Politik

Kita Sepakati Saja, Kalau Sampai Formula E Gagal Digelar, Negara Nggak Perlu Malu!.

Widodo SP 2 years ago 0.0

Membahas Formula E seperti tak ada habisnya. Sama seperti tingkat kengototan pihak-pihak yang sampai hari ini masih yakin bahwa ajang balap mobil listik ini bisa digelar, meski faktanya 129 hari sebelum hari-H masih banyak ketidakjelasan dari proyek Formula E ini.

Yap, semakin mendekati akhir Januari 2021 menurut lansiran laman Kompas.com, diketahui bahwa PT Jakarta Propertindo yang ditunjuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai pelaksana masih belum menemukan titik terang segi pembiayaan. Hal itu dikarenakan:

(1) DPRD DKI Jakarta memutuskan tidak akan memberikan serupiah pun alokasi APBD untuk perhelatan Formula E.

(2) Belum ada sponsor resmi yang menyatakan bersedia membiayai Formula, meski kabarnya sudah ada sponsor menyatakan tertarik secara lisan saja.

Sekadar info mengenai pembangunan sirkuit, seperti yang kemarin (24/1/2022) saya tulis, juga belum menemukan titik terang soal pemenang lelang sehingga sebagai langkah antisipasi, pihak Jakpro mengaku akan mengambil dana talangan dari dana korporasi milik PT Jakpro.

Silakan saja sih kuras dana senilai Rp 50 milliar, nanti kalau proyek macet di tengah jalan padahal duit talangan ini sudah terlanjur keluar (atau malah habis?) risiko silakan ditanggung.

Siapa malu kalau sampai gagal?

Kita sudahi dulu pembahasan soal masih gelapnya sumber pembiayaan pembangunan sirkuit dan sponsor resmi Formula E. Kita akan fokus pada pertanyaan yang dulu sempat muncul:

"Kalau sampai Formula E gagal terselenggara, siapakah yang akan malu?"

Terus terang dulu saya sempat berpikir bahwa negara akan malu kalau sampai ajang Formula E batal atau gagal digelar karena ajang balap mobil listrik itu (katanya) bertaraf internasional. Namun, kini saya berpikir bahwa negara tidak perlu dan tidak harus malu, setidaknya karena beberapa alasan ini:

Pertama, tidak semua ajang yang melibatkan peserta dari luar negeri mengatasnamakan negara sebagai penyelenggaranya. Lihat saja misalnya ajang marathon yang digelar bank tertentu, lalu mengundang pelari-pelari marathon kelas dunia. Misalnya acara gagal atau batal digelar, bukankah itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyelenggara acara? Negara tidak ikut campur dan tidak perlu malu, bukan?

Kedua, sejak awal rencana acara ini tidak melibatkan pemerintah pusat, jadi murni merupakan inisiatif dari Pemprov DKI Jakarta dan pihak-pihak yang konon sebarisan dengan Anies Baswedan, karena diduga punya kepentingan terkait pencitraan untuk ajang Pilpres 2024.

Wong pepohonan di Monas saja disikat alias digunduli tanpa meminta persetujuan dari pemerintah pusat kok, lha kok enak sekarang kalau misalnya dalam kondisi terdesak,.lalu minta campur tangan pusat?

Ketiga, negara sudah punya event MotoGP yang kudu sukses digelar pada Maret 2022 diikuti rencana menggelar Formula 1 yang kalau semuanya lancar paling cepat bisa dimulai pada 2024 nanti. Greget dan prestise Formula E juga masih kalah jauh dibandingkan dengan MotoGP dan Formula 1, bahkan WSBK 2021 kemarin sepertinya masih lebih laku dijual dibandingkan proyek ambisius Formula E tersebut.

T'rus gimana kalau Formula e akhirnya bisa digelar dan cukup sukses? Silakan jika ada yang berandai-andai begitu, tapi rasanya negara juga nggak bangga-bangga amat, karena masih menyisakan pertanyaan mengenai potensi masalah yang masih akan mengejar di belakangnya, bahkan sekalipun Formula E jadi digelar.


Jadi, dalam skala 1-10 saya cukup memberi angka 3 yang artinya cenderung melihat potensi kegagalan dari event ini digelar, melihat dugaan seabreg masalah yang masih menyertai perjalanan rencana Formula E ini, juga durasi waktu yang semakin mepet dengan sisa waktu hanya 129 hari sebelum pelaksanaan menurut kalender resminya

Mungkin ada yang lebih optimis, ya nggak apa-apa juga sih. Siapa tahu kalau semangat dan optimismenya sampai ke telinga Managing Direktor Jakpro, eh bisa diangkat jadi tim suksesnya ajang Formula E, minimal jadi BuzzerRp yang memeriahkan jagat Twitter, daripada sepi. Ya kan?

Soooo ... kita nantikan saja drama Formula E akan berlanjut seperti apa, terutama jika pihak KPK atau Kejati mulai masuk karena mengendus adanya ketidakberesan dalam keuangan atau pembiayaan ajang Formula E ini. Namun yang jelas, kita mau sepakati bahwa negara nggak harus malu kalau sampai Formula E gagal digelar.

Btw apakah Pak Anies belakangan ini masih bisa tidur nyenyak? Nanya aja siiih! Hahahaha...!

Begitulah kura-kura...


Sumber berita:

https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2022/01/25/07150621/129-hari-jelang-formula-e-jakarta-tender-sirkuit-gagal-sponsor-belum-ada