Politik

Melawan Lupa, Elite PDIP: Ganjar 8 Tahun Jadi Gubernur Kerjanya Apa Selain Main Medsos?.

Argo Javirez a year ago 795.0

Hanya sekedar melawan lupa saja. Anggota DPR RI Fraksi PDIP Trimedya Panjaitan menyebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sangat ambisius ingin menjadi calon presiden di Pemilu 2024.

Dia mempertanyakan kinerja Ganjar selama menjabat Gubernur Jawa Tengah. Ganjar apa kinerjanya delapan tahun jadi gubernur selain main di medsos?

Tolong gambarkan track record Ganjar di DPR. Kemudian sebagai gubernur, selesaikan Wadas itu. Selesaikan rob itu.

Berapa jalan yang terbangun kemudian sekarang diramaikan kemiskinan di Jateng malah naik. Tolong masyarakat juga apple to apple memperbandingkan.

Bagi Trimedya langkah Ganjar yang bermanuver untuk nyapres di 2024 sudah kelewat batas. Bahkan, dalam istilah orang Jawa bisa disebut kemlinthi atau congkak.

Kalau kata orang Jawa Kemlinthi ya, sudah Kemlinthi dia, harusnya sabar dulu dia jalankan tugasnya sebagai gubernur Jateng dia berinteraksi dengan kawan-kawan struktur di sana DPD DPC DPRD provinsi DPRD kabupaten kota, itu baru benar.

Wakil Ketua MKD DPR ini menyebut langkah Ganjar terlalu terang-terangan menampilkan syahwat politik, tampak dari safarinya ke berbagai wilayah di Indonesia belakangan ini.

Diketahui, Ganjar aktif keliling Indonesia mulai dari Sumut hingga Makassar, Sulawesi Selatan. Ini kan kelihatan main semua, ke mana mana semua jalan ke Medan ke Makassar, ya kita ketawa-ketawa saja pada saat PON Papua ada yang teriak Ganjar.

Ganjar ya siapa orang Papua yang tahu Ganjar, kelihatan benar by design apalagi orang yang mengerti politik.

Trimedya menekankan, seharusnya Ganjar sebagai salah satu kader yang tergolong lama, paham karakter PDIP dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Dan bagi saya sebagai kader PDI Perjuangan, Ganjar tidak menghargai Ibu Megawati.

Tapi karena politik tidak pernah ada kepastian, sulit ditebak seperti arah beloknya sepeda motor yang dikendarai emak-wmak kampung, kira-kira sekarang apa komennya bang Trimedya setelah Ganjar resmi dinobatkan sebagai petugas partai di level yang tertinggi? Yang jelas, jilat ludah sendiri.

Saya yakin bang Trimedya, termasuk Bambang Pacul juga dongkol setengah mati setelah Ganjar resmi disundul Megawati menjadi petugas partai di level tertinggi.

Perjalanan politik Ganjar adalah contoh jelas kisah seorang oportunis yang siap menjual dirinya untuk membawanya ke posisi politik yang lebih tinggi. Contoh nyatanya, pernyataan keblingernya soal timnas Israel dulu.

Seorang oportunis macam begini ini lebih mementingkan memanfaatkan segala peluang untuk kepentingan dirinya ketimbang benar-benar mengabdi kepada masyarakat dengan fokus pasa kinerja.

Sejak dua tahun lalu sudah semakin jelas menunjukkan niat Ganjar yang menjadikan jabatan Gubernurnya itu bukan sebagai amanah, akan tetapi hanya sebagai batu loncatan saja.

Jika dulu Ganjar hanya ingin jadi Presiden dalam angan-angannya, namun sejak dua tahun yang lalu, Ganjar sudah terang-terangan menunjukkan ambisinya secara tersirat agar dicapreskan Megawati.

Sebab, Ganjar sudah berkali-kali secara tersirat melecehkan bossnya Megawati yang diinsinuasikannya menonjolkan dirinya secara tersamar sebagai sosok yang bakal maju nyapres melangkahi Puan yang secara masif, terstruktur, dan terencana pasang Baliho dirinya dimana-mana.

Sebab, Ganjar paham betul posisi PDIP yang sudah desperate trah Bung Karno sulit dijual, maka ada peluang bagi dirinya untuk dicapreskan Megawati.

Apabila segala skenario hasrat dan ambisinya yang tersamar itu menunjukkan tanda-tanda bakal terjadi, Ganjar sudah punya amunisi yang lebih dari cukup untuk menjajal dirinya menjadi capres.

Disinilah gamblingnya Ganjar. Apabila sinyal popularitasnya semakin menguat dan PDIP panik, maka secara otomatis dia akan masuk dalam bursa capres PDIP. Ini hanya soal timing saja dan lihainya Ganjar membaca situasi di internal PDIP.

Suatu tindakan yang dalam etika politik adalah lancang, tapi oleh para pemberhalanya dilegitimasi dan dihalalkan sebagai sebuah langkah progresif untuk memberi kepastian politik kepada rakyat yang katanya terus menanti.

Entah rakyat yang mana yang mereka maksud. Saya juga bingung. Begitulah kura-kura tipikal pemberhala keblinger yang memghalalkan segala cara.

Opsi lainnya adalah secara bertahap memoles ambisinya menjadi Presiden. Ganjar sebenarnya sudah mempersiapkan langkah ini dengan sengaja terus-menerus menggoreng popularitasnya melalui pencitraan dengan rajin main medsos.

Ganjar paham betul, medsos adalah sarana yang ampuh untuk melegalkan ambisinya. Sejak dua tahun lalu saya sudah membaca niat terselubungnya itu. Itulah sebabnya, sejak dulu saya tidak pernah memuji orang ini setinggi langit. Karena saya tahu, Ganjar ini minim preatasi. Jejak digital tak pernah berduata.

Itu belum lagi dengan gimmick membuat pernyataan-pernyataan kontroversial, mengadu domba netizen dengan cara halus yang terselubung melalui statement apa salahnya nonton bokep, termasuk namunntidak terbatas, menolak timnas Israel berlaga di Indonesia.

Apabila disimak dengan pikiran rasional, tidak mirip kelakuan orang yang waras. Pikiran rasional akan bisa membedakan antara ambisinya dan fakta yang sesungguhnya.

Jelas sekali itu prilaku yang tidak elok, kelihatan sekali bahwa kinerja bukan prioritas si petugas partai yang lagi naik daun itu.

Padahal, pada hakikatnya menjual diri sebagai pejabat yang gemar blusukan dengan gowes langsung ke rakyat itu bukan tolok ukur dirinya layak dicapreskan.

Dibalik semua itu, tentu saja kemungkinan besar ada sumber bekingan kekuatan cuan yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Ini yang saya tidak tahu.

Di sini orang waras pasti bertanya dalam hati, apa iya Ganjar pantas dan layak jadi Presiden? Jawaban normatifnya, tentu saja tidak.

Ganjar yang dianggap tidak punya nilai jual dengan landasan persepsi kinerjanya yang minim prestasi dalam kurun waktu delapan tahun jadi Gubernur dan hanya main medsos, malah mimpi dan ambisinya itu benar-benar terealisasi jadi capres beneran.

Tentu saja ini sebuah tragedi bagi PDIP, khususnya bang Trimedya, Bambang Pacul, dan para pendukung logika waras yang sehat walafiat di NKRI Harga Mati ini. Oleh karena itu, sering-seringlah tengok kebelakang, kawan. Untuk apa? Melawan lupa. Sudah itu saja.

Kura-kura begitu.