Politik

Ibarat Tukang Cuci Piring, Heru Budi Hanya Disisakan Peninggalan Masalah sang Capres.

Ruskandi Anggawiria a year ago 1.4k

Sebuah akun media sosial membuat narasi menggelitik, menurutnya sejak zaman baheula baru kali ini ada pejabat publik sehalu Anies Baswedan. Kita pun mencari tahu, apa sebabnya dia menyebut demikian. Kita pun baru paham setelah melihat berbagai narasi sejenis.

Intinya mereka mempersoalkan, setelah Anies mengaduk-aduk Jakarta sedemikian rupa, dan meninggalkan sampah masalah untuk dibereskan oleh pejabat Gubernur, dia malah membidik korban lain yang jauh lebih massif, tak lain adalah rakyat seantero negeri.

Bagaimana tidak, karena dengan tiket yang sepersekian lembar, karena partai yang mengusungnya tidak punya kecukupan suara untuk mengusung sendiri capres, Anies gelagatnya mengincar pemilih dengan narasi yang sama dengan ketika dia merebut kekuasaan di Jakarta. Menggunakan cara pencitraan dan fitnah, sekali lagi dia coba kelabui rakyat Indonesia.

Alih-alih membereskan bekas-bekas ketakbecusannya mengurus ibu kota, dia justru sibuk ber-eforia mengunjungi sudut-sudut negeri dan menebar pesona penuh kepalsuan. Inilah potret buruk demokrasi kita, contoh sosok yang dipaksakan menjadi kontestan, meskipun kinerjanya tak sementereng tutur katanya, kita jadi skeptis, apa yang bisa dia perbuat setelah terpilih kelak?

```youtube

PO1-ch2kz9k

```

Penanganan banjir

Permasalahan penanganan banjir adalah hal penting untuk Jakarta. Soal penataan banjir, baik Yayat maupun Nirwono menilai pekerjaan Anies belum sempurna. "PR penanganan banjir justru tidak tuntas dilakukan, seperti pembenahan sungai yang berhenti, revitalisasi situ/danau/embung/waduk tidak berjalan, rehabilitasi saluran air tidak dilakukan, padahal di atasnya trotoar sedang direvitalisasi," sorot Nirwono.

Nirwono juga menyoroti pertambahan ruang terbuka hijau yang lambat di era Anies. Adanya Tebet Eco Park yang direvitalisasi hanya meningkatkan kualitas taman yang sudah ada, tapi tidak menambah luasan ruang terbuka hijau di Jakarta. Yayat Supriatna menilai Anies harus bisa lebih baik lagi soal masalah penanganan banjir. Dia melihat ada konsep normalisasi dan naturalisasi yang tidak cukup terejawantahkan di Jakarta. "Soal banjir, kelihatannya memang harus ada upaya yang lebih keras lagi," kata Yayat.

Ancaman Jakarta, menurut Yayat, adalah hujan ekstrem. Anies perlu memperbaiki penanganan potensi hujan ekstrem. Upaya pembangunan sumur resapan dan drainase vertikal memang mengemuka, termasuk pro dan kontranya. Namun Yayat melihat program itu harus dipikir lagi. "Sumur resapan bukan hanya sekadar membuat sumur resapan, tapi juga harus memperhatikan kemampuan daya serap tanah itu. Jadi bisa dikatakan sumur resapan itu perlu dievaluasi kembali performanya mengurangi potensi genangan," kata Yayat.

Hal yang menggelitik adalah fakta, bagaimana mungkin Anies memperbaiki kinerja sebagaimana disarankan pengamat tata kota di atas? Dia sudah lepas tangan dan tinggal mempertanggung jawabkannya dari sisi hukum. Sementara kondisi tidak baik-baik saja di ibu kota menuntut pejabat Gubernur bekerja tanpa lelah, karena sampah masalah yang demikian menumpuk.