Ada yang bilang justru kalau tidak ada Jokowi, PDIP bakal jadi partai gurem. Mereka bilang, PDIP jangan sok hebat lah. Gak ada Jokowi, PDIP gak bakal sebesar sekarang.
Saya tidak bisa membantah bahwa ada peran Jokowi yang membuat PDIP bisa seperti sekarang. Tapi tanpa Jokowi, apakah mungkin PDIP jadi partai gurem?
Kalau kita bicara pakai opini, mungkin akan susah dan tidak selesai sampai kapanpun. Lebih baik pakai data dan angka. Nanti saya akan perlihatkan supaya semuanya jelas.
PDIP berhasil memposisikan dirinya sebagai partai wong cilik sehingga bisa menarik basis massa yang kuat dan loyal. PDIP juga punya mesin partai dan struktur partai yang menjalar hingga ke ranting. Jaringannya luas di seluruh Indonesia. PDIP bisa kampanye secara efektif dan masuk sampai ke akar rumput.
Selain itu, PDIP punya sekolah partai sehingga bisa melahirkan kader-kader potensial di masa depan. PDIP juga satu-satunya partai di Indonesia yang punya sertifikasi ISO.
Sekarang kita bicara soal perolehan suara PDIP sejak tahun 1999-2019.
Pada Pilpres 1999, PDIP berhasil meraup 33,75 persen suara.
Pada Pilpres 2004, PDIP mulai mengalami penurunan karena SBY effect. SBY menang pilpres dan jadi presiden. PDIP saat itu cuma dapat 18,53 persen suara.
Pada Pilpres 2009, PDIP makin anjlok karena cuma dapat 14,01 persen suara. Saat itu Demokrat sangat berjaya dan SBY jadi presiden di periode kedua.
Pada tahun 2014, muncullah nama Jokowi yang saat itu heboh dibicarakan di mana-mana sejak jadi Gubernur DKI tahun 2012. Jokowi kemudian dicalonkan sebagai capres.
Kira-kira berapa perolehan suara PDIP saat itu? Jokowi effect sangat heboh saat itu. PDIP ternyata dapat 18,96 persen suara. Jika dibandingkan tahun 2009, Jokowi effect cuma mendongkrak suara PDIP sebesar 4,95 persen.
Oke lah, kita anggap Jokowi effect berhasil menaikkan suara PDIP. Tapi sebelum itu, PDIP menargetkan 27 persen suara di pemilu 2014. Nyatanya cuma dapat 18,96 persen. Perhitungan PDIP meleset. Jokowi effect tidak sebesar yang diharapkan.
Ada yang bilang, itu kan karena Jokowi Yes PDIP No. Bisa jadi sih. Tapi itu malah membuktikan kehadiran Jokowi tidak terlalu signifikan terhadap PDIP.
Pada Pilpres 2019, suara PDIP adalah 19,33 persen, hanya meningkat 0,37 persen dibandingkan tahun 2014.
Jadi kesimpulannya, Jokowi dan PDIP memang saling mendapat keuntungan. Tapi kalau PDIP disebut sangat tergantung pada Jokowi, rasanya kurang tepat kalau kita melihat data perolehan suara PDIP di lima pemilu sebelumnya.
Bahkan Pilpres 2024 PDIP tetap kuat. Di semua survei, PDIP selalu teratas dalam hal elektabilitas. Padahal kondisinya adalah Jokowi tidak lagi jadi presiden, dan Jokowi bahkan sudah dianggap tidak lagi berada di PDIP sejak Gibran gabung dengan Prabowo. Tapi PDIP tetap jadi partai paling besar.
Jadi Jokowi effect-nya di mana? Ada, tapi tidak seheboh yang dipikirkan banyak orang. Dan ketika Jokowi dibilang nasibnya kasihan jika tidak ada PDIP, ini bukan hinaan. Kalau PDIP tidak menerima Jokowi, tidak ada partai lain yang mau dan Jokowi mungkin tidak akan pernah jadi wali kota Solo, Gubernur DKI bahkan jadi presiden.
Bagaimana menurut Anda?