Politik

GMBI dan PDI Perjuangan Beraroma PKI (menurut FPI).

Arif Budi Darmawan 7 years ago 0.0

Tragis ! itulah nasib yang dialami oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam sejarah Indonesia, tidak ada partai yang nasibnya lebih buruk dari PKI. Meskipun pernah turut bersusah payah mengusahakan Indonesia merdeka dengan melakukan pemberontakan pada pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1926, PKI harus berakhir secara mengenaskan di tangan pemerintahnya sendiri karena ulahnya sendiri. PKI dianggap melakukan kudeta terhadap Republik Indonesia dengan menculik dan membunuh tujuh Jenderal TNI dalam peristiwa G 30 September 1965. Setelah itu Pemerintah menerbitkan Ketetapan MPRS No.XXV/MPRS/1966 Tahun 1966. Rentetan peristiwa sepanjang 1965 hingga 1966 tersebut membuat PKI benar-benar mati.

Uniknya, pada tahun ini 2017, masih saja ada kelompok yang menghembuskan isu bahwa keberadaan PKI masih ada hingga sekarang. FPI itu bagai hantu gentayangaan yang bisa menyusup kemana-mana untuk mendirikan partai komunis lagi, mengkudeta lagi dan seterusnya. Siapa lagi penyebar isu tersebut kalau bukan FPI, LSM pimpinan Riziq Shihab ini kemana-mana selalu bawa stempel palu arit. Kalau ketemu lawan di jalan yang berseberangan dengannya atau dianggap menghalangi langkahnya, langsung saja ia beri stempel palu arit. Bahkan duit yang tidak punya salah apa-apa juga dicap PKI…Oalaaaahh

Selain duit 100 ribu rupiah, ada juga organisasi yang mendapat stempel palu arit dari FPI. Saya merangkum ada dua kelompok yang beruntung menerima stempel palu arit dari FPI.

GMBI (Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia)

Ya, ormas yang baru saja bentrok dengan FPI ini juga sudah diberi stempel palu arit oleh FPI. Menurut FPI nama GMBI mengandung unsur komunis, khususnya pada kalimat “Masyarakat Bawah Indonesia”. Beredar meme bahwa kalimat tersebut tersebut merupakan kamuflase dari istilah proletar.

meme GMBI, sumber : https://www.facebook.com/habibrizieqcom

Proletar adalah sebuah istilah yang kerap digunakan oleh PKI kala itu untuk menggambarkan kaum miskin dan tertindas. Saya terkekeh membaca meme FPI tersebut. Pintar sekali FPI itu mengotak atik gatukkan sesuatu atau mencocoklogi hal yang tidak cocok demi mengaduk-aduk perasaan orang agar terpancing dan akhirnya ikut-ikutan marah seperti FPI. Paling tidak itu yang terlihat di fanspage bos FPI, Riziq Shihab setiap kali mengomentari meme yang diunggah. Mengerikan sekali komentar-komentarnya. Ada yang siap mati membela Riziq Shihab, ada yang ingin membuat Indonesia seperti Suriah. Duh sedihnya.

Beberapa hari yang lalu nonton film Stalingrad yang menggambarkan tentang perang Jerman versus Rusia. Dimana dalam salah satu adegan, seorang ibu sedang memeluk anaknya, dimasukkan ke dalam kotak kayu, kemudian dibakar hidup-hidup oleh Tentara Jerman, ngeri rasanya. Lalu sekarang masih ada orang Indonesia yang ingin merusak suasana damai bangsa Indonesia menjadi suasana di Suriah. Astaghfirullah !

Kembali lagi tentang istilah Istilah proletar. Memang benar, saat masih hidup, PKI sering menggunakan istilah proletar dalam setiap kegiatannya. Hal tersebut merujuk pada istilah proletar yang dipopulerkan oleh Karl Marx. Yang mungkin tidak diketahui oleh FPI, istilah proletar sendiri bukanlah istilah yang diciptakan oleh Karl Marx. Istilah tersebut sudah ada sejak zaman Roma Kuno. Karl Marx kemudian memungut istilah Proletar untuk menggambarkan  masyarakat kelas kedua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Dalam perkembangannya di Indonesia, PKI menggunakan istilah proletar untuk menjelaskan tentang kaum petani dan buruh miskin.

FPI mungkin sengaja pura-pura buta sejarah. Pada masa perjuangan, selain PKI ada satu lagi tokoh besar bangsa Indonesia yang kerap menggunakan istilah proletar, tokoh tersebut konon adalah idola Riziq Shihab. Tokoh tersebut adalah Bung Karno. Ya Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Akan tetapi berbeda dengan PKI yang langsung mengkopi paste apa saja dari Marx, Bung Karno menggunakan istilah yang ia ciptakan sendiri, Marhaen. Ia menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan tentang proletar. Kata Bung Karno, “Marhaen yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum melarat Indonesia.”

Jika dasar penyebutan GMBI sebagai kamuflase PKI adalah karena istilah proletar, seharusnya FPI juga menyebut GMBI kamuflase dari PNI, Partindo atau Bung Karno. Tapi mengapa FPI tidak melakukan itu ? Karena FPI itu ngawur dan sedang mengeluarkan jurus utamanya, setiap “lawan FPI adalah PKI.”

PDI Perjuangan

Betul, PDI Perjuangan adalah Partainya Megawati Sukarnoputri. Partai ini secara mengejutkan mengantar Pak Joko Widodo ke kursi Kepresidenan. Partai ini pun juga pernah mendapat stempel PKI dari FPI. Kata FPI, ada Aroma PKI di PDIP. Apa sebabnya mereka mengatakan seperti itu ? Sila baca meme di bawah ini, namun bagi anda yang tidak ingin tersenyum atau tertawa, sebaiknya tidak perlu membaca meme di bawah ini. 

Bagaimana menurut anda, isi poster tersebut ? warbyasa bukan kelihaian FPI menerawang angka 42 menjadi simbol palu arit. Saya bingung harus berkomentar apa terhadap poster tersebut. Isinya hanya cocoklogi semata.

Yang justru menjadi pertanyaan, mengapa yang diidentikkan dengan PDIP kok Partai Komunis Indonesia dan Partai Komunis Cina, bukan Palestinishe Komunistishe Partei (Partai Komunis Palestina). Ya, karena doktrin FPI mungkin adalah, “setiap lawan FPI adalah PKI.”

referensi :

https://id.wikipedia.org/wiki/Proletariat

Marhaen dan Proletar