Politik

Gak Ada Akhlak! Rating Prabowo Turun, Gerindra Salahkan Baliho yang Tidak Berdosa.

Fery Padli 2 years ago 1.9k

Secara logika wajar, kalau Prabowo memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi. Pasalnya ia sudah nyapres dua kali dan nyalon wakil presiden sekali.

Jadi otomatis orang kenal dia.

Belum lagi di Pilpres 2019 lalu, ia dipilih oleh 68,44 juta rakyat Indonesia.

Dan apapun yang terjadi, tentu di antara 68 juta pemilik suara itu sebagiannya masih menjadi pendukung setia Prabowo.

Plus kader partai Gerindra yang kini solid mendukungnya sebagai Capres 2024.

Hanya ada sedikit saja yang membelot.

Beda dengan Ganjar, meskipun dia merupakan kader partai terbesar di negeri ini yakni PDIP, tapi tidak semua kader PDIP mendukung dia. Ada juga 'Dewan Kolonel' yang hendak mengusung Puan.

Termasuk ada kader PDIP yang mau mengusung kader partai lain seperti Airlangga Hartarto dan Sandiaga Uno.

-o0o-

Lantas, kenapa kader PDIP itu gak kompak mendukung Ganjar? Beda dengan Gerindra yang mayoritas kadernya mendukung Prabowo.

Jawabannya hanya satu, karena Ganjar bukan ketua partai. Sehingga dia tidak bisa memaksa seluruh kader PDIP untuk mendukung dia.

Jadi dengan begitu, pada dasarnya Prabowo lebih maju selangkah dibandingkan Gubernur Jateng tersebut.

Apalagi lawan terberatnya Jokowi sudah tidak bisa nyapres lagi. Makin besar-lah peluangnya untuk terpilih jadi presiden.

Hidup Om Prab. Hehehe

Hanya saja terkadang hidup itu tidak seindah logika ferguso. Hambatan dan tantangan selalu datang silih berganti. Oke-lah Jokowi tidak nyapres lagi, tapi yang terjadi malah rating Prabowo semakin turun.

Lantas, apa penyebabnya?

Tentu ada banyak.

Pertama, orang sudah mulai bosan melihat mukanya. Lu lagi, Lu lagi.

Bayangkan saja, sejak sejak Pilpres 2009 lalu hingga Pilpres 2019 Prabowo selalu ikut. Tanpa jeda sekalipun.

Lihat muka istri saja kalau sudah 10 tahun lamanya rada bosan. Apalagi lihat muka Prabowo.

Sudah tuwir pula. Hehehe

Perhatikan saja mantan Ketua DPD Partai Gerindra DKI M Taufik. Ia secara terang-terangan mendukung Anies pada Pilpres 2024 mendatang.

Itu karena Taufik sudah menyerah alias sudah bosan memperjuangkan Prabowo yang kalah melulu bertarung di Pilpres.

Jadi kalau kader Gerindra saja sudah ada yang gak mau mendukung Prabowo, bagaimana yang lain?

Kedua, Prabowo ditinggalkan pendukungnya tapi belum dapat pendukung baru.

Keputusan Om Prab mengambil kursi Menteri Pertahanan sebenarnya cukup beresiko. Pasalnya ia ditinggalkan oleh banyak pendukung.

Sebagaimana kita ketahui bahwa diantara pendukungnya pada Pilpres 2019 lalu adalah para para pembenci Jokowi. Seperti seperti FPI, PA 212 dan GNPF Ulama.

Termasuk PKS.

Ketika Capres yang didukungnya itu pindah ke gerbong ke orang yang mereka anggap musuh maka otomatis kelompok yang suka mikir terbalik tersebut juga mengganggap Prabowo sebagai musuhnya.

Lihatlah sekarang, Kadrun merapat ke Anies. Meskipun kurang diterima oleh Gubernur DKI itu lantaran dia takut dicap sebagai Capres yang didukung oleh kelompok radikal dan intoleran.

