Politik

Koalisi Golkar-PPP-PAN, Sekadar Koalisi Pengusung Cawapres?.

DHEKO 2 years ago 469.0

Karena lebih masuk akal. Tidak ada tokoh besar yang berasal dari partai-partai ini. Tidak punya figur dengan bekal elektabilitas yang memadai. Dan ini yang penting, ketiganya punya mesin partai yang lebih dari cukup untuk bisa diandalkan. Mereka punya cukup pengalaman.

**

Menteng, Jakarta, pada Kamis (12/5) malam lalu menjadi saksi kelahiran Koalisi Indonesia Bersatu. Sebuah kesepakatan yang dibuat oleh tiga partai politik, Partai Golkar, PAN, dan PPP, demi menjelang Pemilu 2024.

"Dengan visi partai yang dimilikinya dan berbagai pengalaman politik, kesemuanya bersepakat untuk menyatukan diri membangun koalisi yang disebut Koalisi Indonesia Bersatu," kata Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily kepada CNNIndonesia.com, Jumat (13/5).

*

Pertanyaan atau rasa penasaran yang timbul kemudian, tanpa figur yang berelektabilitas tinggi sebagai calon presiden, di mana seperti diketahui pemilu nantinya akan dilaksanakan serentak, bagaimana koalisi ini akan membawa dirinya dalam pertarungan elektoral itu nanti? Mereka akan nekat mengusung pasangan dari kalangan internal mereka sendiri atau bagaimana? Atau koalisi ini hanya akan dititikberatkan pada kepentingan pilkada dan pileg saja?

Kalau hanya demi kepentingan pilkada dan pileg, sementara pemilu akan dilaksanakan secara serentak, sepertinya pertimbangan itu agak kurang tepat. Karena calon RI-1 dan RI-2 sebagai puncak dari pesta pemilihan itu, tentu memiliki efek langsung pada kemungkinan pada tingkat keterpilihan partai atau koalisi pengusungnya.

Jadi agar bisa memberi imbas yang optimal untuk para anggota koalisi itu, menempatkan salah satu kader terpilih dari Koalisi Indonesia Bersatu ini tentu sebuah pilihan yang seharusnya diutamakan. Mau tak mau, siapa yang memiliki elektabilitas tinggi dari koalisi ini dimajukan saja, entah sebagai RI-1 atau sekedar untuk RI-2.

Yang lebih logis tentu saja pilihan pada mengusung kader yang disepakatinya sebagai calon wakil presiden. Untuk hal tersebut Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar, tentu berada di urutan terdepan. Survei SPIN yang dilakukan pada tanggal 28 Maret-7 April 2022, menempatkan Airlangga Hartarto pada posisi kesembilan dengan Airlangga Hartarto 1,3%. Sementara secara usaha, pada beberapa waktu yang lalu Airlangga Hartarto tak mau ketinggalan dari Puan Maharani dengan baliho "kepak sayapnya". Demi memperkenalkan diri, baliho Airlangga Hartarto dengan "Kerja untuk Indonesia"-nya diketahui telah menyerbu pinggir jalanan di berbagai daerah di Indonesia.

Penasaran selanjutnya adalah siapa yang bisa dibidik dan didapuk sebagai calon presiden sebagai pendamping dari cawapres mereka ini? Siapa yang mungkin dan pas?

Pilihannya lumayan banyak. Baik yang berlatar belakang partai maupun yang non parpol.

Tapi sebelum masuk ke soal nama-nama, tentu perlu ditetapkan bahwa nama yang akan dipasangkan dengan cawapres usulan Koalisi Indonesia Bersatu ini harus yang punya elektabilitas dan popularitas yang tinggi. Tentu saja harus lebih tinggi dari Airlangga Hartarto.

Dari syarat tersebut, dari kalangan partai ada beberapa nama yang bisa dibidik. Kader-kader partai politik yang punya elektabilitas dan popularitas mendingan tapi peluangan tipis untuk dicapreskan.

Pertama ada Ganjar Pranowo. Kader PDIP ini terlihat seperti dikesampingkan oleh partainya sendiri. Padahal secara elektabilitas hasil beberapa survei, Ganjar dapat bersaing dengan Prabowo dan Anies Baswedan.

Tapi walaupun begitu, agaknya pilihan ini akan menemui jalan buntu. Ganjar tidak menunjukkan tanda-tanda kekecewaan pada partainya. Walaupun masih lebih kurang dua tahun, tapi agaknya terkait Ganjar dan keanggotaan partainya, ke depan tidak akan berubah.

Kedua, adalah politisi Gerindra, Sandiaga Uno. Tapi nampaknya sebelas -dua belas dengan Ganjar, Sandiaga agaknya juga tidak akan beranjak dari Gerindra dan kemudian bersaing dengan bosnya, Prabowo. "Tampolan" dari mantan Danjen Kopassus ini agaknya bikin perih Sandi Uno.

Ketiga, ada Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sudah bukan rahasia lagi kalau putra sulung SBY ini walaupun telah gagal dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, menjadi calon presiden adalah kemauannya dan partainya. Elektabilitas AHY ya lumayan, sementara popularitasnya pastilah tinggi.

Nama dari lingkungan partai politik agaknya ya cuma tiga itu. Walaupun sepertinya tidak akan mudah, tapi gejolak politik ke depan bisa saja tidak akan dengan mudah terprediksi.

Cak Imin?

Yahh…,

Kemudian, pilihan dari non parpol juga ada beberapa. Di antaranya Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Erick Thohir.

Nama ketiga akan menjamin ketersediaan kebutuhan selama proses pemilihan. Sosoknya juga dikenal sebagai profesional yang bukan kaleng-kaleng.

Untuk Anies dan Emil agaknya ada dalam posisi yang sama, dengan Anies lebih unggul dalam elektabilitas. Menarik bila kemudian keduanya masing-masing memilih untuk bergabung dengan partai politik. Tentu itu akan semakin menambah hitung-hitungan besarnya koalisi. Setelah 2022 bagi Anies dan 2023 bagi Emil, langkah politik keduanya tentu akan sangat menarik, termasuk salah satu alternatifnya adalah mereka masuk menjadi anggota parpol.

*

Akhirnya, hadirnya Koalisi Indonesia Bersatu yang begitu dini ini memang menarik. Kemudian langkah apa yang selanjutnya akan mereka lakukan, ya kita tunggu saja.

https://news.detik.com/berita/d-6035217/elektabilitas-prabowo-ganjar-anies-di-3-survei-terakhir?single=1

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220516095415-32-797159/rk-temui-zulhas-dan-airlangga-bahas-koalisi-indonesia-bersatu