Politik

Ketahuan! Gibran Adopsi Strategi Lama Prabowo, Kaesang Ikutan!.

Ninanoor 6 months ago 1.6k

Gibran sudah bilang, “tenang saja Pak Prabowo, saya sudah ada di sini”. Seakan menjamin kemenangan Prabowo, walaupun minim pengalaman dan kemampuan. Namun ternyata, jaminan kemenangan itu tidak bisa dipastikan dengan mudah. Lha wong begitu gol jadi cawapres, dengan ditopang oleh putusan MK, publik langsung memberikan vonis “dinasti politik”. Reaksi publik ternyata tidak sebodoh yang diperkirakan.

Apalagi setelah ada putusan MKMK, yang memecat paman Gibran, Anwar Usman dari jabatan Ketua MK Sumber. Ini kan sudah membuktikan bahwa ada kesalahan atau pelanggaran etik berat di balik pencawapresan Gibran. Sehingga di medsos pun ramai sebutan Cawapres Ilegal terhadap Gibran Sumber.

Reaksi publik ini ditambah dengan reaksi yang telak dari kubu Ganjar-Mahfud. Menyikapi bahwa pasca putusan MKMK, Gibran tetap jadi cawapres, Pak Ganjar dengan tenang menyebut bahwa pihaknya menerima putusan MKMK dan membiarkan masyarakat yang menilai Sumber. Di depan masyarakat di Sumatra Utara, Ganjar juga menyebut bahwa tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan rakyat Sumber. Sementara Pak Mahfud memperingatkan bahwa jangan pernah curang dalam pemilu, karena kecurangan, kesewenang-wenangan, pemaksaan dan penipuan dalam pemilu tidak akan memberi berkah Sumber. Reaksi Ganjar-Mahfud ini mencerminkan tingkat kematangan dalam pengalaman berpolitik ya. Sikap keduanya tenang, tapi menimbulkan rasa perih di kubu Prabowo-Gibran hehehe...

Kubu Prabowo pun cepat-cepat mengambil langkah, mengerahkan strategi untuk menutupi borok yang sudah ketahuan itu semaksimal mungkin. Mungkin dari Prabowo, mungkin strategi itu dari Gibran ya. Kan katanya Gibran punya konsultan politik sendiri. Apalagi yang mendapatkan reaksi negatif itu kan memang pencawapresan Gibran. Jadi Gibran yang jadi tokoh utama dalam memainkan strategi itu. Kita pun menyaksikan berbagai hasil survei yang rata-rata menyatakan bahwa pasangan Prabowo-Gibran ini elektabilitasnya sudah mencapai 40 persen Sumber. Bahkan ada survei yang hasilnya sudah mencapai 50 persen, yakni survei dari PWS Sumber. Kita tentu ingat apa yang pernah dikatakan Prabowo soal survei, tergantung siapa yang bayar Sumber hehehe.. jadi gak perlu dibahas ya soal survei ini.

Kita fokus pada pernyataan-pernyataan Gibran, yang memang dirancang sebagai pelengkap hasil survei yang gemerlap itu. Di survei-survei kan sudah dinilai jadi calon pemenang pilpres. Gibran pun bersikap sama, menunjukkan kepedeannya sebagai pemenang pilpres. Pertama, disampaikan di Lampung ya, Gibran menyebut bahwa jika ada yang nyinyir, ada yang fitnah dan ada yang melemparkan pernyataan negatif, itu pertanda lawannya sedang panik karena takut kalah Sumber. Kedua, dalam momen yang sama, Gibran juga menyebut bahwa dia yakin pilpres akan berlangsung cepat, satu putaran saja, pasti dimenangkan oleh Prabowo-Gibran Sumber.

Kemudian pernyataan ketiga, ini disampaikan di Jakarta, Gibran menggaungkan narasi keberlanjutan, tanpa ada perubahan. Kata Gibran pada para pendukungnya, “kalian nggak mau kan habis SMA balik ke TK?” Sumber. Ya iya lah tanpa perubahan, semuanya memang hanya mengekor pada kerjaan Presiden Jokowi hehehe...

Kalau melihat di medsos, reaksi netizen terhadap ketiga pernyataan Gibran ini mayoritas negatif. Banyak sekali netizen yang menghujat balik pernyataan Gibran. Misalnya ada yang mengungkap bahwa Gibran menggunakan istilah nyinyir dan fitnah itu untuk menutupi proses yang inkonstitusional di MK Sumber. Nahh kan, netizen itu cerdas lho, gak bisa dibodoh-bodohi lagi. Ada lagi netizen yang menyentil Gibran begini : “kritik dibilang nyinyir, mengingatkan netralitas dibilang takut kalah”, lalu mempertanyakan Gibran ini sebagai anak muda otak dan logikanya di mana? Sumber.

