Politik

Jokowi Belum Siap Lengser, Prabowo Mau Lepas Dari Jokowi.

Xhardy 2 months ago 150.0

Di dua pilpres sebelumnya, Jokowi dan Prabowo adalah rival besar. Tapi di pilpres 2024, Jokowi secara tidak langsung mendukung Prabowo. Memang tanda-tanda itu udah ada sejak Jokowi merangkul Prabowo dan menjadikan dia sebagai Menteri Pertahanan.

Sebenarnya, alasan terbesar Jokowi mendukung Prabowo adalah karena faktor Gibran. Dari sini udah kelihatan jelas, Jokowi sedang menyiapkan anaknya untuk menjadi calon presiden di Pilpres 2029.

Di sisi lain, Prabowo juga kebelet jadi presiden. Kalah dua kali di pilpres, membuat dia makin bernafsu. Dengan demikian Prabowo dan Jokowi seolah saling membutuhkan. Prabowo kepingin jadi presiden, peluang menang lebih besar kalau wakilnya adalah Gibran. Makanya Prabowo ngotot, bahkan kabarnya lima kali dia minta restu ke Jokowi untuk mengajak Gibran jadi wakilnya.

Prabowo tahu, kalau Gibran jadi cawapres, otomatis Jokowi akan turun tangan membantu pemenangan, meskipun secara halus. Semua terbukti, Jokowi cawe-cawe, turun ke lapangan bagi bansos. Ada juga ancaman dan intimidasi kepada kepala desa dan kepala daerah. Tanpa Jokowi, elektabilitas Prabowo mentok. Dia butuh Jokowi effect biar bisa menang.

Sekarang pikirkan ini, Jokowi tega meninggalkan PDIP yang udah membesarkan namanya. Ada sesuatu yang direncanakan Jokowi sehingga tega berbuat seperti itu. Prabowo juga punya kepentingan lain yang tidak kalah besar, sehingga ngotot jadi capres untuk ketiga kali.

Kira-kira, mereka berdua ini apakah bakalan klop di kemudian hari?

Jokowi belum lama ini memimpin sidang kabinet paripurna. Di sidang itu, ada sedikit pembahasan tentang program makan siang gratis. Agak aneh memang. Presiden saat ini membahas program presiden selanjutnya. Harusnya Jokowi lebih concern dengan masalah yang ada di depan mata yaitu, harga beras yang naik gak karuan. Rakyat udah menjerit, harga naik tidak terkendali, belum lagi udah hampir masuk bulan puasa yang biasanya akan diikuti dengan kenaikan harga bahan pokok lain. Masyarakat kayak dua kali dijerat lehernya sampai kesulitan bernapas.

Publik akan melihat Jokowi masih tidak tenang sebelum lengser, sehingga dia masih suka atur-atur. Selain itu kabarnya Jokowi akan dilibatkan dalam membentuk kabinet dan menyusun kebijakan Prabowo-Gibran.

Saya gak tahu apa alasan Jokowi dilibatkan seperti itu. Mungkin aja, ini deal yang disepakati dari awal. Bisa jadi sih, tapi ini cuma opini saya.

Tapi kita lihat dulu lah gimana maksudnya Jokowi dilibatkan dalam pembentukan kabinet. Kalau cuma diminta masukan, pendapat atau saran, itu gak masalah. Tapi kalau cawe-cawe lebih jauh, itu yang bahaya. Presiden bakalan didikte oleh mantan presiden.

Ini adalah indikasi kalau Jokowi sepertinya masih gak rela melepaskan jabatan. Dia masih mau menanamkan pengaruhnya di pemerintahan selanjutnya. Salah satunya lewat Gibran.

Sayangnya, sesudah lengser nanti, Jokowi gak punya kendaraan politik. Jokowi bukan ketum partai, bukan pemilik partai, di PDIP juga dia gak menjabat apapun. Begitu lengser bulan Oktober nanti, dia kayak warga biasa, gak punya pengaruh politik lagi.

Makanya, ada rumor Golkar bakal jadi kendaraan politik Jokowi. Dari kabar yang beredar, awalnya PSI yang jadi tempat berlabuh Jokowi. Tapi apa daya, PSI gak sanggup melaju ke Senayan meskipun baliho yang konon jumlahnya lebih banyak daripada jumlah kader, disebar ke seluruh pelosok.

Ada yang tanya, bisa aja Jokowi pensiun dari politik sesudah lengser, jadi rakyat biasa. Pertanyaan saya, Gibran masih jadi cawapres, apakah Jokowi udah tenang? Kalau menurut saya sih belum. Makanya Jokowi belakangan ini, gerak-geriknya kayak mau mengatur pemerintahan selanjutnya.

Sementara itu, kalau dari kacamata Prabowo, apakah mau dia didikte dan diatur-atur? Kalau Gibran disiapkan sebagai capres di pilpres selanjutnya, apakah Prabowo bersedia? Kalau kesehatan masih ok, dia pasti bakal lanjut periode kedua. Prabowo mana mau buang kesempatan ini. Kalau benar yang saya katakan ini, maka konflik tidak akan terelakkan.

Itu nanti lima tahun lagi, kita lihat yang sekarang ini. Kompas.id memuat satu berita yang cukup menarik. Prabowo belakangan ini cukup sering bertemu SBY. Dua kali dalam jarak waktu yang gak lama. Prabowo disebut sedang membangun aliansi politik baru. Prabowo mau membangun koalisi pemerintahan yang tidak didominasi oleh pengaruh salah satu pihak, termasuk Jokowi. Ini penting bagi dia supaya dia benar-benar bisa menjadi pemimpin ketimbang disetir untuk melakukan keinginan Jokowi.

Ke depan mungkin akan ada drama saling mengunci dan masing-masing punya kartu As mematikan. Kalau melihat banyaknya drama dimulai dari ulah MK sampai sekarang, ini kayak bermain api. Memang apinya masih kecil, dan semoga saja tidak sampai membesar.

Jika apa yang saya jelasin dari awal itu benar, bisa jadi kemenangan Prabowo di pilpres, bukan gratisan, ada harga yang harus dia bayar. Seperti satu kalimat, tidak ada makan siang gratis di dunia ini.

Bagaimana menurut Anda?