Beberapa waktu yang lalu perpolitikan tanah air sempat heboh karena manuver Anies dan Nadem. Secara mendadak Anies mengajak Muhaimin Iskandar jadi cawapres, padahal selama ini publik menganggap Anies akan memilih AHY.
Apalagi kemudian manuver Anies dan Nasdem ini direspon negatif oleh Partai Demokrat. Setelah setahun lebih bergabung di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Partai Demokrat akhirnya memutuskan keluar.
Peristiwa tersebut cukup menghebohkan dan menjadi tajuk utama berita diberbagai media. Kemudian diketahui Partai Demokrat memutuskan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) koalisi pendukung Prabowo Subianto.
Nah beberapa hari terakhir publik kembali heboh dan terpusat kepada salah satu anggota keluarga Presiden Jokowi. Kaesang Pangarep menjadi pusat perhatian karena keputusannya di bidang politik.
Pemilik Sang Pisang ini memutuskan bergabung dengan partai baru Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Keputusan yang mengejutkan mengingat ayahnya (Jokowi), kakaknya (Gibran Rakabuming) dan kakak iparnya (Bobby Nasution) merupakan kader PDI Perjuangan.
Kejutan terus berlanjut dari Kaesang Pangarep. PSI mengadakan Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) yang hasilnya mengangkat putra bungsu Presiden Jokowi Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum. Padahal Kaesang baru beberapa hari jadi anggota PSI.
Hal ini menjadi prestasi dan kejutan luar biasa dari Kaesang. Karena Jokowi, Gibran dan Bobby tidak pernah mengalami ini. Selain efek positif ternyata ada efek negatif juga dari pengangkatan Kaesang menjadi Ketum PSI.
Pertama, PSI merupakan partainya anak muda. Salah satu semangatnya adalah kaderisasi. Nah Kaesang Pangarep yang baru beberapa hari jadi kader partai langsung jadi Ketua Umum partai, memantik pertanyaan, apa kabar dengan kaderisasi partai?
PSI sebagai partai anak muda, beresiko kehilangan sebagian semangatnya di mata para anak muda Indonesia. PSI akan di cap sebagai partai yang hanya bisa omong saja tanpa merealisasikannya.
Kedua, Kaesang menyampaikan jika dirinya memutuskan jadi kader PSI atas restu dari keluarga. Restu dari Gibran dan terutama Presiden Jokowi. Publik akan menganggap jika Presiden Jokowi berusaha menempatkan anggota keluarganya di pos-pos penting secara politik.
Gibran Rakabuming sebagai Walikota Solo dan konon menuju Pilpres, Bobby Nasution sebagai Walikota Medan menuju Gubernur Sumatra Utara dan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI.
Isu dinasti politik akan muncul lagi dan makin menguat. Mungkin saja Jokowi tidak berniat dan berusaha keras menempatkan anggota keluarganya di posisi seperti sekarang ini. Tapi anggapan publik akan liar dan menggunakan ilmu cocokologi. Apalagi pihak-pihak yang tidak suka dengan Jokowi, akan makin nyaman menyerang.