Politik

Ini Tanda Yang Sangat Jelas Kalau Anies Akan Merusak Indonesia Tapi Dibungkus Perubahan.

Daeng a year ago 1.6k

Rupanya ada satu bukti lagi bahwa selama Anies jadi Gubernur Di Jakarta, benar-benar tidak peduli dengan warga Jakarta. Anies hanya berusaha membangun citranya, tapi sayangnya, sebagus apapun cara Anies membangun citranya, tetap saja tampak yang buruk-buruk.

Tetap saja Anies dinilai orang yang cuma pintar ngomong dan tidak bisa kerja. Atau Anies kerjanya cuma bisa ngomong, dan karena itulah pantas saja Jakarta selama masa kepemimpinan Anies, tidak ada kemajuan, bahkan ada kerusakan alias penurunan.

Sejumlah program yang seharusnya sudah berjalan dengan baik, justru malah disengaja dengan memunculkan istilah lain yang pada dasarnya sama saja, misalnya masalah normalisasi menjadi naturalisasi, lalu rumah susun diganti menjadi rumah lapis. Benar-benar hanya permainan kata-kata yang sangat tidak dibutuhkan oleh warga Jakarta.

Warga Jakarta sangat butuh kerja nyata yang menghasilkan kesejahteraan, keamanan, kenyamanan dan bikin warga Jakarta benar-benar merasakan hadirnya pemerintahan. Tapi Anies tidak lakukan itu. Jadi sebenarnya ini sangat jelas sekali Anies tidak layak menjadi pemimpin lagi, mending mimpin kampus saja.

Tapi untunglah Anies sudah bukan lagi Gubernur, dan ini merupakan kesempatan untuk memperbaiki Jakarta kembali, plt Gubernur DKI Pak Heru mulai bisa membenahi satu per satu hingga masanya nanti, dan waktu yang tersisa ini tentu tidaklah cukup, dan mungkin pada periode berikutnya jika Jakarta mendapatkan Gubernur seperti Ahok ataukah Gibran, mungkin bisa langsung menyulap Jakarta menjadi lebih kinclong. Dan permasalahan warga bisa segera diselesaikan yang selama Anies menjabat berantakan tidak beres.

Tetapi, di Jakarta ini tidak mudah perjuangannya. Ada banyak tantangan. Dan perlu diketahui juga bahwa pekerjaan merusak itu lebih mudah daripada membangun atau memperbaikinya. Apa yang telah dirusak Anies di Jakarta, bisa jadi akan mengalami kendala untuk memperbaikinya, butuh waktu yang agak lama mungkin.

Maka jangankan Jakarta, bagaimana kalau se-Indonesia rusak karena Anies berhasil bermain licik di pentas pilpres 2024? Apakah Indonesia akan kembali seperti zaman orba? Dan yang membahayakan adalah sejumlah program yang sudah berjalan di masa pemerintahan Jokowi, bisa saja semuanya akan mangkrak dan akhirnya akan mubazir. Dan lagi-lagi butuh waktu lama untuk memperbaiki, bahkan bisa butuh waktu lebih dari 10 tahun. Akhirnya kita benar-benar akan terbelakang jauh dari negara-negara tetangga.

Ini bukan untuk menakuti, tapi ini sudah ada buktinya, dan Jakarta adalah contoh atau bukti nyata bagaimana Anies tidak punya efek positif untuk kemajuan Jakarta.

Dan mari kita lihat bagaimana Jalan Layang Non Tol (JLNT) di Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara yang kini dibiarkan mangkrak dan terbengkalai. Proyek ini sendiri pertama kali dibangun pada tahun 2015, saat itu Ahok masih menjabat sebagai Gubernur. Proyek ini awalnya dibangun untuk menghubungkan Jalan Pluit City menuju Tol Bandara Soekarno Hatta dan Tol Tanjung Priok.

Dan setahu saya, proyek ini tidak menggunakan APBD, dari informasi yang sudah beredar bahwa jalur tersebut sedari awal merupakan proyek dari pengembang swasta, Agung Podomoro Group, sebagai bentuk kewajiban (CSR) atas pembangunan pulau reklamasi di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara.

Proyek JLNT ini ditargetkan akan selesai pada tahun 2016. Namun karena ada masalah dalam penyusunan Raperda (Rancangan Peraturan Daerah) DKI terkait pembangunan pulau reklamasi, pengerjaan proyek CSR ini pun jadi ikut tertunda. Dan setahu saya, tahun 2016 ini adalah tahun yang sangat panas karena jelang pilkada DKI 2017, tentu saja Ahok diserang habis-habisan menggunakan SARA, brutal memang. Pilkada paling brutal sepanjang sejarah Indonesia.

Ahok menjelaskan tentang proyek ini, begini kata Ahok "Seingat saya karena Raperda tentang pulau reklamasi bermasalah. Tidak mau dibahas DPRD," Dan setelah itu, proyek pulau reklamasi sendiri sempat terhenti. Menurut Ahok, mungkin saja hal ini menjadi alasan utama mengapa proyek JLNT ini juga jadi ikut terhenti dan mangkrak hingga sekarang, dan kata Ahok "Sayangnya kemudian pulau reklamasi dinyatakan distop,”

Jadi jelas sekali, begitu Ahok akan kalah di pilkada DKI 2017 lalu digantikan Anies, maka proyek ini mengalami kendala alias mangkrak. Padahal kan kalau Anies mau melanjutkan, tinggal dijalankan saja, tetapi rupanya Anies memang sengaja membuat semua yang dilakukan Ahok seperti tidak ada gunanya di mata Anies, padahal banyak fasilitas yang dibutuhkan masyarakat yang harus dibangun sehingga bermanfaat, bukan dengan membuat patung bambu senggama yang tidak lama berdiri akhirnya dirobohkan, manfaatnya cuma sekilas, cuma numpang foto doang. Kita warga Jakarta tidak makan foto-foto bambu.

Andaikan Ahok masih jadi Gubernur hingga saat ini, sudah pasti proyek JLNT ini akan selesai, selama tidak banyak gangguan, karena tipe Ahok itu, apa yang sudah direncanakannya dan sudah berjalan maka harus selesai, artinya Ahok disiplin dan tidak mau membohongi warga.

Karena waktu itu gangguan dari para tukang kibul begitu keras menerkam, sehingga hampir 60 persen warga jadi terprovokasi. Maka karena kesalahan warga yang sudah memilih Anies, maka harga yang harus dibayar adalah Jakarta stagnan saja alias tidak maju dan justru akan makin mundur, untung saja masa jabatan Anies sudah kelar.

Program janji kampanye Anies tidak ada yang dieksekusi, NOL besar. Jakarta hanya tempat untuk menampung Anies sebagai batu loncatan untuk menguasai Indonesia.

Jadi bagi saya pribadi, tidak akan menyerahkan negara ini kepada orang yang sebenarnya tidak bisa memimpin tapi hanya pintar ngomong, dan juga begitu mudah ngibul dan bermain kata-kata.

Nah, quote kali ini, saya hanya bisa bilang:

“Kita rakyat Indonesia tidak butuh kata-kata, tapi kita butuh kerja nyata yang sudah diprogramkan dengan jitu, bukan yang baru bicara gagasan, narasi, terus ke gagasan lagi lalu balik lagi ke narasi, terus muter-muter dan akhirnya bikin mumet, kita tidak butuhkan itu, kita rakyat Indonesia tidak butuh orang yang hanya bacot doang.”

Yah udah, gitulah kura-kura.