Politik

Nekat Pilih Anies, Nasdem Kena Rayuan Jk Jadi Jumawa?.

Ninanoor 2 years ago 2.0k

Sementara partai-partai lain sibuk bertegur sapa untuk mencari teman koalisi, partai NasDem tiba-tiba menggebrak. NasDem menjadi satu-satunya partai, yang sudah mengumumkan 3 nama bakal calon presiden. Walaupun NasDem tidak bisa mengusung capres sendirian, karena kursi di DPR RI belum mencapai ambang batas presidensial. Namun, dengan pede, NasDem langsung mengumumkan nama-nama bakal calon presiden. Yang katanya merupakan hasil pilihan dan musyawarah para kader NasDem.

Ketiga nama itu, berdasarkan urutan rekomendasi yang disebut oleh Ketum NasDem Surya Paloh, adalah Anies Baswedan, Andika Perkasa dan Ganjar Pranowo. Sebelumnya para kader NasDem melakukan voting dengan memberikan nama-nama bakal capres. Hasilnya ada 25 nama dalam rekapitulasi. Dari 25 nama, terpilih 3 sebagai rekomendasi. Dalam hasil voting itu, Anies mendapat 32 suara, Andika Perkasa mendapat 13 suara, dan Ganjar mendapat 29 suara Sumber.

NasDem dengan gercep (gerak cepat) mengumumkan bakal calon presiden pilihannya. Menjadi yang pertama. Tanpa menunggu sampai mendapatkan rekan koalisi. Ketika partai politik lain sedang berusaha membentuk koalisi, NasDem melakukan sebaliknya. Tentukan dulu pilihan bakal capres, baru bentuk koalisi.

Strategi ini bisa dipahami dari sudut pandang ilmu marketing. Keuntungan akan didapatkan oleh perusahaan ketika menjadi yang pertama memperkenalkan produk atau layanannya ke publik. Produk atau layanan tersebut akan mendapatkan perhatian besar dari publik. Akan lebih unggul dalam persaingan dan memiliki lebih banyak waktu jika perlu perbaikan.

Nah, kira-kira keuntungan apa yang bisa didapat oleh NasDem? Keuntungan yang pasti adalah mendapatkan perhatian banyak dari publik. Ya dari pendukung Anies, maupun pendukung Ganjar dan Andika. Selama ini kan nama-nama capres 2024 hanya dari hasil survei. Publik bisa jadi mulai bosan dengan hasil-hasil survei ini. Karena yang namanya nyapres, ya perlu partai politik. Si capres ini nggak bisa maju sendiri. NasDem pun dengan berani menciptakan gelombang di semua kubu pendukung capres.

Keuntungan lain adalah, NasDem bisa dengan leluasa mencari nama yang banyak gaungnya di masyarakat. Pemilihan Anies atau Ganjar, bisa jadi akan menjadikan NasDem lebih fleksibel dalam memilih rekan koalisi. Kalau partai politik lain sukanya Anies ya NasDem bisa nge-drop Ganjar. Dan sebaliknya.

Mungkin keuntungan lain adalah memantapkan nama Surya Paloh, menjadi salah satu King Maker dalam Pilpres 2024 Sumber. Menjadikan NasDem sebagai partai yang lebih bergengsi gitu.

Mengapa NasDem begitu pede memilih strategi ini dalam menghadapi Pemilu 2024? Kita kembali dulu ke pemilu 2019. Ada sesuatu yang khusus, yang signifikan, yang terjadi waktu itu. Dalam pemilu 2019, NasDem mendapatkan suara lebih tinggi dari tahun 2014. Jumlah suara yang diperoleh NasDem melonjak tinggi. NasDem mendapat tambahan lebih dari 4,2 juta suara pemilih dibanding tahun 2014. Kenaikan ini merupakan pencapaian tertinggi dari semua partai politik peserta pemilu 2019 Sumber.

Otomatis, perolehan kursi NasDem di DPR RI pun melonjak tinggi. Dari 36 kursi pada tahun 2014, menjadi 59 kursi pada tahun 2019. Kenaikannya sangat signifikan, mencapai 63,88 persen Sumber. Kenaikan yang fantastis. Jauh melampaui PDIP (17,43 persen) dan Gerindra (6,85 persen). Sehingga NasDem pun bisa membanggakan diri sebagai pemenang pemilu legislatif 2019 yang sesungguhnya Sumber.