Kemudian, PKS juga mengarahnya ke sana yakni mendukung Anies. Lantaran partai dakwah itu tidak punya kader potensiali untuk diusung sebagai Capres.

Celakanya, meskipun Prabowo sudah ditinggalkan oleh banyak pendukungnya, pendukung Jokowi belum juga ada yang tertarik mendukung dia sebagai Capres.

Malah yang terjadi saat ini, pendukung Jokowi lebih banyak mendukung Ganjar.

Ketiga, muncul matahari kembar di Gerindra

Berdasarkan de jure memang Prabowo yang jadi Capres partai itu tapi berdasarkan de facto Gerindra punya dua Capres.

Selain Om Wowo, ada juga Sandiaga Uno.

Si Sandi ini secara tidak langsung juga turut menurunkan elektabilitas Prabowo.

Jadi, tidak perlu pakai analisis canggih segala sebenarnya untuk mengetahui penyebab elektabilitas Om Prab stagnan. Karena itu semua bisa dilihat dengan kasat mata.

-o0o-

Eh bukannya melakukan evaluasi besar-besaran terhadap Capres yang diusungnya itu, Gerindra malah menyebut tren Prabowo turun karena baliho. Kwkwkwk

Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan ada upaya untuk menjegal Prabowo sebagai Capres 2024 di daerah-daerah lewat baliho itu.

"Pak Prabowo juga mau dijegal. Itu sekarang baliho di seluruh daerah masif, tapi balihonya membuat rating pak Prabowo turun kok itu. Banyak," ujar Dasco dengan nada seperti tanpa bersalah.

Mirisnya lagi menurut anggota DPR tersebut, baliho-baliho itu sengaja dipasang di kantong-kantong suara atau di basis massa Prabowo. Seperti di Sumbar, Aceh, Kalsel dan Madura.

Lantas, seperti apa penampakan baliho yang dikatakan sebagai alat untuk menjegal mantan Danjen Kopassus tersebut?

Di baliho itu ada foto Jokowi dan Prabowo yang lagi salaman ala Korona atau bersalaman tanpa menyentuh tangan. Di atas foto .tertera tulisan 'Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat'.

Kemudian, di bawahnya ada foto Prabowo dan tulisan yang notabene pernyataannya sendiri yakni,

"Saya mengakui kepemimpinan dan kenegarawanan pak Jokowi,"

Memang kalau dilihat dari sudut pandang pendukung Jokowi, baliho yang dimermasalahkan Gerindra itu biasa saja. Karena bawahan memuji atasan adalah hal yang wajar. Apalagi Presiden Jokowi sudah menun.jukkan kepemimpinannya dan sikap kenegarawan selama ini.

Hanya saja, yang jadi masalah sebenarnya, bukan balihonya. Melainkan penempatannya.

Seperti baliho itu ditempatkan di Suamtera Barat. Yang kita tahu sendiri bahwa banyak warga daerah ini yang membenci Jokowi.

Dengan adanya baliho Prabowo memuji Jokowi itu, secara tidak langsung juga akan membuat warga Sumbar tidak lagi mau mendukung Ketua Umum Gerindra tersebut.

Itulah yang ditakuti oleh Gerindra sebenarnya.

Tapi gak segitunya juga kelez. Semua sudah tahu kalau Prabowo itu merupakan bawahan Jokowi.

Artinya apa? Orang juga sudah tahu kalau dia pro sama mantan Walikota Solo itu.

Sehingga informasi yang disampaikan baliho itu sebenarnya bukan informasi yang baru. Melainkan (Prabowo pro Jokowi) sudah menjadi rahasia umum.

Lagian juga, kalau Prabowo memang Capres kuat tentu Gerindra gak akan mempermasalahkan baliho tersebut. Karena hal itu merupakan masalah receh yang tidak perlu ditanggapi.

Perhatikan saja Jokowi, sudah difitnah di sana-sini pakai majalah obor rakyat. Tetap saja terpilih jadi presiden dua periode.

Tapi karena Prabowo ini rapuh. Masalah kecil yakni baliho doang, jadi dibesar-besarkan oleh anak buahnya.