Politik

Gaya Berpolitik Jokowi Berubah Orientasi Menjadi Penguasa Mutlak kah?.

Ruskandi Anggawiria 5 months ago 765.0

Perseteruan Presiden Joko Widodo dengan Nasdem akhir-akhir ini mereda seiring tegangnya hubungan Jokowi dengan PDIP yang semakin memuncak. Kabarnya bisnis katering milik Surya Paloh di Freeport Papua, dahulu sempat dicabut oleh pemerintah, setelah Nasdem nekat tanpa kulo nuwun, mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan. Dan kini, khususnya setelah pertemuan Surya Paloh dengan Presiden, usaha tersebut telah dikembalikan.

Kok bisa begitu? Demikianlah isi dialog antara redaksi Tempo dengan tim Halu seperti cuplikannya dapat disaksikan di twitter berikut ini. Berbeda dengan postingan video di akun twitter “partai burung gagak” di atasnya, yang menggambarkan kemajuan di berbagai bidang di masa pemerintahan Joko Widodo. Tidak berhenti di aspek ekonomi, keluarga Jokowi termasuk adik iparnya pun turut disenggol oleh sang pemilik akun ini. Mereka digambarkan sebagai bermanuver karena ingin ukut-ikutan berkecimpung di dunia kekuasaan sebagai politisi karbitan.


1728426893094080654

Partai burung merak sebagai pemilik akun twitter tersebut mengaku muak dengan segala bentuk manuver keluarga Jokowi di bidang jabatan publik. Si putra bungsu yang menurutnya tidak berpengalaman berpolitik pun ikut nimbrung menjadi Ketum PSI hanya beberapa hari setelah dirinya terdaftar sebagai anggota partai anak muda tersebut. PSI ini disebut-sebut akan menjadi partainya Jokowi setelah nanti lengser dan tidak menjabat sebagai Presiden.

Yang menjadi sorotan publik sebagaimana dikupas akun partai burung gagak tersebut, kita menjadi skeptis dengan gambaran Jokowi yang awalnya terlihat tidak ambisius, namun jelang mengakhiri masa jabatan seakan-akan berubah dan berbalik seratus delapan puluh derajat. Adakah ini yang kita sebut post power syndrom? Satu situasi yang mana ada kekhawatiran ekstrim yang menimpa seseorang, yang diakibatkan perasaan terancam setelah kehilangan kekuasaan.

Adakah ekspresi Jokowi yang menolak tawaran memperpanjang masa jabatan Presiden menjadi tiga periode, merupakan isi hatinya secara murni? Publik tentu melihatnya sebagai ungkapan seorang demokrat sejati. Namun setelah manuver politik yang ditunjukkannya belakangan ini, publik semakin dibuat heran alias gumun (bahasa Jawa), karena kesan itu tidak lagi muncul dalam ekspresi Jokowi.

Kalau benar Jokowi telah berubah dalam hitungan hari, maka anggapan publik yang mengira seorang penguasa harus dibatasi masa kekuasaannya, karena semakin lama dia akan berubah menjadi otoritariat, menjadi valid dan beralasan. Lebih gumun lagi manakala kita sadari perubahan tersebut terjadi bukan setelah dirinya lengser, melainkan saat masih berkuasa sebagai Presiden.


1728326744627978394