Saya menduga hal ini menjadi salah satu penyebab, sehingga NasDem berani mengambil langkah gercep, memilih dan mengumumkan 3 bakal capres 2024. NasDem pasti yakin bahwa di 2024, NasDem masih punya potensi untuk memperoleh lebih banyak lagi suara.

Namun, pemilihan Anies menjadi bakal capres dengan nomor urut satu, cukup mengagetkan publik. Karena dulu di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, NasDem justru mengusung Ahok, lawan politik Anies. Artinya NasDem waktu itu sudah tahu kualitas Anies. Kok sekarang malah memilih Anies? Padahal ada nama lain seperti Erick Thohir, yang lebih bisa bekerja ketimbang Anies. Lalu dalam hasil survei SMRC, yang dirilis sesudah NasDem mengumumkan 3 nama bakal capres, disebut bahwa mayoritas pemilih dari partai NasDem mendukung Ganjar Pranowo Sumber.

Sementara itu, pernyataan Surya Paloh ketika membuka rakernas NasDem juga bertolak belakang dengan sosok Anies. Surya Paloh menyatakan tidak ingin partainya terjebak dalam politik identitas Sumber. Gak mau terjebak kok milih Anies? Anies yang sangat akrab dengan politik identitas. Dari kedekatannya dengan kelompok-kelompok agamis yang terkenal radikal, bahkan sekarang jadi ormas terlarang. Lalu perkataan Anies sendiri yang menyebut kata “pribumi” dan “besi impor dari Tiongkok”. Hingga menggunakan stadion JIS untuk acara sholat Ied.

Saya menduga ada campur tangan Jusuf Kalla (JK) dalam pemilihan Anies ini. JK menjadi salah satu pembicara dalam acara seminar di Rakernas (rapat kerja nasional) NasDem. Rakernas NasDem ini lah yang melahirkan 3 nama pilihan bakal capres yang diumumkan Surya Paloh. Dalam acara itu, JK sempat menyebut bahwa yang akan menentukan siapa yang menjadi capres 2024, justru adalah partai menengah, seperti NasDem. Bukan partai-partai besar Sumber.

Kehadiran JK ini seakan memberikan kode keras, adanya campur tangannya dalam pemilihan Anies. Kita sudah tahu kedekatan dan kesamaan antara JK dan Anies. Juga bagaimana peran besar JK dalam pengusungan Anies di Pilkada DKI Jakarta dulu.

Sepertinya ada kombinasi antara “rayuan” JK dengan rasa jumawa NasDem, sehingga NasDem nekat memilih Anies. Padahal, reaksi publik atas pengumuman itu sangat terlihat. Kecaman bermunculan dari para netizen. Yang dulunya bersimpati pada NasDem dan mungkin memilih NasDem, sekarang mengancam akan meninggalkan NasDem.

Tagar #TenggelamkanNasdem pun menggema di media sosial. NasDem dianggap menjadi pelaku politik identitas, karena memilih bersekutu dengan pelaku politik identitas. Ada netizen yang menyebut NasDem sedang mengalami krisis keberadaan kader yang kompeten, sehingga mau memungut “sampah” Sumber Twitter. Bahkan ada netizen yang menyamakan NasDem dengan FPI Sumber Twitter.

NasDem sudah bisa melihat kan, bahwa reaksi ini merupakan kerugian buat NasDem sendiri. Akibat terlalu jumawa, dengan modal pengalaman hasil pemilu tahun 2019. Padahal, hasil pemilu 2019 itu sedikit banyak merupakan imbas dari bergabungnya NasDem ke dalam koalisi yang mengusung Jokowi. Lah kok sekarang malah mau usung Anies? Nekat bener! Selalu dari kura-kura!


n2lAN0fNCUc

Tulisan sebelumnya: Klaim Diminta Rakyat Pikirkan Negara, Borok-Borok Anies Makin Terungkap! No Hoax!

Tulisan-tulisan saya yang lain bisa dibaca di sini : Ninanoor

Credit foto : tempo.co