Politik

Koalisi Perubahan Menuju Koalisi Ghoib????.

DHEKO a year ago 1.0k

Diundur lagi. Setelah tertunda dari 10 November 2022 dan awal tahun 2023, sekarang ditargetkan dapat terlaksana sebelum pertengahan tahun. NasDem menghendaki agar kerjasamanya dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat dalam bentuk Koalisi Perubahan dapat diumumkan sebelum Juni 2023 ini.

Tentu kemudian ada banyak hal yang bisa menimbulkan senyum dari rame-rame ketiga partai politik ini. Terutama NasDem. Partai NasDem jelas begitu ngebet untuk bisa menjadi pemimpin kerjasama dengan mendahului deklarasi calon Presiden pada diri Anies Baswedan. Walaupun pada kenyataannya secara itung-itungan secara Presidential Threshold dan elektabilitas, NasDem maupun Anies sama-sama memblenya.

Partai Demokrat terlihat ngotot untuk menjadikan sang Ketum, Agus Harimurti Yudhoyono AHY sebagai calon pendamping Anies, sebagai calon wakil presiden. Elektabilitasnya lumayan walaupun tidak diikuti secara kapabilitas. AHY hanya modal pencapaian *bokap"-nya yang hingga kini masih pantas untuk dipertanyakan itu.

Sementara PKS tetap jual mahal dengan cara-cara yang sudah menjadi trademark yang-nya. Bersikap butuh tak butuh, karena memang PKS sudah punya rekam jejak kerja sama dengan kubu politik lain yang lebih pasti dibandingkan dengan NasDem dan Demokrat. Mereka hanya menunggu yang lebih menguntungkan saja.

Kemudian secara resmi PKS dan Partai Demokrat juga belum mengakui Anies Baswedan sebagai capres yang akan mereka usung. Semua masih dalam status tarik-ulur tawar-menawar.

Mendapati kenyataan yang tanpa perkembangan tersebut, Partai NasDem kemudian menemui Gerindra-PKB. Surya Paloh juga menemui Presiden Jokowi.

Manuver NasDem tersebut membuat salah satu dari dua calon rekan kerjasama yaitu Partai Demokrat kelimpungan kebakaran jenggot. AHY kemudian secara tiba-tiba memberi penyataan mengakui Anies sebagai calon presiden yang akan mereka usung.

Partai Demokrat memang pantas untuk was-was. Menghadapi pemilihan presiden 2024-2029 mereka memang seakan tanpa plan B. Mereka sulit untuk menemukan koalisi lain. Susah untuk mendekat ke kubu Gerindra-PKB dan kubu Golkar-PAN-PPP, sudah sudah pasti tertolak oleh PDIP.

Melihat perkembangan komunikasi kerjasama yang tanpa perkembangan yang berarti itu, ditambah dengan elektabilitas NasDem yang rontok pasca deklarasi capres, serta capres yang mereka usung ternyata tidak juga menemukan tanda-tanda dominasinya, pantas bila kemudian koalisi yang akan mereka bentuk itu nantinya bakalan hanya jadi pepesan kosong. Koalisi yang sudah punya nama walaupun belum terbentuk itu besar peluang untuk gulung tikar bahkan sebelum sempat digelar. Amsyong sebelum sempat mekar.