Politik

Golkar, PD dan PKS Mampukah Berkoalisi? .

Adin 2 years ago 1.4k

Melihat hasil survey memunculkan tiga nama paling kuat sebagai kandidat Capres tahun 2024. Mereka adalah Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Barat dan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Ketiga tokoh ini mempunyai elektabilitas paling tinggi. Sosok yang paling berpotensi jadi Capres adalah Prabowo Subianto. Karena beliau sudah punya partai politik bahkan menjadi Ketua Umumnya.

Sebenarnya Ganjar Pranowo memunyai potensi untuk menjungkalkan Prabowo di Pilpres. Tapi sayang sampai detik ini potensi Ganjar seolah di abaikan oleh PDIP. Semenjak kejadian Ganjar tak diundang di acara konsolidasi partai di Jawa Tengah, Ganjar seolah diabaikan PDIP.

Malah indikasi kuat jika PDIP mendorong putri mahkota mereka yaitu Puan Maharani sebagai kandidat Capres. Hal ini terbukti dengan banyaknya baliho dengan foto Puan di berbagai wilayah di Indonesia. Termasuk foto Puan di kantong sembako yang dibagikan kepada masyarakat.

Anies Baswedan tidak mempunyai partai, tetapi mungkin ke depannya akan ada partai politik yang meminang Anies. Karena elektabilitas Anies cukup tinggi.

Kita tentu berharap jangan sampai Pemilihan Presiden 2024 nanti hanya diikuti satu pasang saja, Jika bisa minimal 3 pasang Capres dan Cawapres meramaikan Pilpres nanti.

Untuk itu sangat diperlukan koalisi yang merata jangan hanya terfokus ke partai besar saja seperti PDIP dan Partai Gerindra. Yang lain hanya ikut-ikutan saja.

Jika muncul wacana ada koalisi selain PDIP dan Partai Gerindra tentu sangat baik. Sebagai salah satu indikasi bahwa partai politik lain pun punya keberanian untuk mengusung Capres dan Cawapres sendiri.

Berita terbaru, Partai Golkar dan Partai Demokrat terbuka berkoalisi dengan PKS pada Pilpres 2024 dengan koalisi religius-nasionalis. Lantas siapa pasangan capres-cawapres terkuat jika koalisi ini terbentuk?

Partai Demokrat dan PKS dilihat dari sejarah punya banyak kesamaan nasib politik. Kedua partai solid mendukung SBY dua periode. Di era Presiden Jokowi, kedua parpol kompak di luar pemerintahan di saat Gerindra dan PAN masuk koalisi Jokowi.

Bagi Partai Demokrat, posisi PKS itu dinnilai lumayan seksi. Bukan hanya karena nasibnya hampir sama, tapi berkoalisi dengan PKS itu 'murah meriah' dengan militansi kader yang sudah teruji. Variabel ini makin menambah kemungkinan Demokrat dan PKS akan berkoalisi pada Pemilu 2024.

Koalisi PKS, Golkar, dan Demokrat dinilai sangat mungkin terjadi. Koalisi ini dapat memasangkan Ketum Golkar Airlangga Hartarto dengan Anies Baswedan ataupun Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

Sangat disyukuri dan sangat mungkin tiga partai ini bikin poros tersendiri karena Golkar sangat terlihat ambisius majukan Airlangga di pilpres dan butuh banyak partai koalisi untuk maju.

Apalagi, pada saat bersamaan, sejumlah elite Golkar sering melontarkan isu soal kemungkinan Airlangga duet dengan Anies, yang notabene dekat dengan PKS, juga mewacanakan duet Airlangga-AHY. Jadi kemungkinannya 100 persen ketiga partai bisa bikin poros baru di luar PDIP dan Gerindra.

PDIP dan Partai Gerindra tidak berminat mengajak Airlangga untuk diduetkan dengan Prabowo atau Puan Maharani. Karena itu, dinilai tak ada pilihan lain bagi Golkar, jika ingin tetap memajukan Airlangga, harus bikin poros sendiri.

Jika koalisi Golkar-PKS-Demokrat terbentuk, paslon kuat adalah Anies-Airlangga. Pasangan ini, Anies sebagai capres dan Airlangga sebagai cawapres. Jika melihat minat masyarakat pasangan Airlangga lebih kuat dengan Anies ketimbang AHY. Dengan satu catatan, Anies capresnya, bukan cawapres. Kalau AH (Airlangga) capres dan Anies cawapres, masyarakat akan kecewa.

Masalahnya kemudian, apakah Partai Golkar (Airlangga) mau tidak posisi Capres diberikan kepada Anies Baswedan yang tak punyak tiker partai? Sedangkan Airlangga sendiri merupakan pucuk pimpinan Partai Golkar.

Masalah lainnya, adalah Partai Demokrat. Jika Airlangga berpasangan dengan Anies bagaimana nasib Partai Demokrat? Apakah AHY mau tidak menjadi Capres dan Cawapres? Apakah Partai Demokrat rela bila Ketumnya tidak maju lagi sebagai Capres dan Cawapres?

Kondisi ini tentu menjadi PR penting bagi anggota koalisi, jika benar-benar ingin terjadi koalisi melawan PDIP atau Partai Gerindra.

Apakah koalisi antara Partai Golkar, Partai Demokrat dan PKS bisa terjadi? Lalu siapakah Capres dan Cawapresnya?

Kita tunggu saja.