Politik

Kolaborasi Ganjar Dan Baznas Bantu Rakyat.

Nikmatul Sugiyarto a year ago 286.0

“Apa bedanya zakat mal dan zakat fitrah?” satu pertanyaan adekku yang berhasil membuatku mengulik tentang zakat kala itu. Zakat adalah rukun islam yang hukumnya wajib dilaksanakan oleh ummat islam.

Setauku dulu saat sekolah dasar zakat itu hanya ada saat Ramadhan saja, kalau tidak dibayar di sekolah, ya di masjid desa. Tapi ketika sudah menginjak usia remaja, pengetahuan yang kudapat bertambah, bahwa zakat itu bukan hanya dikeluarkan saat bulan suci Ramadhan saja. Tapi juga bisa disalurkan kapanpun oleh orang yang mengeluarkan zakat (muzaki).

Jenisnya ada dua zakat fitrah dah zakat mal. Zakat fitrah itu wajib dikeluarkan saat Ramadhan, tapi kalau zakat mal dikeluarkan jika harta yang dimiliki oleh muzaki sudah mencapai angka wajib dikeluarkan zakat.

Keduanya wajib hanya waktu mengeluarkannya saja yang berbeda. Zakat mal ini biasa dikeluarkan oleh orang-orang kalangan menengah ke atas, seperti halnya yang sedang dimasifkan Ganjar Pranowo di barisan Aparat Negeri Sipil (ASN) dan para jajarannya.

Sejak 2014, Ganjar sudah memprogram potongan gaji ASN sebesar 2,5%. Potongan gaji yang dialokasikan untuk zakat itu tertuang dalam Surat Edaran. Selama pelaksanaannya selalu membuahkan hasil manis yang membuat hati bungah.

Setiap tahunnya, di bawah komando Ganjar Jawa Tengah bisa mengumpulkan dana zakat hingga 4,7 miliar. Terpantau terakhir tahun 2022 saja, dana zakat yang berhasil dikumpulkan Baznas Jateng sudah mencapai 82,6 miliar.

Dari tahun ke tahun penggalangan dana Baznas itu selalu menunjukkan kenaikan jumlahnya. Tak lagi kaget jika banyak pihak yang mengapresiasi Jateng dalam pengumpulan dana zakat. Jateng mnejadi provinsi paling banyak yang bisa menggalang dana zakat se-nasional.

Tahun 2019 lalu Wakil Ketua Baznas Pusat Profesor Munzier Suparta turut serta memberikan apresiasi pada Ganjar Pranowo, yang telah mendukung rangkaian kegiatan Baznas hingga sampai pada pembuatan program untuk mengumpulkan zakat ASN.

Bukan lagi menjadi percontohan untuk kabupaten/kota se-Jawa Tengah saja, tapi sistem pengumpulan zakat yang diproklamatori oleh Ganjar ini menjadi percontohan bagi seluruh provinsi di Indonesia.

Bersama Ganjar juga, Jateng kerap mendapat penghargaan dari Baznas pusat setiap tahunnya. Yang terhangat baru hari Senin 21 Maret 2023 kemarin, ia kembali mendapat penghargaan dari Baznas Nasional atas pencapaiannya dalam penggalangan dana zakat.

Ketua Baznas Jawa Tengah KH Ahmad Darodji yang hadir ikut larut dalam kebungahan prestasi, semua itu berkat gubernurnya yang terus mendukung gerak Baznas, yang ikut serta terjun langsung memantau bagaimana pelaksanaan program zakat ASN hingga penyalurannya. Dalam tuturnya, beliau berharap tahun 2023 ini Ganjar dan Baznas Jateng bisa mengumpulkan zakat hingga 100 miliar.

Tak berhenti dengan pengumpulan dana zakat di tingkat ASN, Gubernur dua periode itu juga mengalokasikan dana zakat untuk program pengentasan kemiskinan yang selama ini ia gencarkan. Ada perbaikan Rumah Tak Layak Huni (RTLH), pembangunan musala, gaji guru ngaji, bantuan bencana alam, pendidikan, panti asuhan, dan masih banyak lagi.

Semua pembagiannya diratakan, agar penerimanya juga tidak hanya satu kalangan saja tapi berbagai kalangan. Dari anak kecil hingga orang tua, semua ikut merasakan dana zakat yang penuh berkah itu. Apa yang aku lihat pada pencapaian Gubernur Jateng ini sedikit menyentil kepala daerah di lain tempat juga.

Pasalnya program pengentasan kemiskinan biasanya dilakukan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tapi Ganjar juga menggunakan dana Baznas untuk menyusutkan angka kemiskinan di Jateng.

Kemudi pikirku menelusuri semuanya, hingga sampailah pemikiranku tentang bagaimana Ganjar sebagai pemimpin harus memutar otak dengan lihainya, agar rakyatnya ini jauh dari penderitaan.

Karena APBD Jateng tidak sebanyak DKI Jakarta, jumlah penduduk Jateng pun mencapai 3 kali lipatnya ibukota. Dari situlah yang membuat sang gubernur harus mencari sumber dana lain untuk menghidupi rakyatnya.

Baznas lah tempatnya bersandar untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah bagi rakyat. Dan ya semua berhasil, pengumpulan dana berjalan dengan lancar dan baik. Begitu pula untuk realisasi penyalurannya kepada rakyat, sangat merata dan transparan.

Berangkat dari keberhasilan Ganjar menggalang dana untuk menyejahterakan rakyatnya, berbagai pihak ingin provinsi lain juga menjadikan Jateng sebagai percontohan. Pun dengan Gubernur dua periode itu, ia terbuka kepada para kepala daerah dan mempersilahkan mereka untuk menduplikat programnya.

Kota Palu dari Sulawesi Tengah yang sudah terdaftar minta bantuan kepada Ganjar, baik pelaksanaan teknis secara langsung maupun pendampingan dan pengelolaannya.

Ya, memang seperti itulah seharusnya seorang pemimpin, terbuka dan mau berprogres, tinggalkan malu ataupun gengsi demi kemajuan hidup rakyat.

Dalam perjalanannya sebagai pemimpin, Ganjar tak pernah malu dalam segala hal, ia juga selalu apa adanya. Bahkan sekelas pujian yang terlontar dari petinggi Baznas saja ia tolak, ia hanya mengatakan itu semua karena Baznas Jateng yang mengelola dana hingga sedemikian rupa.

Tapi bapak…, tanpa dukungan, koordinasi, dan genjotan sistem payroll agar penggalangan zakat berjalan dengan baik dan lancar, apa terwujud Baznas Jateng yang gemilang membantu rakyat seperti sekarang ini?

Hehehe, ya dia itulah Ganjar Pranowo, pemimpin yang tidak mau pujian. Cukup tampil seperti biasanya, jangan berlebihan. Apalagi soal rakyat dan buat rakyat, totalitasnya 100% tanpa batas.