Ada juga netizen yang mengomentari pernyataan Gibran soal pilpres satu putaran pasti menang. Ini nadanya satir banget ya. Kata netizen ini, “siap boss, tak perlu pemilu juga kita menang” hehehe Sumber. Sementara itu, mengomentari pernyataan Gibran soal gak mau habis SMA balik ke TK, netizen pun membalasnya dengan tak kalah tajam. Kata salah satu netizen, “La wong anda sendiri dari SD langsung SMA...mikir bos” Sumber.

Pernyataan-pernyataan Gibran memang dirancang untuk anti-logika. Dirancang untuk kelihatan hebat saja, tampak sangat wah gitu ya. Agar Gibran dan Prabowo terlihat sangat pede sekali. Kalau ada yang membalas seperti para netizen itu, ya telan saja. Yang penting pernyataan-pernyataan semacam itu harus terus digaungkan. Narasi ada yang mau jegal, ada yang nyinyir, ada yang fitnah, menang pilpres satu putaran dan narasi melanjutkan pembangunan Jokowi. Itu akan selalu digaungkan terus. Sampe mabok deh hehehe... Karena menurut mereka, hanya dengan itu mereka bisa menutupi soal pelanggaran berat etik di MK.

Strategi semacam ini kan sebenarnya sudah ada sejak jamannya pilpres 2019. Sudah dipakai Prabowo waktu itu. Yakni strategi propaganda Firehose of Falsehood atau Semburan Dusta atau Semprotan Kebohongan Sumber. Masih ingat kan, Prabowo menyebut Indonesia bubar, Indonesia bakal punah katanya. Padahal akhirnya ketahuan kalau itu diambil dari sebuah novel hehehe... Strategi ini memang dimaksud untuk membodoh-bodohi rakyat, agar jadi takut dan percaya sama apa kata Prabowo. Tapi dulu sempat ada yang bilang bahwa strategi itu tidak bakal bisa dipakai untuk meraih kemenangan dalam pilpres, karena intinya masyarakat itu sudah cerdas. Yang bilang siapa? Tidak lain adalah Budiman Sudjatmiko Sumber hehehe...

Strategi ini memang berbau Prabowo banget ya. Tapi sekarang yang menjalankannya adalah Gibran dan juga Kaesang lho. Pikiran saya langsung ingat ke strategi ini, ketika membaca pernyataan Kaesang di media. Berita kemarin nih. Katanya Kaesang mengusulkan agar tinta Pemilu 2024 warnanya jadi pink Sumber. Yang baca berita ini mungkin bakal tertawa atau bisa jadi menyebut bahwa usulan ini gak mutu banget sih. Gak logis dan mengada-ngada. Ya memang dibuat begitu. Dibuat terlihat lucu juga. Intinya satu, membuat orang lama-lama lupa bahwa Gibran itu bisa jadi cawapres semata-mata karena adanya proses yang melanggar etika di MK.

Saya kira penerapan strategi ini sangat merendahkan intelektual publik ya. Seakan-akan rakyat Indonesia yang lebih dari 200 juta ini gak ada satu pun yang nonton berita di tv atau youtube, atau baca berita media online. Seakan tidak ada satu pun masyarakat yang mampu berpikir secara logis. Ini bisa disebut sebagai penzaliman terhadap kemampuan berpikir publik lho. Strategi ini nampaknya bakal sulit untuk berhasil ya. Karena semakin banyak pula orang, tua dan muda yang mengemukakan keprihatinannya terhadap pelanggaran konstitusi dalam pilpres 2024. Ada tokoh-tokoh senior seperti pendiri Tempo Goenawan Mohamad, dan ada pula para mahasiswa, dan banyak lagi. Semua prihatin melihat tingkah polah penguasa negara ini. Kita di sini sudah mengingatkan. Kalau yang diingatkan gak mau denger, ya sudah. Kita tetap berjuang demi kebenaran. Seperti kata Pak Ganjar tadi ya, tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan rakyat. Begitulah kekuatan rakyat. Kura-kura memang juara!

Tulisan sebelumnya: Bobby Sempurnakan Politik Dinasti, Jokowi Gak Bisa Ngeles Lagi!

Tulisan-tulisan saya yang lain bisa dibaca di sini : Ninanoor

Credit foto : republika.co.id