Politik

Kena Juga, Kapolres Kulon Progo Dicopot Usai Viral Penutupan Patung Bunda Maria.

Xhardy a year ago 2.5k

Aksi penutupan patung Bunda Maria sempat heboh, tapi tidak lama kemudian tenggelam oleh satu isu yang lebih liar yaitu penolakan Timnas Israel bermain di Indonesia. Otomatis kasus patung ditutup terpal ini redup dan nyaris terlupakan.

Ternyata, ada kabar lanjutannya. Sama menariknya sih. Selagi menunggu bagaimana hasil pertemuan antara Erick Thohir dengan petinggi FIFA di Swiss, kita bahas sejenak tentang Kapolres Kulon Progo DIY yaitu AKBP Muharomah Fajarini.

Berita terkini, dia sudah dicopot dari jabatan Kapolres, tertuang dalam surat telegram bernomor ST/714/III/KEP/2023 tertanggal 27 Maret 2023.

Dalam surat telegram itu, dia dimutasi sebagai perwira menengah Polda DIY. Jabatan Kapolres Kulon Progo digantikan oleh AKBP Ninuk Setiyowati.

Dicopot artinya dia lakukan kesalahan, iya kan? Berarti sikap terhadap isu penutupan patung Bunda Maria tidak sesuai prosedur yang seharusnya kita lihat di lapangan.

Awal mula kejadian ini adalah viralnya sebuah video di media sosial di mana patung Bunda Maria ditutup dengan terpal. Ada ormas yang merasa resah dan meminta agar patung ditutup.

Polsek Lendah menjelaskan ada ormas yang tidak nyaman dengan keberadaan patung itu yang katanya mengganggu kekhusyukan umat muslim yang sedang berpuasa. Tapi kemudian narasi ini dibantah.

"Mohon maaf atas anggota kami yang salah dalam penulisan narasi dan kami telah mendapatkan perintah dari Kapolda (DIY) bahwa tidak ada ormas yang mengganggu keamanan dan ketenteraman. Bila ada ormas yang mengganggu keamanan, kenyamanan, ketentraman, khususnya di wilayah Kulon Progo akan kami tindak," kata Kapolres Kulon Progo AKBP Muharomah Fajarini.

Seolah tidak sadar sudah membuat keanehan yang menabrak logika, Fajarini bahkan bilang, patung yang ditutup itu adalah inisiatif dari pemilik rumah doa karena masih mengurus izin. Memangnya kalau izin belum selesai, pemilik harus susah payah menutupi patung?

Blunder makin membesar ketika ada media lain yang memberitakan bahwa memang ada ormas yang resah. Bahkan sebelumnya sudah ada pertemuan yang membahas keberadaan patung ini. Bahkan sebelum itu, mereka meminta agar nama rumah doa itu diganti, dan akhirnya disetujui. Memang fakta kalau ada sekelompok orang yang tidak senang dengan adanya patung tersebut, sehingga pemilik memilih mengalah ketimbang jadi gaduh.

Dan kepolisian saat itu seolah mau menutupi, entah karena takut gaduh atau gimana. Hingga akhirnya terbongkar semuanya. Logikanya, pemilik patung tidak akan mau repot-repot menutupi patung kalau bukan karena ada masalah. Justru karena ada masalah, barulah pemiliknya terpaksa repot-repot. Logikanya jangan dibolak-balik dong.

Jadi dengan dicopotkan Kapolres Kulon Progo, menandakan dia tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Kalau bertindak benar, posisi bakal aman-aman saja. Itu logika yang simpel.

Jadi apa yang bisa kita petik adalah ternyata masih banyak pihak berwenang yang takut dan tunduk dengan tekanan ormas. Siapapun yang takut dengan tekanan massa hingga membenarkan apa yang seharusnya salah, maka wajib ditindak juga. Pantas dicopot karena sudah mempermalukan institusi.

Padahal Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam beberapa kesempatan pernah bilang, dia akan menindak tegas kasus-kasus yang berhubungan dengan intoleransi di Indonesia sesuai arahan Presiden Jokowi.

Bahkan lucunya lagi, ada politisi dan tokoh yang juga berusaha meredam isu ini dengan komentar konyol. Katanya jangan terprovokasi dengan isu yang tidak benar, padahal itulah kenyataannya. Mereka sama saja secara tidak langsung ikut membenarkan aksi penutupan patung tersebut. Miris tapi fakta.

Aturan kok dibolak-balik demi memfasilitasi resahnya segelintir orang doang. Patung cuma berdiri diam, tidak mengganggu, tidak usil dan tetap di sana selamanya, itupun bisa bikin mereka resah dan sekujur badan meriang. Alasannya karena takut mengganggu ibadah puasa. Itu cuma alasan. Alasan aslinya adalah karena mereka mau melampiaskan hasrat intoleransi yang menggebu-gebu. Mereka itu intoleran, tidak senang melihat simbol, patung atau ibadah umat lain, makanya emosi langsung memuncak dan memaksa agar yang lain ikut kehendak mereka.

Kalau polisi masih berusaha memaklumi, jadinya beginilah. Sudah pantas dicopot sih. Ganti dengan yang patuh dan taat aturan. Ganti dengan yang mau tegakkan konstitusi bukan mendengarkan seruan dari sekelompok ormas intoleran.

Bagaimana menurut Anda?