI yang kini dianggap organisasi terlarang karena bertentangan dengan Pancasila juga turut mengkampanyekan Anies kala itu.

Di salah satu brosur yang diproduksinya yakni Al Islam, HTI pernah bikin judul yang provokatif, 'Menyongsong Gubernur Muslim, Menghentikan Gubernur Kafir, Wujudkan Jakarta Bersyariah'.

Kalau kampanye pakai mengkafir-kafirkan orang lain, itu jelas sudah tidak sehat. Karena di konstitusi negara kita siapapun boleh mencalonkan diri sebagai kepala daerah tanpa pandang suku, agama dan ras (SARA).

Dan hasilnya, bisa kita lihat sendiri sekarang.

Rumah DP Nol yang notabene program unggulan Wan Anies hanya terbangun 780 unit saja, dari target pembangunan 232 ribu unit.

Program OK Oce gak jalan.

Program naturalisasi sungai gak dikerjakan.

Sering banget kelebihan bayar.

Di saat warga DKI masih banyak yang tinggal di rumah yang tidak layak huni serta tidak punya jamban, Wan Anies malah sibuk ngurusin Formula E yang menghabiskan anggaran triliunan rupiah.

Mirisnya hajatan gubernur DKI itu sepi peminat.

Ternyata warga plus 62 lebih tertarik nonton MotoGP daripada Formula E. Terbukti pembalap MotoGP sangat familiar di mata masyarakat Indonesia. Seperti Valentino Rossi, Marc Marquez, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, Dani Pedrosa, dll.

Sedangkan pembalap Formula E, hanya satu atau dua orang saja warga plus 62 yang tahu namanya.

Jadi daripada malu karena sudah menghabiskan anggaran yang besar, ketua panitia Formula E itu Ahmad Sahroni terpaksa memborong tiket balap mobil listrik tersebut.

Kasihan sebenarnya lihat politisi NasDem ini. Dia yang sibuk ngurusin Formula E hingga selesai. Pagi siang dan malam tanpa istirahat. Dia pula yang keluar modal paling banyak untuk beli tiket hajatan Anies.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir Sahroni menerima tawaran jadi Ketua panitia Formula E itu rugi. Alias tidak balik modal.

Oke-lah konon katanya dia mau jadi Cagub DKI. Tapi Formula E tersebut tidak berarti apa-apa terhadap elektabilitasnya.

Dan masih banyak lagi kegagalan Anies lainnya. Yang antara rencana kerjanya dan realisasi tidak sesuai.

Itulah kenapa sekarang yang dia bisa banggakan hanya-lah JIS doang.

Itu pun bisa dibilang merupakan produk gagal. Karena menurut PSSI, JIS tidak layak untuk lokasi digelarnya FIFA Matchday. Seperti pintu masuknya cuma satu, lapangan parkir sempit dan plafon rendah.

Bayangkan saja, JIS yang konon katanya mampu menampung 80 ribu penonton itu, lapangan parkirnya hanya mampu menampung sekitar 800 unit mobil.

Ini seperti orang mau menggelar konser Metalica tapi lokasinya di gang sempit.

Ya gak cocoklah.

Nah, lantaran Wan Anies minim prestasi di DKI ini pula membuat pendukungnya kembali mempolitisasi agama.

Baru-baru ini beredar tabloid Anies yang disebar di masjid-masjid.

Tabloid itu bernama KBANewspaper. Berisi 12 halaman. Di covernya terdapat foto Anies yang berjudul 'Mengapa Harus Anies (yang Jadi Presiden)'.

Karena judulnya 'Mengapa Harus Anies' maka yang diulas semuanya tentang Anies. Maaf kawan, gak ada tentang Dewi Persik ataupun tentang Anya Geraldine.

Berdarnya tabloid kampanye Anies itu pun membuat sebagian warga dunia maya terkejut. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang netizen berikut ini,

"Kaget. Di rumah ada tabloid kayak gini. Isinya cuma tentang Anies Baswedan. Oalah, taunya suami dapat dari masjid pas Jum'at kemarin. Kayaknya model kampanye lewat masjid di Pilkada DKI kemarin mulai dilakukan. Ini di Malang lho guys. Bagaimana di tempat kalian, ada juga kah?," cuit pemilik akun Twitter @AkuAtikaFaya

Kegiatan mempolitisasi agama dan masjid di daerahnya ini juga yang kemudian bikin Walikota Malang -Sutiaji geram.

"Jangan membawa dan menarik-narik urusan berbau politik ke tempat ibadah. Walaupun domainnya itu domainnya ibadah masing-masing," ujar politisi Partai Demokrat tersebut.

Lantas, kenapa Sutiaji marah?

Bukankah founder tabloid itu adalah Ramadhan Pohan? Yang kita tahu sendiri bahwa paman Annisa Pohan tersebut juga merupakan kader Partai Demokrat.

Sebenarnya apa yang dicemaskan oleh Sutiaji sama dengan kita yakni kegiatan mempolitiasi agama dan masjid itu bisa memicu persoalan atau kekacauan di tengah masyarakat.

Untuk mengantisipasi terjadinya perpecahan dan agar umat tidak ditarik ke kepentingan politik, Pemkot Malang akhirnya mengeluarkan surat edaran kepada Dewan Masjid Indonesia cabang Malang agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

"Saya akan memberikan anjuran untuk DMI (Dewan Masjid Indonesia). Akan saya suruh buat selebaran, surat edaran ya, supaya tidak terjadi kontraproduktif. Jadi ini tempat ibadah jangan sampai dibuat untuk kampanye atau sebagainya," tutur Sutiaji dengan nada tegas.

Cadas......

Gak nyangka, ternyata duit Kadrun banyak juga. Sampai bisa bikin tabloid segala. Padahal cuma relawan doang.

Pertanyaannya, siapa yang mendanai?

Memang betul kata Buni Yani dahulu kala, 'jual agama itu memang gampang, maklum rakyatnya (Kadrun pendukung Anies) masih bego-bego gampang ditipu'. Kwkwkwk