Politik

Intoleransi di Jawa Barat Masih Saja Terjadi, Kira-Kira Kapan Sembuhnya?.

Widodo SP a year ago 1.2k

Setara Institute pernah merilis hasil survei dan menyebut Jawa Barat sebagai provinsi paling intoleran di Indonesia. Hasil survei ini lantas disusul dengan menyebut daerah Depok, masih di Jawa Barar, sebagai daerah setingkat kabupaten/kota madya yang menempati posisi puncak soal predikat intoleran dalam ruang lingkup yang lebih kecil.

Temuan ini jangan diabaikan karena berasal dari ruang lingkup kecil inilah suatu daerah yang lebih besar dapat terpengaruh, lalu tanpa terasa dikenal sebagai daerah dengan kasus intoleran yang mengkhawatirkan.

Temuan Setara Institute ini saya yakin bukan rekaan, melainkan hasil temuan fakta di lapangan. Pada 2015 silam Setara Institute bahkan menyebut sedikitnya 7 dari 10 daerah dengan toleransi paling buruk, yang diborong oleh tujuh daerah di Jawa Barat yakni Bogor, Bekasi, Depok, Bandung, Sukabumi, Banjar dan Tasikmalaya.

Bogor dan Bekasi bahkan jadi dua kota yang dinilai tingkat toleransinya paling buruk pada masa itu. Lantas sekitar 2019 keluarlah predikat Jawa Barat sebagai provinsi paling intoleran, yang mana kondisi ini sudah berlangsung selama 12 tahun beruntun.


Fakta ini sempat dibantah oleh Wagub Jabar saat ini, seperti diulas pula oleh Denny Siregar dalam ulasan khasnya di "2045 TV" yang berjudul Ormas Intoleran di Cianjur, meski sayangnya ending dari Bang Denny kali ini kurang nampol karena malah menyarankan kalau memberi bantuan sebaiknya tidak usah menyebut nama, dengan mengutip ungkapan yang kalau disederhanakan berbunyi:

"Kalau tangan memberi, tangan kiri tidak usah tahu."

Apa yang barusan terjadi, lalu viral mengenai pencopotan stiker di tenda bantuan, bahkan saya juga melihat kemarin di beranda IG saya ada lembaga pemberi bantuan yang pamitan karena anggotanya mengalami aksi intoleran saat membantu korban gempa Cianjur, seharusnya membuka mata masyarakat bahwa daerah Jawa Barat tidak sedang baik-baik saja.

Namun mungkin, tak ada yang bisa diharapkan terlalu banyak dari pemimpin daerah yang saat ini memimpin. Apalagi jika benar anggapan bahwa kelompok atau ormas keagamaan terkesan dibiarkan karena akan berguna saat ada pemilihan buat mendulang suara supaya menang, ya bisa jadi rame kalau setelah menjabat lantas keberadaan ormas atau kelompok keagamaan ini diusik.


Jadi, entah kapan daerah ini tingkat intoleransi warganya bisa turun secara signifikan, karena menghilangkan intoleransi kan mustahil juga. Musibah yang dianggap sebagai cobaan untuk melihat reaksi hati maupun sikap, malah direspons sebagian orang dengan aksi yang jauh dari simpatik, malah terkesan sombong.

Jika hasil survei yang kita bahas itu akurat, kita hanya bisa berharap semoga masih ada kesempatan bagi daerah ini untuk berubah, lalu menjadi lebih ramah dan menyadari bahwa keberagaman di Indonesia adalah suatu anugerah, yang patut disyukuri karena membuat negeri ini indah dan nyaman untuk ditinggali.

Bukan sekadar disinggahi, lalu kapok dan bersumpah takkan pernah ke sana lagi karena mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan. Semua bisa dimulai dari sikap dan ketegasan pemimpin daerahnya, lalu diharapkan bisa menular ke seluruh elemen masyarakat. Semoga lekas sembuh ya...!

Begitulah kura-kura...


Sumber berita:

(1) https://www.cnnindonesia.com/nasional/20151116180322-20-92031/setara-tujuh-kota-di-jawa-barat-intoleran

(2) https://news.detik.com/berita/d-4796408/setara-sebut-jabar-daerah-paling-intoleran-dalam-12-tahun-terakhir

(3) https://youtu.be/P4cyLqOki8c