Politik

Ketika Fajar Mengejar Ganjar .

Adin 2 years ago 2.2k

Politik terkadang memang kejam. Keputusan elit partai sangat menentukan nasib kadernya. Mungkin begitu kira-kira kondisi yang sedang terjadi terhadap salah satu kader terbaik PDIP sekaligus Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Hasil survey menyatakan bahwa Ganjar Pranowo merupakan salah satu dari 3 terkuat kandidat Calon Presiden tahun 2024 nanti. Elektabilitas Ganjar sangat stabil bahwa beberapa kali mampu menyalip elektabilitas Prabowo Subianto. Padahal Prabowo merupakan tokoh terkuat di partai besar yaitu Partai Gerindra.

Tetapi elektabilitas dan popularitas Ganjar Pranowo tidak cukup untuk membuat elit PDIP mendorongnya jadi Capres. Padahal jika PDIP melakukannya kemungkinan PDIP kembali akan sukses.

PDIP bisa menjadi pemenang pemilu seperti pada 2 pemilu sebelumnya. Bahkan salah satu kadernya bisa kembali jadi Presiden Republik Indonesia periode selanjutnya. Bukan tidak mungkin malah bisa 2 periode.

Tapi sayang, Ganjar Pranowo seolah diabaikan. PDIP walaupun belum memutuskan secara resmi, tetapi indikasi kuat Capres dari PDIP adalah sang putri mahkota Puan Maharani. Berbagai baliho dengan foto Puan bertebaran di berbagai wilayah strategis di Indonesia. Bahkan beberapa bantuan sembako yang dibagikan untuk masyarakat sudah ditempel foto Puan Maharani. Potensi Ganjar Pranowo sepertinya tidak digunakan maksimal.

Potensi Ganjar yang sudah level nasional seolah diinjak agar hanya berlaku di level provinsi. Kabar terbaru PDIP akan mempertimbangkan Ganjar Pranowo menjadi kandidat Gubernur DKI Jakarta menggantikan Anies Baswedan yang akan berakhir masa jabatannya tahun 2022 ini.

Indikasi Ganjar diabaikan sudah terjadi beberapa waktu lalu. Ketika PDIP menyelenggarakan konsolidasi di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo selaku tuan rumah tidak diundang sama sekali. Sungguh aneh dan membingungkan. Tapi kemudian terjawab bahwa Ganjar tidak diundang karena dianggap terlalu berambisi jadi Presiden padahal belum ada keputusan partai.

Kejadian terbaru seoah menegaskan bahwa PDIP mengejar Ganjar agar jangan berambisi jadi Presiden. PDIP seolah-olah menekan Ganjar agar popularitas dan elektabilitas naik. Padahal semakin di tekan, semakin disakiti, Ganjar bisa saja seperti SBY dulu, semakin berkibar.

Ganjar memberikan bantuan kepada salah satu kader PDIP karena kekurangan bernama Fajar. Tetapi kemudian ternyata Fajar seolah mengejar Ganjar. Wakil Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP Kecamatan Temanggung, Fajar Nugroho mengembalikan bantuan yang diberikan Gubernur Ganjar Pranowo saat datang ke rumahnya.

Mulanya, ia diberikan bantuan sembako dan mainan untuk anak-anaknya. Selain itu ia juga dijanjikan renovasi rumah serta alat pencuci motor untuk membuka usaha oleh Ganjar.

Akan tetapi, Fajar mengatakan janji renovasi rumah belum terealisasi. Dia kecewa lalu mengembalikan bantuan mainan yang diberikan Ganjar ke kelurahan. Mengenai sembako, tidak ia kembalikan lantaran sudah ia pakai bersama keluarga.

Sikap Fajar tersebut seperti ada tekanan dan tidak bijaksana. Sikap Fajar tersebut tidak etis. Sebagai sesama kader PDIP, seharusnya tidak perlu bersikap demikian.

Kalau tidak terima ya enggak perlu teriak-teriak seperti itu. Cukup bicara internal partai saja. Ganjar Pranowo merupakan kader PDIP, Fajar juga pengurus PAC. Lebih baik diselesaikan dengan senyap secara internal partai saja.

Sikap Fajar seolah didasari tekanan dari pihak tertentu. Pasalnya, kita pernah mendengar ada orang mengembalikan bantuan dengan alasan harga diri. Tindakan Fajar ini malah merugikan partai, karena sesama kader malah bertengkar.

Selain itu jika menerima bantuan dari yang lain, tidak ada yang mempermasalahkan, apalagi sampai mengembalikan bantuan tersebut. Misalnya bantuan berupa beras dengan tas bergambar Ketua DPR Puan Maharani. Tak satu pun penerima bantuan beras yang mengembalikan bantuan tersebut.

Waktu Pak Jokowi memberikan bantuan kemudian dikabarkan di media sosial, tidak ada yang meributkan, santuy saja.

Tekanan dari PDIP untuk Ganjar Pranowo seolah terbukti. Ganjar Pranowo kembali mendapat cibiran dari internal PDI Perjuangan. Konten video berjudul "Rumah Kader di Tanah Bengkok" dianggap mengeksploitasi kemiskinan untuk pencitraan, yang arahnya ke Politik 2024.

Anggota DPRD Jawa Tengah dari Fraksi PDI Perjuangan Saiful Hadi menilai apa yang dipertontonkan Ganjar itu sarat politik pencitraan.

"Pencitraannya kelihatan sekali, sangat kami sayangkan. Pak Ganjar itu 8 tahun ditugasi PDIP memimpin Jawa Tengah, dan baru ini memberi bantuan kepada kader tak mampu yang disebut punya rumah reyot. Kenapa baru ini, kemarin-kemarin kemana?" kata Saiful di Semarang, Kamis (13/1).

Padahal seharusnya sesama kader PDIP Saiful Hadi, lebih baik jadi tukang kulkas daripada tukang kompor dan tukang kipas. Wkwkwk.

Begitu saja.

Sumber :

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5897126/kembalikan-bantuan-ganjar-kader-pdip-temanggung-dari-hati-nurani